NovelToon NovelToon
Jejak Luka Diantara Kita

Jejak Luka Diantara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu
Popularitas:681
Nilai: 5
Nama Author: sorekelabu [A]

Alya dan Randy telah bersahabat sejak kecil, namun perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua mereka demi kepentingan bisnis membuat hubungan mereka menjadi rumit. Bagi Alya, Randy hanyalah sahabat, tidak lebih. Sedangkan Randy, yang telah lama menyimpan perasaan untuk Alya, memilih untuk mengalah dan meyakinkan orang tuanya membatalkan perjodohan itu demi kebahagiaan Alya.

Di tengah kebingungannya. Alya bertemu dengan seorang pria misterius di teras cafe. Dingin, keras, dan penuh teka-teki, justru menarik Alya ke dalam pesonanya. Meski tampak acuh, Alya tidak menyerah mendekatinya. Namun, dia tidak tahu bahwa laki-laki itu menyimpan masa lalu kelam yang bisa menghancurkannya.

Sementara itu, Randy yang kini menjadi CEO perusahaan keluarganya, mulai tertarik pada seorang wanita sederhana bernama Nadine, seorang cleaning service di kantornya. Nadine memiliki pesona lembut dan penuh rahasia.

Apakah mereka bisa melawan takdir, atau justru takdir yang akan menghancurkan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 Hadirnya Laki-laki Misterius

Bab 4 : Hadirnya Laki-laki Misterius

Alya masih berdiri di tempatnya, menatap punggung laki-laki itu yang semakin menjauh. Udara sore yang seharusnya hangat justru terasa dingin bagi Alya. Ia baru saja memberanikan diri untuk menyapa seseorang, tetapi malah diabaikan begitu saja.

Dengan langkah gontai, Alya kembali ke meja tempat kopinya yang sudah dingin. Ia menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan, mencoba mengusir rasa kesal yang menggumpal di dadanya.

Pelayan kafe tadi menghampirinya. “Kamu tidak apa-apa?” tanyanya ramah.

Alya tersenyum kecil, meskipun hatinya masih dipenuhi tanda tanya. “Dia memang seperti itu?” tanyanya sambil menunjuk ke arah laki-laki tadi yang kini sudah menghilang di tikungan jalan.

Pelayan itu mengangguk. “Setahu saya, dia memang jarang berbicara dengan orang lain. Hanya datang, duduk di pojokan sana, lalu memainkan gitarnya. Setelah itu pergi begitu saja.”

Alya mengernyit. Penasarannya semakin bertambah. Ada sesuatu yang membuatnya ingin tahu lebih jauh tentang laki-laki itu.

“Apa dia tinggal di sekitar sini?” tanyanya lagi.

Pelayan itu menggeleng. “Kurang tahu juga. Yang jelas dia sering ke sini sore hari, kadang malam. Tapi hampir tidak pernah berbicara dengan siapa pun.”

Alya menghela napas. Sepertinya usahanya untuk mengenal laki-laki itu tidak akan mudah. Tapi anehnya, justru hal itu semakin menarik perhatiannya.

***

Keesokan harinya, Alya kembali ke kafe itu. Kali ini ia sengaja datang lebih awal, berharap bisa melihat laki-laki itu lagi. Ia memilih duduk di tempat yang strategis—dekat jendela dengan pemandangan jalanan.

Ia memesan secangkir kopi dan mencoba mengalihkan pikirannya dengan membaca buku yang dibawanya. Namun, pikirannya tetap tidak bisa lepas dari kejadian kemarin.

Setelah menunggu hampir satu jam, akhirnya sosok itu muncul. Seperti kemarin, ia duduk di pojokan kafe, mengeluarkan gitarnya, lalu mulai memetik senarnya perlahan.

Alya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Kali ini ia harus lebih berhati-hati agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Dengan membawa cangkir kopinya, ia berjalan mendekati meja laki-laki itu. Namun, alih-alih langsung menyapanya, ia memilih duduk di meja sebelah dan berpura-pura fokus pada bukunya.

Suara gitar itu mengalun pelan, mengisi suasana kafe dengan melodi yang menenangkan. Sesekali Alya melirik, memperhatikan bagaimana jari-jari laki-laki itu bergerak lincah di atas senar gitar.

Hingga akhirnya, Alya memberanikan diri.

“Lagu yang indah,” katanya pelan, cukup agar laki-laki itu mendengarnya.

Petikan gitar itu terhenti sejenak. Laki-laki itu menoleh ke arah Alya dengan tatapan yang sulit ditebak. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa.

Alya tidak menyerah. “Apakah lagu itu ciptaanmu sendiri?”

Kali ini, laki-laki itu menatapnya lebih lama. Lalu, tanpa menjawab, ia kembali memainkan gitarnya.

Alya menghela napas pelan. Meskipun laki-laki itu tidak menolak keberadaannya, tetapi tetap saja ia tidak mendapatkan jawaban.

Namun, bagi Alya, ini sudah lebih baik daripada pertemuan pertama mereka.

***

Hari demi hari berlalu, dan setiap sore, Alya kembali ke kafe itu. Ia tidak selalu mencoba berbicara dengan laki-laki itu, tetapi ia tetap duduk di dekatnya, mendengarkan alunan gitar yang dimainkan.

Lambat laun, laki-laki itu mulai terbiasa dengan kehadiran Alya. Walaupun ia tetap diam, setidaknya ia tidak lagi pergi saat Alya mendekat.

Suatu hari, saat kafe sedang sepi, Alya kembali mencoba peruntungannya.

“Aku Alya,” katanya pelan.

Laki-laki itu tetap diam, tetapi jari-jarinya berhenti memetik senar gitar.

“Setidaknya, bolehkah aku tahu namamu?” lanjut Alya, suaranya penuh harap.

Laki-laki itu terdiam cukup lama, seakan mempertimbangkan sesuatu. Hingga akhirnya, ia membuka mulut dan mengucapkan satu kata singkat.

“Calvin.”

Alya tersenyum. Ini adalah kemajuan besar.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
Cicih Sutiasih
mampir juga di ceritaku, jika berkenan😊
sorekelabu: siap ka
total 1 replies
Cicih Sutiasih
aku sudah mampir, semangat😊
Cicih Sutiasih: jika berkenan, mampir juga di ceritaku
"Tergoda Cinta Mantan", 😊
sorekelabu: terimakasih ka😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!