Nura sangat membenci Viona seorang gadis sholehah, cantik dan berprestasi di sekolahnya. Di hari ulang tahunnya, Nura merencanakan sesuatu yang jahat kepada Viona.
Dan akhirnya karena perbuatan Nura, Viona menyerahkan kesuciannya kepada pemuda asing.
Viona terpaksa menikah dengan pemuda lumpuh. Setelah hamil, Viona memutuskan lari meninggalkan suaminya dan mencari ayah dari anaknya.
Berhasilkah Viona menemukan ayah dari anaknya?
Ikut ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Rumah Sakit
BRUUUUKKK!
Suara benturan terdengar begitu keras saat Viona tertabrak. Tubuhnya melayang, mendarat dan membentur kap mesin mobil yang ada di depannya. Viona kemudian berguling-guling dan jatuh ke depan mobil.
Walaupun tubuhnya tidak banyak mengeluarkan darah, Viona merasakan sakit di sekujur tubuhnya, dadanya terasa sesak dan Viona tidak sadarkan diri. Sementara itu, mobil yang menabrak Viona melarikan diri.
Orang-orang berhamburan menghampiri Viona. Preman yang mengejar Viona dari kejauhan melihat Viona dimasukkan ke dalam mobil seseorang. Mobil itu membawa pergi Viona.
"Teman lu, ditabrak orang. Gue gak ikut-ikutan. Lu yang harus tanggung jawab," preman itu pergi meninggalkan Nura.
"Semoga aja lu cepat pergi ke alam baka. Goodbye Viona Aisyah," Nura tersenyum melangkahkan kakinya masuk ke dalam gerbang sekolah.
Berita tertabraknya pelajar SMA Negeri 1 terdengar sampai sekolah Viona. Tapi pihak sekolah belum mendapatkan informasi siapa siswa yang mengalami kecelakaan.
🌑 Di RS Ulin
Viona perlahan membuka mata. Samar-samar Viona melihat beberapa orang ada di kanan dan kirinya. Viona kembali memejamkan mata. Dan kali ini perlahan Viona membuka kembali matanya. Viona melihat beberapa orang berbaju putih di sekitarnya.
"Permisi, saya Dokter Ayu. Apa mendengar saya?" tanya Dokter Ayu.
Viona menganggukkan kepalanya.
"Namanya siapa?" tanya Dokter Ayu.
"Viona," jawabnya lemah.
"Mba Viona tadi ditabrak sebuah mobil dan tidak sadarkan diri di jalan. Tuan ini yang membantu membawa Mba Viona ke rumah sakit. Apa yang dirasakan Mba Viona sekarang?"
"Seluruh badan rasanya sakit," jawab Viona.
"Nanti saya akan berikan obat pereda nyeri. Mba Viona istirahat saja dulu," Dokter dan perawat keluar dari ruangan.
"Terima kasih," Viona susah payah mengatupkan tangannya.
"Sudah seharusnya saya menolong sesama. Nama saya Arya. Viona, apa kamu sudah izin ke sekolah?"
"Belum," jawab Viona.
"Apakah ada kontak wali kelasmu. Biar saya yang bantu izin," ucap Arya.
Dengan sopan Viona meminta tolong kepada Arya mengambilkan ponsel yang ada di dalam tasnya. Arya menghubungi kontak wali kelas Viona dan memintakan izin Viona tidak masuk sekolah karena mengalami kecelakaan.
Arya juga menghubungi kontak mamanya Viona dan memberi kabar saat ini Viona berada di rumah sakit Ulin ruang teratai 1. Viona mengalami kecelakaan.
"Maaf Viona, saya tanpa izin mengabari Mamamu," ucap Arya.
"Iya. Maaf Kak, saya tadi kenapa?" tanya Viona
"Kamu berlari seperti dikejar seseorang dan tanpa sadar menyeberang jalan. Orang yang nabrak kamu tidak bisa mengendalikan laju mobilnya.Terjadilah tabrakan. Kamu mendarat tepat di depan mobil saya. Maaf Viona, kalau dilihat bukan salah mobil itu yang nabrak. Mobil itu melarikan diri mungkin juga karena takut akan dihakimi massa," jawabnya.
"Saya tadi dikejar preman dekat sekolah. Karena takut saya tidak fokus ke jalan," Viona meringis menahan sakit.
"Apa yang sakit?" Arya menghampiri Viona.
Arya membantu Viona mengangkat lengannya yang terasa kesemutan. Dan pada saat itu Raka dan Alvaro berada di depan ruangan Viona. Alvaro cemburu melihat Viona bersama dengan pria lain.
Alvaro melihat pria itu sangat perhatian pada Viona. Apa karena pria itu Viona menolak lamarannya? Apa Viona dan pria itu menjalin hubungan cinta? Alvaro terus bertanya di dalam hati.
"Permisi," Raka mendorong kursi roda Alvaro sedikit mendekat ke arah mereka.
Sontak Arya dan Viona mengalihkan perhatian mereka ke arah pintu.
"Tuan Arya," sapa Raka.
"Raka. Apa kamu kenal dengan Viona?" Arya menatap Raka dan Viona secara bergantian.
"Viona, kamu kenapa?" Alvaro mendekati Viona dengan kursi rodanya.
"Aku kecelakaan Kak. Dan Kak Arya yang membawaku kemari," jawab Viona.
Arya menarik tangan Raka keluar ruangan. Arya menanyakan kondisi Alvaro yang duduk di kursi roda. Apa yang terjadi kepadanya. Raka bilang Alvaro mengalami tabrakan mobil beberapa hari yang lalu.
Arya kemudian menanyakan ada hubungan apa antara Alvaro dengan Viona. Dengan ragu-ragu Raka menjawab Alvaro dan Viona bertunangan. Arya mengepalkan tangannya.
"Baru tunangan kan? Jodoh di tangan Tuhan," Arya kembali masuk ke dalam ruangan Viona.
Arya dan Alvaro saling berpandangan. Tidak ada satupun dari mereka yang memulai percakapan. Viona hanya bisa menatap wajah dua pria tampan yang berada di samping kiri dan kanannya. Semakin diperhatikan wajah mereka berdua mirip.
"Apa kalian saling mengenal?" tanya Viona.
"Tidak," jawab Alvaro dan Arya berbarengan.
"Wajah kalian berdua mirip. Apa kalian ada hubungan darah?" tanya Viona lagi.
"Viona, Tante Warda menyuruhku menjemputmu. Karena keadaan Om, Tante gak bisa jenguk kamu," dengan cepat Alvaro memotong pertanyaan Viona.
"Papa," Viona berusaha bangun dari tempat tidurnya.
Arya dengan cepat membantu Viona duduk di atas tempat tidur. Alvaro menatap tajam ke arah Arya. Alvaro mencoba berdiri dari kursi rodanya tapi apa daya tidak bisa.
"Apa perlu saya ambilkan kursi roda?" tanya Arya lembut.
Tidak berapa lama, beberapa perawat masuk ke dalam ruangan Viona. Perawat itu meminta Viona berbaring di atas tempat tidurnya. Dan tempat tidur Viona didorong keluar dari ruangannya.
"Mau dibawa ke mana Viona?" tanya Arya.
"Mba Viona akan dipindahkan ke ruangan Melati 5," jawab perawat.
Raka mendorong Alvaro di atas kursi rodanya. Arya yang penasaran mengikuti mereka. Tibalah mereka di kamar Melati 5. Tempat tidur Viona diletakkan bersebelahan dengan tempat tidur Alvaro. Alvaro dibantu Raka dan perawat kembali beristirahat di tempat tidurnya.
"Mohon maaf, untuk sementara pasien jangan diganggu. Biarkan mereka beristirahat," Suster menutup pintu.
"Apa-apaan ini? Raka, apa benar mereka akan menikah? Viona itu sama sekali bukan tipe Alva!"
"Kenyataannya memang begitu. Jika Tuan Arya tidak percaya, tanyakan kepada Tuan dan Nyonya besar," jawab Raka.
"Gue gak yakin. Pasti Alva ingin bermain-main dengan Viona. Dia masih pelajar."
"Apa Tuan Arya juga ingin bermain-main dengan Viona?"
"Viona beda. Viona tidak sama. Awas aja kalo Alva menyakitinya. Gue gak terima kalo Viona bersama si Alva. Gue harus ketemu Om dan Tante," dengan perasaan kesal Arya meninggalkan rumah sakit.
Di dalam ruangan Melati 5. Alvaro menatap Viona yang terlelap. Alvaro menyuruh Raka mengirim orang untuk menyelidiki penyebab kecelakaan Viona. Alvaro sangat tidak suka melihat Arya mendekati Viona.
"Mengapa Arya yang membantu Viona? Mengapa harus Viona? Selalu saja ada Arya, Arya, Arya!" Alvaro bergumam.
TOK!
TOK!
Pintu ruangan terbuka, Raka dan Bima masuk ke dalam ruangan membawa dua buah kursi roda. Raka membantu Alvaro untuk duduk di kursi roda.
"Ada apa?" tanya Alvaro.
"Kita harus ke ruangan Pak Dharma," jawab Raka.
Bima perlahan membangunkan Viona. Bima membantu Viona duduk di kursi roda. Viona yang masih dalam keadaan setengah sadar hanya bisa pasrah saat Bima mendorongnya keluar dari ruangannya.
Mereka tiba di dalam ruangan Pak Dharma. Di sana Viona melihat mamanya berlinangan air mata. Bima mendekatkan Viona ke samping tempat tidur papanya.
"Viona, Papa ingin melihat kamu menikah sebelum Papa menghembuskan napas terakhir," ucap lemah Dharma.
"Pa, jangan ngomong begitu," Isak Viona.
"Bersediakah kamu menikah dengan Alva?" Dharma menggenggam jemari Viona.
Viona hanya bisa menangis. Viona tidak tahu harus menjawab apa. Bagi Viona menikah adalah ibadah dan harus dengan orang yang dia cintai. Viona tidak tahu alasan Alvaro melamarnya berdasarkan cinta atau ada alasan tertentu.
"Viona ...."
Terlihat garis panjang mendatar di monitor sebelah tempat tidur Dharma. Dan terdengar suara datar nyaring panjang.
TUUUUUUUUUUT!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...