NovelToon NovelToon
Dear, My Heartbeat

Dear, My Heartbeat

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Careerlit / Light Novel
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

“Lo cantik banget, sumpah,” bisiknya. “Gue gak bisa berhenti mikirin lo. Pingin banget lakuin ini sama lo. Padahal gue tahu, gue gak seharusnya kayak gini.”

Tangan gue masih main-main di perutnya yang berotot itu. “Kenapa lo merasa gak boleh lakuin itu sama gue?”

Dia kelihatan kayak lagi disiksa batin gara-gara pertanyaan itu. “Kayak yang udah gue bilang ... gue gak ngambil apa yang bukan milik gue.”

Tiba-tiba perutnya bunyi kencang di bawah tangan gue, dan kita berdua ketawa.

“Oke. Kita stop di sini dulu. Itu tadi cuma ciuman. Sekarang gue kasih makan lo, terus lo bisa kasih tahu gue alasan kenapa kita gak boleh ciuman lagi.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

After Dinner

Tangannya memegang sisi wajah gue kayak dia gak mau melepaskan gue lagi. Jari-jari gue langsung menyelusup ke bawah hoodie-nya, pingin banget menyentuh kulitnya. Lidahnya menyelinap masuk ke mulut gue, dia memiringkan kepala buat dapatkan sudut yang lebih pas.

Ada rasa putus asa.

Sebelum gue bisa sadar apa yang terjadi, tangannya sudah di pantat gue, dan dia angkat gue duduk di atas meja dapur, berdiri di antara paha gue.

Sendok jatuh ke lantai, piring-piring gemerincing saling beradu. Tapi gue?

Gue gak peduli sama sekali. Kita saling menyicipi sampai bibir gue rasanya cenat-cenut.

Dia mundur pelan, matanya liar banget memperhatikan gue. Dada gue naik-turun kencang, dan begitu bibir dia meninggalkan bibir gue, gue langsung merasa kehilangan.

“Lo cantik banget, sumpah,” bisiknya. “Gue gak bisa berhenti mikirin lo. Pingin banget lakuin ini sama lo. Padahal gue tahu, gue gak seharusnya kayak gini.”

Tangan gue masih main-main di perutnya yang berotot itu. “Kenapa lo merasa gak boleh lakuin itu sama gue?”

Dia kelihatan kayak lagi disiksa batin gara-gara pertanyaan itu. “Kayak yang udah gue bilang ... gue gak ngambil apa yang bukan milik gue.”

Tiba-tiba perutnya bunyi kencang di bawah tangan gue, dan kita berdua ketawa.

“Oke. Kita stop di sini dulu. Itu tadi cuma ciuman. Sekarang gue kasih makan lo, terus lo bisa kasih tahu gue alasan kenapa kita gak boleh ciuman lagi.”

Dia angkat gue pelan dari meja, taruh kaki gue di lantai.

Gue ketawa waktu lihat sendok jatuh ke bawah dan pasta dari salah satu piring berantakan di atas kompor.

Dia bantuin gue beresin dapur, terus kita cuci tangan bareng.

Gue sajikan salmon sambil jelaskan kenapa dia butuh protein lebih sekarang. Kita duduk di meja kecil di dapur, dan gue taruh salad segar di tengah.

Dia dengar dengan serius waktu gue jelasin manfaat karbohidrat, protein, sama lemak buat tubuhnya selama masa latihan.

Pas dia menyuap pasta pertamanya, dia langsung mengular sedikit sambil bergumam puas.

“Itu pesto buatan sendiri,” kata gue. “Lo bisa bawa pulang kalau mau. Dibuat dari kemangi segar, bawang putih, sama kacang pinus. Lo bisa campur ke protein atau karbo lo.”

“Lo emang udah suka hal-hal beginian dari dulu?” tanya Nauru, matanya membelalak pas masukin potongan salmon ke mulut.

“Anjir... ini enak banget.”

Gue gak bisa berhenti senyum.

“Makasih. Gue mulai tertarik sama gizi pas Caspian kecelakaan di kapal. Dia sakit parah dan gak mau makan. Gue merasa makanan sehat bisa bantu nyembuhin dia. Tapi gue gak siap waktu dia malah kecanduan opioid. Nutrisi sebaik apa pun gak bisa lawan itu.”

Dia mengunyah sambil terus natap gue, mendengarkan dengan serius. Kita ngobrol berjam-jam, dan pas sudah bereskan meja, lanjut ke sofa, dia cerita tentang bokapnya yang dulu kecanduan obat dan alkohol.

“Itu tanggung jawab besar pas dia masuk penjara karena kasus yang ketiga,” katanya, dia geleng-geleng kepala. “Tapi itu juga alasan dia akhirnya bisa tobat dan pulang jadi orang yang bersih. Gue bersyukur banget, akhirnya gue bisa habisin waktu bareng dia setelah itu.”

“Gue senang banget bokap lo bisa pulih. Itu gak gampang. Dan yang paling gue takutin sekarang ... Caspian gak bakal bisa keluar dari semua ini.”

“Opioid itu memang kejam. Jadi dia mulai kecanduan setelah kecelakaan itu ya?” tanya Nauru.

“Iya. Gak adil banget, kan? Dia kena musibah, terus malah dikasih obat yang niatnya buat ngebantu, tapi malah ngerusak hidupnya.”

Nauru sempat buka mulut kayak mau ngomong sesuatu, tapi dia menahan diri.

“Apa? Udah, bilang aja. Gak ada yang bisa bikin gue kaget soal Caspian sekarang.”

“Bukan apa-apa,” katanya pelan sambil mengusap pelan lengan bawah gue. “Gue cuma ... gue nggak tahu kalau dia awalnya gak punya masalah sama narkoba. Gue pikir dia udah mulai pakai itu dari dulu.”

“Sejauh yang gue tahu, enggak. Semua itu mulai dari kecelakaan dan obat sialan itu.”

Dia angguk pelan dan bersandar ke sofa, matanya berat banget karena capek.

“Kayaknya gue harus pulang. Besok pagi gue harus lari. Joulle bakal ngikutin gue naik sepeda listrik biar gue makin terpacu.”

“Lo udah latihan keras banget. Jangan sampai ambruk di jalan.”

Dia ambil tangan gue dan menggenggamnya.

Ya Tuhan ...

Gue bahkan jatuh cinta sama tangan dia. Jarinya panjang, ramping, tapi kokoh.

“Lo khawatir sama gue?”

“Gimana kalau iya?”

“Lo gak usah khawatir. Tenaga gue masih banyak. Iya, gue capek ... tapi gue siap ngelakuin ini.”

“Eh, gue ada ide. Gimana kalau lo lari di rumah gue aja? Maksudnya, rumah bokap-nyokap gue. Kita punya lahan luas yang nyambung ke tanahnya kakek-nenek gue juga. Banyak banget ruang terbuka. Gue bisa naik Anoy dan ngikutin lo dari belakang. Dia kuda tua sih, tapi masih kuat lari beberapa kilo. Ada jalur lari juga, terus dekat air gitu, bagus buat latihan.”

Dia memperhatikan gue seolah tawaran itu mengacau banget.

“Kayaknya itu gak bakal berakhir baik.”

“Buat mereka atau buat lo?”

“Buat semuanya.”

Gue geleng kepala, “Apa sih masalah lo sama keluarga gue? Iya, bokap memang suka kritik, dan kadang mereka agak lebay, tapi kalau lo kenal mereka, dan mereka kenal lo, kita bakal ngetawain soal ini nanti.”

“Kita bahas ini lain kali, ya. Gue harus pulang.” Dia berdiri.

“Gue gak bakal cium lo lagi sampai lo jujur kenapa lo sebel sama mereka.”

Dia tarik gue buat ikut berdiri. “Lo sendiri emang udah siap cerita soal cowok yang pernah bikin lo trauma?”

“Bukan malam ini, Rabbit Boy,” balas gue.

Dia gigit bibir, dan gue gak tahan buat mendesah pelan. Gue pingin menyatu sama dia, merangkul lehernya dan nggak melepaskannya.

“Makasih buat makan malamnya.”

“Makasih balik ... buat ciumannya.” Gue mengikuti dia turun ke bawah buat mengunci pintu.

Dia jalan mundur pas keluar, matanya sempat mantul ke bibir gue, terus dia geleng-geleng pelan sebelum angkat tangan dan lari pulang ke rumahnya.

Dan gue langsung kangen dia begitu dia pergi.

1
Yuliana Purnomo
heemmmm bgtu menyakitkan kenyataan hidup Nauru
Yuliana Purnomo
heemm pantesan benci banget sm keluarga Ailsa,,emang separah itu fitnah mereka ke Nauru
Yuliana Purnomo
aku dah curiga kalau Ailsa trauma
Yuliana Purnomo
asyiiik dapet ciuman
Yuliana Purnomo
cie cie cie cie Nauru main sosor aja
𝚍𝚒𝚝𝚢𝚊𝚛: wkwkwk/Shy/
total 1 replies
Verro
Luar biasa.
nuna
yaaa kalian mulai dekat kan
nuna
modus bgt si
nuna
ketemu Nauru lg dah
nuna
pdahal yg ngerusk anaknya sendiri /Awkward/
nuna
si bocil ni kyknya gemesin bgt
nuna
wkwk
nuna
tuh kan
nuna
Ailsa diperkosa y
nuna
calon mamamu juga tu Ailsa wkwk
nuna
haaaha/Grin/
nuna
Masi g ngrti deh. bukanya Batari keluarga baik ya?
Erika
bgus
Yuliana Purnomo
lanjut
Yuliana Purnomo
👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!