Tentang seorang menantu yang tidak di perlakukan baik oleh keluarga suaminya.
Setiap hari nya harus menahan diri dan memendam sakit hati.
Lalu di tengah kesuksesan yang baru di reguknya, rumah tangganya di terpa badai pengkhianatan.
Akankah dirinya mampu bertahan dengan rumah tangganya?
Cerita ini belatar kehidupan di daerah Sumatera, khusunya suku Melayu. Untuk bahasa, Lebih ke Indonesia supaya pembaca lebih memahami.
Jika tidak suka silakan di skip, dan mohon tidak memberi penilaian buruk.🙏
Silakan memberi kritik dan saran yang membangun🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat
Malam hari setelah makan malam, Sari dan suami serta mertuanya duduk di ruang keluarga. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu
"Assalamu'alaikum...." Ucap salam suara dari luar rumah.
"Wa'alaikum salam, Nak tolong buka pintunya!." Ucap sari. Ia memijat bahu suami nya.
"Atuk, Wan!." Selfi berteriak riang kerena kakek nenek nya datang.
Sari segera beranjak menyambut kedua orang tuanya.
"Mak, ayah, apa kabarnya? Maaf!, Sari belum bisa ke sana, malah Mak ayah pula yang kesini." Sesal Sari karena tidak enak pada orang tuanya.
"Apa pula dirimu meminta maaf segala, kami sebagai orang tua faham, pulang kenrumah kita jauh juga, apa lagi bawa anak-anak." Jawab sang ibu menenangkan Sari.
"Yuk mak duduk dulu, Sari bikinkan air. Oh ya, kebetulan tadi Sari buat Sempolet tadi. Kejap ya." Ucap sari. Dia menuju kebelakang untuk membuat minuman dan menyiapkan makanan Sempolet.
(Sempolet/Lendot: Adalah makanan khas Riau. Terbuat dari olahan tepung ubi,cabe merah, sayur bisa pakis/lainnya, topping bisa bakso dan lain juga)
Mertuanya datang dari kamar mandi.
"Siapa Sar?" tanya Sarimah.
"Mak dan ayam bu." jawab Sari. Ia mengaduk teh dan kopi.
"Kenapa tak kasi tau aku kalau orang tua mu hendak kemari?, Awas saja kalau kau mengadu yang tidak-tidak tentang ku." Ujar ibu mertuanya.
"Sari pun tak tau bu, tiba-tiba saja orang tua Sari datang dan tidak kasi kabar juga." Timpal Sari jujur.
"Heh, Alasan saja." Sarimah melengos dan berlalu ke ruang tamu, menyambut sang besan.
"Semoga bang Ramdan mau ku ajak pindah." Batin Sari.
Setelahnya Ia membawa nampan besar berisi Sempolet, air kopi, teh serta cemilan ringan.
"Diminum dulu Mak, ayah." Sari menyajikan makanannya.
"Sudah tak bekerja di Siak lagi kau Ramdan?". Tanya ayah mertuanya.
"Semenjak Selfi punya adik, Saya sudah tidak pernah kerja di sana lagi ayah. Kasian pula Saya tengok sari mengurus anak-anak sendiri." Jawab Ramdan sopan.
"Iya kau benar, Setidaknya ada lelaki di rumah." Balas Dono mertuanya.
Sedangkan para wanita asik ngobrol topik yang lain.
"Nanti ajarkan Mak bikin ini ya Sar, baru kali ini Mak makan, enak pula rasanya, Bentuknya mirip sinonggi tapi Sinonggi lebih kental dan padat." Ucap Diah heran. Ibunya Sari berasal dari Sulawesi, dia mengenal ayah Dono sewaktu bekerja di Pekanbaru.
"Ia Mak, nanti sari ajarkan. Senang betul bikinnya ini Mak." tutur sari tersenyum
Ibu mertuanya hanya diam sambil menonton televisi, dan sesekali turut ngobrol. Karena dia tidak bisa berbahasa indonesia dengan lancar.
"Sari..., Hei Sari!!!." Teriak seseorang dari luar.
Dia menyolong masuk rumah tanpa salam. Betapa kaget dirinya, saat masuk rumah, semua mata tertuju pada nya. Tidak terkecuali orang tua Sari, mereka menatap heran wanita ini.
"Eh ada tamu, Sari sini kamu!." Ucap wanita itu yang tidak lain adalah Yati, adiknya Ramdan. Tangan nya bersedekap didada.
Sari beranjak dari duduknya, dan mendekati Yati.
"Ada apa kau teriak-teriak Yati?." tanya Sari.
"Besok datanglah ke rumah, cuci pakaian dan bebersih semua nya, karena mau ada tamu yang akan berkunjung " Ucap Yati tersenyum smirk.
ibunya Sari mengernyitkan kening heran.
"Kenapa kau menyuruh anak ku?, bukankah yang punya rumah dirimu?" tanya ibu Sari.
"Siapa dirimu mengaturku? Aku ini adik suaminya, bukan setiap hari pula aku menyuruhnya. Sudah untung anak mu ini ku terima menjadi kakak ipar." Jawabnya sombong.
Baru saja Ibu sari mau membuka mulut, tapi sari sudah memotong duluan.
"Berapa bayaran ku nanti nya Yati?, kalau gratis jelas tak maulah diriku." Ujar Sari santai.
"Kau!!" Sari menuding jari telunjuk geram.
"Turunkan tangan jelekmu tu." Balas sari. Sari sudah bertekad, Dirinya tidak akan berdiam diri lagi seperti biasanya. Sudah cukup Ia sabar selama ini.
"Mak, tengok menantu sial*n Mak ni? Berani pula dia menolak ku." Yati mengadu kepada Sarimah, berharap dibela sang ibu.
"Sudahlah tu Yati, pasal cuci baju saja kau besar-besarkan. Sari lagi kedatangan orang tua nya dari jauh." Ucap Sarimah. Tak mungkin juga ia memarahi sang menantu di depan orang tua nya. Mau di letak dimana mukanya, belum lagi Dia melihat emas dan pakaian ibunya Sari, harus pintar-pintar dirinya mencari muka.
"Ckk!.." Tanpa sepatah kata pun, Yati pulang kerumah nya.
"Maafkan anak ku ya Mak nya Sari, mungkin dia lagi punya masalah, aslinya dia baik anaknya, benarkan Sari?" Ucap Sarimah beralih ke Sari.
"Hm,, Iya mungkin."
.
.
Malam ini keluarga Sari menginap di rumah mertua Sari, karena tidak mungkin pula mereka pulang, karena menuju rumah mereka harus menyebrang dulu.
Dulu Sari bersekolah di pesantren. Setelah lulus, di rasa betah tinggal di Kota ini, Dirinya pun memutuskan melanjutkan SMA di kota ini saja. Oleh karena itu, orang tua nya membuat rumah Di sekitar kota.
Sari adalah anak bungsu dari 4 bersaudara, dan ia perempuan satu-satunya. Bisa di bayangkan bagaimana kasih sayang orang tuanya.
Saudara laki-laki nya semua sudah menikah, kakak tertua sudah menikah, tinggal di Madura tempat istrinya, no dua tinggal di Pekanbaru, dan no tiga tinggal tidak berapa jauh dari orang tua mereka.
.
.
Selfi menghampiri Sarinyang sedang ngobrol dengan sang ibu.
"Mak, malam ni Selfi tidur sama Wan boleh?" tanya selfi.
"Boleh nak, tapi jangan pipis pula, nanti habis baju Atuk , Wan Pesing." gurau Sari.
"Alaaaah, Mak ni, mana pula pernah Selfi pipis malam, kalau Atika iya nya." Ucap Selfi cemberut.
"Iya-iya, Jangan lah merajuk, Mak bergurau saja lah."
"Yalah tu, Mak, jadikan kita pindah?". tanya selfi.
Semua yang ada di ruang tamu seketika beralih menatap ke arah Sari, seolah meminta penjelasan atas pertanyaan Selfi. sementara sari, dirinya hanya nyengir kuda.
"Kau mau pindah nak?, apakah sudah tak betah dirimu tinggal di kampung ini?" tanya mertuanya.
"Hee, bukan macam tu Mak, memang ada rencana Sari untuk pindah, tetapi belum pasti." Jawab sari. Agak kasian juga dirinya terhadap sang mertua. Bagaimanapun sebenarnya orang tua ini baik, hanya saja dia tidak bisa menjaga lidahnya. Menganggap semua hal wajar, tidak tahu seberapa dalam ucapannya menyakiti siapa saja.
Ibu Sari hanya diam menyimak, Ia tidak mau ikut campur, bagaimanapun ini rumah tangga sang anak. Sebagai orang tua, Dirinya hanya bisa mendo'akan kebaikan keluarga anaknya, jika anak nya minta pendapat, barulah dia turun tangan.
Sedangkan Sarimah, Ia terdiam, tidak tahu mau bicara apa. Ada sedikit kesal dan sebal di hatinya. Namun, mau marah tidak bisa.
Diam-diam di kamarnya, Ramdan mendengar obrolan sang istri. Ia jadi bimbang, Bagaimana nasib ibu nya jika ia pindah.
Tidak mungkin pula dirinya mengajak sang ibu, sedangkan Sari tentu saja memutuskan pindah karena sudah lelah hati dan pikirannya.
.
.
.
"ku racun juga nanti tu orang!"
Hay!!
Selamat malam guys!