NovelToon NovelToon
Terbelenggu Takdir Ke 2

Terbelenggu Takdir Ke 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Hafsah bersimpuh di depan makam suaminya, dalam keadaan berbadan dua. Wanita berjilbab itu menumpahkan rasa lelah, atas kejamnya dunia, disaat sang suami tercinta tidak ada lagi disisinya.

Karena kesalahan dimasa lalu, Hafsah terpaksa hidup menderita, dan berakhir diusir dari rumah orang tuanya.

Sepucuk surat peninggalan suaminya, berpesan untuk diberikan kepada sahabatnya, Bastian. Namun hampir 4 tahun mencari, Hafsah tak kunjung bertemu juga.

Waktu bergulir begitu cepat, hingga Hafsha berhasil mendapati kebenaran yang tersimpan rapat hampir 5 tahun lamanya. Rasa benci mulai menjalar menyatu dalam darahnya, kala tau siapa Ayah kandung dari putrinya.

"Yunna ingin sekali digendong Ayah, Bunda ...." ucap polos Ayunna.

Akankan Hafsah mampu mengendalikan kebencian itu demi sang putri. Ataukah dia larut, terbelunggu takdir ke 2nya.

SAQUEL~1 Atap Terbagi 2 Surga~
Cuma disini nama pemeran wanitanya author ganti. Cerita Bastian sempat ngegantung kemaren. Kita simak disini ya🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 25

Bastian sangat memposisikan dirinya sebagai seorang Ayah siang ini. Dia belum berani mengajak Ayuna keluar, tanpa persetujuan Hafsah. Dan untuk sementara waktu, Bastian hanya mampu mencuri waktu Ayuna, disela-sela kesibukannya bekerja.

Ayuna sangat bahagia, karena pria dewasa itu membelikan dia mainan, dan juga peralatan sekolah seperti tas dan sepatu. Tidak hanya itu saja, Bastian juga membelikan segala keperluan serta kebutuhan Ayuna, seperti susu dan berbagai makanan sehat lainnya.

"Mbok, ini buat Simbok! Dan ini nanti buat Hafsah. Tolong sampaikan pada dia, ya Mbok! Bastian pamit dulu, karena mau kerja lagi," pamit Bastian menjabat tangan wanita tua itu.

"Saya juga pamit, Mbok!" ucap Dimas.

"Hati-hati, Nak! Terimakasih untuk semuanya."

Bastian kembali mengangkat tubuh Ayuna untuk dia gendong. "Ayuna sayang ... Paman kerja dulu, ya! Besok sore, Paman akan kesini lagi buat ajakin Ayuna jalan-jalan naik motor!"

"Yeyyy ... Makasih, Paman!" girang Ayuna.

Setelah itu Bastian menurunkan kembali Ayuna. Dia langsung beranjak keluar, sambil melambaikan tangan kearah sang putri, yang mengantarkannya hingga teras.

Dimas membukakan pintu belakang, untuk tuannya masuk dengan mudah. Yang dia tahu, orang tua Ayuna adalah sahabat Tuannya. Maka dari itu sang Tuan begitu menyanyangi Ayuna seperti putrinya sendiri.

'Apa yang terjadi, jika Papah dan Mamah tahu, kalau aku sudah memiliki seorang anak? Apa mereka akan menerima putriku dengan tangan terbuka?'

Bastian sejak tadi menatap kearah jendela, memikirkan bagaimana nasib Ayuna, jika kedua orangtuanya tahu. Tetapi, cepat lambat dia harus berkata yang sejujurnya. Bastian hanya tidak ingin, jika keluarganya tahu melalui orang luar.

"Tuan, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Anda sampai menangis seperti itu?" tanya Dimas yang sudah tudak dapat membendung rasa ingin tahunya.

"Saya tahu, kamu juga menangis, Dimas! Siapapun orangnya, pasti akan menangis saat mendengar jerit batin Ayuna seperti tadi," bantah Bastian menatap muak sang Asisten.

Dimas hanya dapat nyengir. Dan memang, dia tadi tidak dapat menahan air matanya agar sampai tidak jatuh.

"Dimas, nanti kita mampir di Masjid depan sebentar! Saya ingin sholat dhuhur dulu."

"Tuan, Anda serius ingin sholat? Coba Anda ingat-ingat, kapan terakhir Anda sholat? Saya hanya takut, kalau Anda lupa rakaatnya," kekeh Dimas memecah suasana.

Plak!!!

Dimas mengusap kepalanya, kala mendapat satu pukulan ringan diatas kepalanya oleh sang Taun. "Anda ini KDRT, Tuan!" gerutunya.

"Nanti kamu juga sholat, Dimas! Kamu juga terakhir sholat sudah 2 tahun lalu. Jangan bilang saya tidak tahu."

Dimas hanya dapat menghela nafas pasrah. Dan didepan sudah ada sebuah Masjid besar dengan tulisan,

~Masjid Al-Quba~

"Ustadz, saya dan Fikri kembali ke Pondok dulu, ya!" pamit seorang anak lelaki berumur 12 tahun, sambil menyalami tangan Ustadznya.

"Iya, kalian hati-hati!"

Lalu ada seorang pria parubaya yang baru saja keluar dari Masjid, sambil melipat sajadahnya.

"Amar, Abah nanti ada keperluan menghadiri peresmian Pesantren di Pasuruan. Nanti kamu saja yang membawakan tausiyahnya!" ucap Abah Zakaria.

"Baik, Abah!"

Dan kebetulan, Masjid yang saat ini Bastian singgahi untuk sholat, adalah Masjid milik keluarga abah Zakaria, yang berada didepan Pesantrennya, namun dibangun ditepi jalan paling depan.

Bastian dan juga Dimas segera mengambil air wudlu, untuk melaksanakan sholat dhuhur.

Sementara Amar, dia yang saat ini berdiri didepan sambil mengotak atik ponselnya, tentu saja sudah sering saat melihat beberapa orang yang melakukan perjalanan, tampak singgah di Masjidnya untuk sholat. Dan hal itu membuatnya sangat bahagia.

Bastian mengimami sang Asisten untuk sholat. Walaupun terbilang jarang, Bastian mampu mengimami Dimas dengan bacaan surah yang dia bisa. Walaupun sederhana, namun Bastian melafadzkannya dengan bersungguh-sungguh.

Jadi tahiyat pertama, hingga tahiyat akhir, mereka tampak khusuk membawakannya.

Begitu selesai, Bastian kini mengadahkan tangannya keatas, dan saatnya bagi dia mencurahkan segala kekhilafan, dan juga beberapa masalah hidup yang sempat menerpa langkahnya.

'Ya ALLAH ... Ampunilah hambamu ini! Hamba terlalu jauh mengabaikan semua perintahmu. Hamba telah membuat hidup sahabat hamba hancur tanpa sisa! Bukalah pintu hati Hafsah, agar dia mampu memaafkan hamba! Ampunilah hamba, jika selama ini mengabaikan tanggung jawab kepada putri kandung hamba. Dan terimaksih, engkau telah memberi kesempatan hamba dapat dekat dengan putri hamba. Hamba dapat memeluknya, memberikan kebutuhan untuknya.'

Diam-diam, air mata Bastian luruh. Dadanya kembali sesak, mengingat bagaimana kejamnya perbuatannya dulu.

Dimas yang selesai lebih dulu, dia berjalan keluar. Asisten muda itu tampak berhenti dibelakang seorang pria muda berkopyah putih, dengan kemeja kokonya.

"Permisi, apa nanti ada tausiyah di Masjid ini? Saya sempat membaca benernya didalam," tanya Dimas kepada pria tersebut.

Amar menoleh. Dia tersenyum sopan, "Benar, Pak! Silahkan jika berkenan hadir nanti. Mungkin kurang 5 menitan saja. Ini saya masih menunggu santri saya."

"Baik. Saya kasih tahu dulu Tuan saya," Dimas langsung masuk kembali untuk memberi tahu Bastian, tentang Tablik Akbar yang nanti digelar di Masjid itu.

Bastian rasa, mungkin dengan adanya tausiyah, hatinya akan lebih tenang. Jadi dia memutuskan untuk mengikuti pengajian tersebut.

*

*

*

Waktu sudah menunjukan pukul 15.00 sore.

Hafsah dan Dista, kini tampak bersiap-siap untuk pulang.

"Sah, kamu hati-hati ya bawa motornya. Aku duluan, itu mas Angga sudah jemput!" Dista menepuk pelan pundak Hafsah, seraya berjalan menuju mobil sang suami.

Hafsah hanya mengangguk tersenyum. Setelah itu dia mengenakan helmnya, dan langsung mensetater motornya.

Langit kota Malang saat ini tengah mendung. Setelah hujan lebat tadi siang, kini masih menyisakan rintik gerimis, yang membuat hawa dingin menguap sendu. Untung saja Hafsah memakai jaket tebal berbahan parasut, jadi rintikan itu hanya menetes dicelana hitamnya saja.

Sama-samar dari kaca spion yang tertutup tetesan air, dari belakang terdapat sebuah mobil yang sejak tadi mengikuti langkah motor Hafsah. Tidak ingin berburuk sangka, namun mobil tadi hanya berjalan lambat, seolah sedang menguntit keberadaan Hafsah.

Dint!!!

Hafsah tersentak, kala mobil dibelakangnya tadi mengklakson begitu kencang. Dan lagi, pengendara itu langsung memotong jalan motor Hafsah.

Mengingat mendung yang menyergap, membuat para pengendara jarang yang melewati jalanan itu. Hafsah sengaja mengambil jalan pintas, walaupun sepi, tapi hanya itu satu-satunya jalan yang dekat dengan komplek rumahnya.

Seorang pria muda turun dari mobil tadi. Dia membuka kacamata hitamnya, berjalan santai dengan tatapan remeh kearah Hafsah.

"Reza?" lirih Hafsah sembari melepas helmnya.

"Hafsah ... Hafsah!" gumam pria yang bernama Reza tadi, sambil bergeleng-geleng menatap remeh Hafsah.

"Mau apa kamu menghadang jalanku, Reza? Minggir, aku mau pulang!" sergah Hafsah menaikan nada suaranya.

"Janda! Tapi tida tahu diri!" cibir Reza.

"Apa maksud ucapanmu?" tanya Hafsah yang sudah mulai tidak nyaman dengan putra rekan Ayahnya itu.

"Sehebat apa kamu, Hafsah? Kamu hanya pegawai Bank biasa ... Tapi kenapa gayamu selangit, hingga menolak lamaranku! Sudah hebat, kamu?" Reza menekan kelimatnya, menatap bengis kearah Hafsah. Dia masih tidak terima karena lamaran Ayahnya ditolak oleh Hafsah.

"Jaga ucapanmu, Reza! Walaupun suamiku sudah tiada, Demi ALLAH aku tidak akan menduakannya, demi menikah dengan pria BUSUK SEPERTIMU!" bantah Hafsah memperjelas ucapannya. Dia sangat muak melihat sikap pria arogan didepannya kini.

Reza adalah bungsu dari pak Imam, pria yang waktu lalu dibicarakan bu Mirna, karena ingin meminang Hafsah. Pria itu memiliki watak yang keras, sombong, dan hanya ongkang-ongkang kaki mengandalkan harta orang tuanya saja. Reza sendiri bekerja sebagai PNS yang bertugas dikantor Kabupaten Malang.

Mendengar itu, Reza sontak naik pitam. Matanya membola tajam, sambil mendekat kearah motor Hafsah.

Melihat Reza mendekat, Hafsah langsung mengambil kunci motornya dan menyembunyikan kedalam saku dalam jaketnya. Hafsah hanya takut, jika pria gila itu akan membuang kunci motornya.

"Mau apa lagi, kamu?" bentak Hafsah melayangkan tatapan tak kalah tajam.

Srettt!!

Wajah Hafsah sedikit mendongak, karena Reza berhasil mencengkramnya dengan kuat.

"Ingat Hafsah, kamu jangan belagu jadi wanita! Kamu hanya seorang janda miskin, yang hidup serba kekurangan-"

Cuih!!!

Merasa muak, Hafsah langsung saja meludahi wajah Reza. Dia menajamkan matanya, berusaha melepaskan cengkraman tangan Reza.

Reza mengusap ludah Hafsah dengan satu tanganya. Matanya memicing, hingga menusuk jantung Hafsah saat ini. Setelah itu, dia menghempas wajah Hafsah kesamping, hingga membuat Teller cantik itu menoleh kesamping.

"Kurang aja kamu, Hafsah! Berani-beraninya kamu menginjak harga diriku!" gertak Reza menggeram.

"Ingat, Reza! Lebih baik aku menjanda selamanya, daripada aku menikah dengan pria GILA sepertimu!" setelah mengatakan itu, Hafsah langsung saja menjalankan kembali motornya. Meninggalkan Reza sendirian dengan emosinya.

Arghhhh!!!

'Awas saja kamu, Hafsah! Akan aku pastikan, kamu akan menjilat ludahmu kembali!' sumpah Reza dalam hatinya, saat menatap kepergian Teller cantik tadi.

"Brengsek!" umpatnya lagi, lalu bergegas kembali kedalam mobilnya.

Sepanjang jalan, dada Hafsah terasa nyeri mendapat hinaan seperti tadi. Air matanya luruh, karena dunia terasa kejam setelah kematian suaminya. Raga tidak hanya kekuatan Hafsah, tetapi dia bagaikan udara yang harus ada disetiap hembusan nafasnya. Namun setelah pergi, Hafsah hanya mampu menjalankan hidupnya, tetapi tidak dengan jiwanya.

Selang beberapa menit, Hafsah baru tiba dirumahnya.

Begitu dia melepas helmnya, sontak dahinya mengernyit kala melihat putrinya tampak manis mengenakan dress ala peri, dengan kedua sayap indahnya.

1
Sunaryati
Semangat Hafsah, jadilah ibu yang tangguh
Septi.sari: 😊🙏🙏❤nantikan update selanjutnya ibu.
total 1 replies
Sunaryati
Itulah jika bertindak tanpa dipikir dulu akhirnya dihinggapi penyesalan. Tapi jika niatmu sungguh-sungguh, mudah- mudahan masih ada waktu memperbaiki kesalahan
Septi.sari: iya bu, semoga niat bastian sungguh2.🤧
total 1 replies
Sunaryati
Wah ternyata banyak yang tertarik sama Hafisyah, sayang masa mudanya dihancurkan teman- temannya.
Septi.sari: hai ibu sunaryati selamat mebaca cerita sederhana ini❤🙏
total 1 replies
yumi chan
thor lps ini bt hafisah pergi jauh sm anknya thor..stlh bas tau kalau dia punyn ank stlh kjdian itu...bt bas mkn berslh dn gla di tgl pergi kauh sm hafisah....sbd kt maaf tdki ckp dgn apa yg di lkukn..
Septi.sari: kak, terimakasih sudah mampir dicerita sederhana ini. nantikan bab selanjutnya ya❤❤🤗
total 1 replies
Tunjiah
aq sika cerita nya. ngk ber tele2
Septi.sari: kak terimakasih banyak, 🙏🙏❤❤🤗
total 1 replies
yumi chan
good jod thor
Septi.sari: kak selamat membaca, dan nantikan updatan terbarunya🙏❤❤
total 1 replies
Nadiaaa
ceritanya bagus
Septi.sari: maa syaa allah kak, terimakasih bintangnya😊🙏❤❤
total 1 replies
Nadiaaa
lanjut thor
Septi.sari: baik kak❤🙏
total 1 replies
Elly Irawati
pengen tak cakar" tuh ya wajah si pus pus😡
Septi.sari: gas dek ell, 🤣🤣🤣
total 1 replies
Elly Irawati
lanjut gais, ditunggu up selanjutnya😍😍💪💪
Septi.sari: macih dekk ell😍🤗
total 1 replies
CF
wduh sya suka kota mlang
Septi.sari: Saya juga suka kak, walaupun saya asli jawa tengah😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!