Untuk mengungkap penyebab adiknya bunuh diri, Vera menyamar menjadi siswi SMA. Dia mendekati pacar adiknya yang seorang bad boy tapi ternyata ada bad boy lain yang juga mengincar adiknya. Siapakah pelakunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
"Cemen! Lo punya dua tangan, tapi masih mau nantangin cowok yang lagi berkabung dan cuma punya satu tangan sehat?" Vera tertawa mengejek Dwiki.
Beberapa teman lain yang melihat Vera berani mengejek Dwiki terkejut karena Dwiki adalah salah satu siswa nakal dengan berbagai pelanggaran.
Dwiki mendengus, lalu mengalihkan perhatiannya ke Vera. "Siapa lo?"
Tanpa ragu, Vera mengulurkan tangannya ke arah Dwiki. "Nama gue Vera."
Sagara tiba-tiba berdiri dan berjalan melewati Vera tanpa sepatah kata pun. Bahunya sengaja menyenggol tangan Vera yang masih terulur pada Dwiki, seolah menunjukkan ketidaktertarikannya terhadap kehadiran gadis itu.
Vera menurunkan tangannya dan melirik Dwiki sekilas. "Lo Dwiki, kan?" katanya dengan tatapan tajam. "Gue ingat wajah lo."
Dwiki menyipitkan matanya, tetapi sebelum dia menjawab, Vera sudah berjalan pergi, mengikuti langkah Sagara yang sudah lebih dulu keluar kelas.
Dwiki tetap berdiri di tempatnya, matanya mengikuti Vera yang semakin menjauh. Dia mengusap dagunya sambil menyeringai. "Dia anak baru di kelas ini. Kenapa dia menarik banget?" gumamnya, sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan kelas.
Di koridor sekolah yang lengang, Vera mempercepat langkahnya, mengejar Sagara yang tampaknya sengaja mengabaikannya.
"Saga, lo mau ke mana?" serunya, namun Sagara tetap berjalan tanpa menoleh.
Akhirnya Vera berhasil mengejarnya, Sagara menghentikan langkahnya tiba-tiba. Dia menoleh dan menatapnya tajam. "Kenapa lo ngikutin gue?" tanyanya dengan dingin.
Vera mengangkat bahu. "Karena lo menarik."
Sagara mengernyit. "Maksud lo?"
"Lo anak geng motor mana? Sepertinya gue pernah lihat lo," kata Vera, mencoba memancing reaksi Sagara.
Namun, bukannya menjawab, Sagara justru kembali melangkah, meninggalkan Vera begitu saja.
Vera membuang napas kasar karena merasa kesal diabaikan Sagara, apa dia salah teknik mendekati Sagara.
"Percuma lo dekati Saga."
Vera menoleh dan mendapati seorang pria yang tadi pagi sempat menariknya. Dia sedang duduk di pinggir lapangan basket, memantulkan bola dengan santai.
Vera menatapnya tajam. "Lo lagi?" katanya jengah. "Lo siapanya Saga sih?"
"Gue kakak sepupunya," jawab pria itu, masih dengan nada santai.
Mata Vera berbinar. Kakak sepupu? Dia pasti punya banyak info tentang Saga!
Tanpa ragu, Vera berjalan mendekat dan duduk di sampingnya. "Gue anak baru di sini," katanya membuka pembicaraan.
"Iya, gue tahu," jawab pria itu tanpa mengalihkan pandangannya dari bola yang dipantulkannya.
Vera mencibir. "Gue dengar Saga baru aja kehilangan pacarnya," katanya kemudian. "Memangnya apa yang terjadi?"
Pria itu menatapnya dengan senyum miring. "Lo anak baru di sini. Buat apa lo tahu semua itu?" katanya. "Lo mau deketin Saga? Lo tertarik sama dia? Buang jauh-jauh pikiran itu. Lo bukan tipenya."
Vera mendengus kesal. "Lo kenal pacarnya Saga sebelumnya?" tanyanya lagi, mencoba mencari celah.
Namun, kali ini pria itu tidak menjawab. Dia hanya terdiam sejenak sebelum berdiri dan berjalan pergi dan masih mendribble bolanya.
Vera menatap punggungnya yang menjauh dengan mata menyipit. Di sekolah ini benar-benar banyak cowok toxic.
Syifa duduk di sebelah Vera dengan santai, matanya berbinar saat menatap Zavin yang sedang bermain basket. "Lo jangan dekati dia," katanya sambil tersenyum, suaranya terdengar penuh peringatan. "Dia crush gue."
Vera hanya mencibir, tidak terlalu tertarik dengan peringatan itu. Dia mengalihkan pandangannya, pikirannya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan tentang cowok-cowok populer di sekolah itu—terutama Sagara dan Dwiki yang sepertinya saling berkaitan.
"Nama lo siapa? Gue Vera."
"Gue Syifa."
Setelah beberapa saat terdiam, Vera akhirnya membuka suara. "Lo dekat nggak sama pacarnya Saga?" tanyanya, menatap Syifa dengan penuh selidik.
Syifa menoleh ke arah Vera, ekspresinya berubah. "Kenapa lo ingin tahu?" tanyanya balik.
"Gue cuma penasaran. Gue dengar beberapa cerita jadi gue ingin tahu yang sebenarnya. Sebelumnya gue juga sempat baca berita tentang siswi sekolah ini yang bunuh diri di rumah sakit," kata Vera sambil memelankan suaranya.
Syifa masih menatap Vera dengan tatapan meneliti, seolah mencoba mencari tahu niat sebenarnya dari gadis itu. "Entahlah, gue juga sangat terkejut dengar kabar itu. Padahal mereka pasangan yang serasi. Mereka terlihat saling mencintai. Gue dengar Rhea minta putus sama Saga waktu di jalan, Saga terkejut lalu banting stir karena ada truk yang mendekat. Saga terluka parah, sampai tulang bahunya patah sedangkan Rhea tidak apa-apa. Tapi setelah Saga selesai operasi, Rhea justru bunuh diri."
Vera semakin tertarik mendengar hal itu. "Apa lo sahabatnya?"
"Iya, gue salah satu sahabatnya. Tapi ada banyak hal yang gue nggak tahu tentang dia. Rhea selalu menutup diri, bahkan sama gue."
Vera bisa melihat ada sedikit kesedihan di mata Syifa, tapi dia tidak berniat berhenti. "Lo tahu nggak kenapa dia akhirnya ... bunuh diri?" tanya Vera lagi seperti seorang wartawan yang sedang melakukan sesi wawancara.
Syifa menghela napas panjang sebelum menjawab. "Gue juga pengen tahu. Gue nggak ngerti kenapa Rhea melakukan itu. Dia nggak pernah cerita kalau dia punya masalah besar. Gue pikir... dia baik-baik aja. Apa mungkin dia merasa bersalah sama Saga karena Saga terluka parah."
"Tapi kan, Saga masih hidup dan operasinya berhasil."
"Lo gak tahu bagaimana baiknya Saga sama Rhea. Dulu Rhea pernah disukai sama Dwiki dan sepertinya Dwiki terobsesi tapi Saga melindungi Rhea mati-matian. Pokoknya, Saga itu perfect."
"Bukannya dia juga anak geng motor?" tanya Vera.
"Iya, tapi gak semua anak geng motor itu nakal." Syifa semakin menatap Vera. Ada satu hal yang mengganjal pikirannya. "Apa jangan-jangan Rhea selingkuh dari Saga? Karena sebelum kejadian itu, Rhea sempat mual di toilet." Syifa memelankan suaranya dengan ekspresi yang persis seperti emak-emak sedang bergosip.
"Maksud lo, Rhea hamil?"
Syifa menganggukkan kepalanya.
"Saga yang melakukannya. Dia tidak mau tanggung jawab?" Vera semakin tertarik dengan obrolan itu.
"Bukan, tapi dengan selingkuhannya."
"Siapa?"
"Ya, mana gue tahu. Itu kan hanya tebakan gue." Syifa menyunggingkan senyum kecilnya lalu kembali fokus pada Zavin yang sedang bermain basket.
Vera membuang napas kasar. Ternyata semua itu hanya spekulasi dari Syifa saja.
Merasa bosan, akhirnya Vera berdiri tanpa dia tahu ada bola basket yang mendekat ke arahnya.
"Awas!" Dwiki menahan bola basket itu dengan satu tangannya.
Vera terkejut dan menatap Dwiki sambil mengedipkan matanya. Ini kebetulan atau Dwiki sudah tertarik sama gue?
ok lanjuuut...