NovelToon NovelToon
Pembalasan Istri Tersiksa

Pembalasan Istri Tersiksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor jahat / Menantu Pria/matrilokal / Penyesalan Suami / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: BI STORY

MONSTER KEJAM itulah yang Rahayu pikirkan tentang Andika, suaminya yang tampan namun red flag habis-habisan, tukang pukul kasar, dan ahli sandiwara. Ketika maut hampir saja merenggut nyawa Rahayu di sebuah puncak, Rahayu diselamatkan oleh seseorang yang akan membantunya membalas orang-orang yang selama ini menginjak-injak dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BI STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahayu Semakin Tertekan

KEESOKAN HARINYA

Udara pagi di taman belakang mansion itu terasa sejuk, membawa aroma tanah basah dan melati yang mekar. Rahayu duduk diam di bangku kayu panjang, wajahnya tengadah, seolah sedang menikmati hangat matahari yang mulai naik menyentuh kulitnya.

​Andika melangkah mendekat dengan langkah yang sengaja ia buat sedikit berat. Kondisinya sudah jauh lebih baik, namun entah mengapa, melihat ketenangan Rahayu yang begitu absolut justru membangkitkan sisi gelap dalam dirinya.

Ia merasa "ratu" ini sudah terlalu nyaman dengan posisinya. Ia ingin melihat retakan pada topeng ketenangan itu. Ia ingin melihat air mata.

​"Menikmati pagi, Ra?" suara Andika terdengar dingin saat ia duduk di samping Rahayu.

​Rahayu tidak terkejut. Ia hanya menoleh sedikit, tersenyum tipis.

"Udara hari ini sangat bersih, Mas. Kamu udah merasa lebih sehat?"

​Andika tidak menjawab pertanyaan itu. Ia justru menyandarkan punggungnya dan menatap lurus ke arah kolam ikan.

"Tadi pagi aku menelepon Bu Laura."

​Ia sengaja menjeda kalimatnya, menunggu reaksi. Namun, tangan Rahayu yang berada di atas pangkuannya tetap diam, tidak bergerak sedikit pun.

​"Dia cerita banyak soal kejadian malam itu antara kamu dan Santi," lanjut Andika dengan nada menghakimi.

"Oh bener kan, kalau Melisa itu Santi. Ngapain kamu bawa dia ke mansion kita?"

"Dia pengin lihat-lihat. Katanya Bu Laura kamu udah berani main kasar? Kamu menyerang adikmu sendiri?"

​Rahayu menghela napas pendek, hampir tidak terdengar.

"Aku hanya membela diri, Mas. Santi datang dengan niat yang kurang baik."

​Andika tertawa sinis, tawa yang kering dan meremehkan.

"Membela diri? Seorang wanita uta menyerang orang yang normal? Jangan melucu, Ra. Bu Laura sangat kecewa. Dia bilang, dia menyesal telah membesarkan anak yang gak tahu terima kasih sepertimu."

​Andika memajukan tubuhnya, berbisik tepat di telinga Rahayu dengan suara yang tajam.

"Kamu tahu apa yang dia katakan? Dia bilang, kalau bukan karena hutang keluarga yang Papa Rio lunasi, dia lebih suka membuangmu di tempat PSK daripada harus melihat wajahmu lagi. Baginya, kamu itu cuma beban... barang rongsokan yang kebetulan laku dijual padaku."

​Andika menatap mata kosong Rahayu dengan lekat, mencari tanda-tanda genangan air mata atau bibir yang bergetar.

Ia ingin Rahayu menyadari betapa rendah posisinya bahwa di dunia ini, tidak ada yang benar-benar menginginkannya selain karena alasan uang.

​Hening sejenak. Angin bertiup memainkan anak rambut Rahayu.

​Lalu, perlahan, bibir Rahayu bergerak. Bukannya isak tangis yang keluar, melainkan sebuah senyuman yang lebih lebar dari sebelumnya. Ia berpaling menghadap Andika, matanya yang bening seolah-olah bisa menembus jantung pria itu.

​"Kenapa Mas Andika mengatakan itu padaku?" tanya Rahayu lembut, suaranya tetap tenang seperti air di dalam sumur.

​"Aku hanya ingin kamu sadar diri, Ra. Jangan merasa hebat hanya karena aku sedang sakit kemarin," gertak Andika, mulai merasa kesal karena reaksinya tidak sesuai ekspektasi.

​Rahayu tertawa kecil, suara tawa yang membuat bulu kuduk Andika sedikit meremang.

​"Mas... kalau Bu Laura memang menganggapku barang rongsokan, kenapa Mas begitu takut kehilanganku sampai-sampai menjauhkan HPmu sendiri?"

​Andika tertegun.

"Apa maksudmu?"

​"Mas ingin membuatku menangis dengan kata-kata kasar itu karena Mas merasa terancam, kan? Mas takut kalau ternyata si 'anjing penurut' ini punya taring,"

Rahayu mendekatkan wajahnya, hingga napasnya terasa di pipi Andika.

"Jangan khawatir, Mas. Aku gak akan nangis karena ucapan seorang wanita yang udah mati di hatiku. Justru, aku merasa kasihan pada Mas."

​"Kasihan padaku?" suara Andika meninggi, egonya terluka.

​"Iya. Kasihan karena Mas harus menghina orang buta hanya untuk merasa kuat kembali."

Rahayu berdiri dengan anggun, gerakannya begitu halus seolah ia sudah menghafal setiap inci taman itu.

​"Oh, satu lagi, Mas," Rahayu berhenti sejenak sebelum melangkah pergi.

"HPmu masih ada di laci ruang tengah. Tadi ada notifikasi masuk dari seseorang bernama 'Sekretaris Maya' tentang laporan keuangan yang... katanya ada selisih besar. Mungkin Mas ingin mengeceknya sebelum 'barang rongsokan' ini yang harus membereskannya."

​Andika terpaku di kursinya. Niatnya untuk menindas mental Rahayu justru berbalik menjadi rasa gelisah yang hebat. Saat ia menatap punggung istrinya yang menjauh, ia menyadari satu hal Rahayu tidak butuh matanya untuk melihat ketakutan di dalam diri Andika.

Rahayu masih bisa merasakan tatapan tajam Andika yang menusuk punggungnya hingga ia masuk ke dalam rumah. Namun, ketenangan yang ia tunjukkan di taman tadi hanyalah awal dari badai yang sesungguhnya.

SIANG HARINYA

​Suara deru mobil mewah yang berhenti di depan lobi mansion memecah keheningan siang itu. Andika, yang masih dibakar amarah karena dihina secara halus oleh Rahayu, langsung berdiri tegak saat melihat siapa yang turun dari mobil.

​Bu Citra, ibu kandung Andika, melangkah masuk dengan gaya otoriter. Di belakangnya, berbaris empat asisten rumah tangga baru Bi Nina, Bi Sari, serta dua gadis muda bernama Lilis dan Nancy. Tak ketinggalan, dua satpam berbadan tegap, Pak Jaya dan Pak Galang,

berjaga di pintu masuk.

​"Mama?" Andika menyambutnya, ada sedikit rasa lega sekaligus takut.

​Bu Citra tidak membalas sapaan itu dengan pelukan. Ia justru melemparkan tas bermereknya ke sofa dan menatap Andika dengan tajam.

"Aku dengar kamu sedang kacau, dan kamu... tunduk pada wanita buta itu?"

​"Aku tidak tunduk, Mah! Dia hanya..."

​"Cukup!" potong Bu Citra. Ia beralih menatap Rahayu yang baru saja muncul di selasar ruang tengah.

"Jadi ini 'ratu' yang membuat anakku kehilangan taringnya?"

​Andika melihat ini sebagai kesempatan emas. Sifat perundungnya yang sudah mendarah daging sejak SMA kembali bergejolak. Jika ia tidak bisa menjatuhkan mental Rahayu sendirian, maka ia akan menggunakan bantuan ibunya dan para pelayan baru ini untuk menginjak-injak harga diri istrinya.

​"Mah, dia udah berani mencampuri urusan kantorku. Dia mendengar notifikasi di HP-ku secara lancang," adu Andika, memanaskan suasana.

​Bu Citra tersenyum sinis. Ia menoleh pada empat ART barunya.

"Kalian dengar itu? Mulai hari ini, tidak ada yang boleh membantu wanita ini. Dia bukan nyonya di sini. Dia hanyalah beban yang harus bekerja untuk menebus rasa sok berkuasanya."

​Andika mendekati Rahayu, membisikkan kata-kata yang penuh kebencian.

"Permainanmu selesai, Ra. Kamu ingin jadi mandiri, kan? Mari kita lihat seberapa hebat si buta ini tanpa bantuan siapa pun."

​Bu Citra memerintahkan Bi Nina dan Bi Sari untuk segera ke dapur, sementara Lilis dan Nancy diperintahkan untuk mengawasi setiap gerak-gerik Rahayu.

​"Lilis, Nancy," panggil Bu Citra dengan suara keras.

"Mulai sekarang, kalau Rahayu ingin makan, dia harus memasaknya sendiri. Kalau dia jatuh atau menabrak sesuatu, biarkan saja. Itu bagian dari 'latihannya' agar tidak sombong."

​Andika tertawa, merasa kekuasaannya telah kembali.

"Oh, dan satu lagi. Pak Jaya, Pak Galang, pastikan dia tidak keluar dari rumah ini tanpa izin dariku. Dia adalah tahanan di mansion ini."

​Rahayu tetap berdiri tegak, meski tangannya sedikit meremas kain gaunnya. Ia bisa merasakan atmosfer rumah yang tadinya sepi kini berubah menjadi medan perang yang penuh intimidasi.

​"Kenapa diam, Ra?" bentak Andika sambil menyenggol bahu Rahayu dengan kasar hingga wanita itu hampir kehilangan keseimbangan.

"Mana taringmu yang tadi pagi? Mana sindiranmu soal laporan keuangan? Ayo, katakan sesuatu!"

​Rahayu menarik napas dalam, mencoba menstabilkan detak jantungnya. Di depannya ada mertua yang kejam, suami yang kembali menjadi monster, dan enam pasang mata asing yang siap menindasnya.

BERSAMBUNG

1
Ariany Sudjana
ini ga ada ceritanya gimana agung bisa menemukan Rahayu? tahu-tahu Rahayu sudah sadar dari koma
Anonymous: ada kak baca lagi di episode 30
total 1 replies
Anonymous
makin seru thor pembalasan dendam dimulai
Ara putri
semangat nulisnya kak.
jangan lupa mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB🙏
Ariany Sudjana
semoga ada yang datang menyelamatkan Rahayu dan pak Rio
Ariany Sudjana
he citra kamu beneran yah iblis berwujud manusia, sudah jelas kamu salah, masih juga mau berkelit dan mau membunuh pak Rio, jangan coba-coba kamu yah citra. sudah pa Rio bawa saja semua orang yang terlibat dalam penganiayaan Rahayu, biar hukum dunia bawah yang bertindak
Anonymous
makin gregetan thor
Ariany Sudjana
mampus kalian Andika dan citra, siap-siap saja kalian menghadapi papanya Rahayu
Anonymous
apa yg akan terjadi selanjutnya😍
Anonymous
seruu
Anonymous
mkin seru👍
Anonymous
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!