NovelToon NovelToon
HIGANBANA NO FUKUSHU

HIGANBANA NO FUKUSHU

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Dokter / Bullying dan Balas Dendam / Sugar daddy
Popularitas:190
Nilai: 5
Nama Author: IΠD

Setelah orang tuanya bunuh diri akibat penipuan kejam Agate, pemimpin mafia, hidup siswi SMA dan atlet kendo, Akari Otsuki, hancur. Merasa keadilan tak mungkin, Akari bersumpah membalas dendam. Ia mengambil Katana ayahnya dan meninggalkan shinai-nya. Akari mulai memburu setiap mafia dan yakuza di kota, mengupas jaringan kejahatan selapis demi selapis, demi menemukan Agate. Dendam ini adalah bunga Higanbana yang mematikan, menariknya menjauh dari dirinya yang dulu dan menuju kehancuran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Unexpected Meeting

Beberapa hari kemudian, setelah sesi istirahat singkat Akihisa dan Miku, Akari merasa energinya pulih sepenuhnya. Ia tidak bisa hanya berdiam diri menunggu instruksi.

​Akari keluar dari rumahnya mengenakan pakaian olahraga kasual, rambutnya diikat rapi. Ia melakukan jogging di sekitar lingkungan yang sepi itu, menggunakan kegiatan itu sebagai bagian dari latihan fisik dan pengamatan lingkungan.

​Saat itu Indra tidak ada di rumah. Seperti yang direncanakan, ia bekerja seperti biasa di Guardian Taxi, mengemudi di sekitar kota untuk mengumpulkan informasi pasar gelap dan menjaga koneksi rahasianya.

​Di sisi lain kota, Araya sibuk di kantornya bersama Akihisa dan Miku, menekan mereka untuk segera mendapatkan kelemahan Haruna yang akan digunakan sebagai umpan.

​Akari tahu, ia harus menjaga penyamarannya sebagai remaja biasa. Dengan jogging di siang hari bolong, ia menunjukkan dirinya sebagai penduduk yang tidak mencurigakan, sambil secara mental memetakan rute pelarian dan area tersembunyi di sekitar rumahnya. Ia bersiap untuk panggilan yang akan segera datang.

Akari tidak hanya menggunakan jogging-nya untuk latihan fisik, tetapi juga sebagai bagian dari penyamarannya dan untuk membangun kembali jaringan dukungan sosialnya.

​Disepanjang jogging, Akari sesekali menyapa tetangganya dengan senyum cerah. Ia juga berhenti untuk menawarkan bantuan, seperti membantu mereka mendorong gerobak belanjaan yang berat atau hal lainnya yang membutuhkan tenaga.

​Mengingat tetangganya semua mengenal keluarga Akari dengan baik, mereka merespons kebaikan Akari dengan kasih sayang. Mereka tahu tragedi yang menimpa keluarga Otsuki, dan mereka juga memeluk Akari secara tidak langsung dengan interaksi mereka—senyum hangat, sapaan tulus, dan kekhawatiran yang tersembunyi. Hal ini memberikan kekuatan emosional bagi Akari, mengingatkannya bahwa ia berjuang untuk melindungi komunitas ini.

​Beberapa saat, Akari mengunjungi toserba dekat rumahnya yang dijaga oleh pasangan lansia. Tempat itu adalah langganan orang tuanya dulu.

​"Akari-chan, kau terlihat sehat sekali hari ini," sapa Nenek penjaga toko, suaranya lembut. "Jangan terlalu memaksakan diri, ya. Kasihan orang tuamu di surga nanti khawatir."

​Akari tersenyum. "Terima kasih, Nek. Aku hanya membeli minum sebentar."

​Toserba itu adalah tempat umum yang sempurna untuk mengamati dan diamati, dan Akari menggunakannya untuk menenangkan pikiran sambil tetap waspada.

Saat Akari sedang memilih minuman dingin di toserba, matanya yang tajam menangkap sesuatu yang tidak pada tempatnya.

​Namun saat itu Akari melirik seorang wanita berpenampilan elegan, yang tampak terlalu mewah untuk toserba lingkungan itu. Sosoknya sekilas mirip seperti Haruna—memancarkan aura profesional yang licik.

​Akari menjaga jarak dan berpura-pura meminum dari botolnya dan menguping percakapan antara wanita itu dan pasangan lansia pemilik toserba.

​Sang wanita itu menawarkan pinjaman uang dengan bunga sangat rendah kepada pasangan lansia itu, mengklaim bahwa ini adalah program bantuan modal usaha kecil.

​Akari melirik kertas yang diberikan wanita itu. Akari juga mendengar kedua lansia itu menolak secara halus, mengatakan mereka tidak butuh uang. Namun, sang wanita menghasut mereka dengan lembut, menyebutkan biaya pengobatan yang mahal dan keuntungan besar di masa depan.

​Saat wanita itu memegang kontrak itu sedikit terbuka, Akari membaca tulisan kontrak tersebut yang adalah AgateX.

​Darah Akari mendidih. Dia tidak akan membiarkan AgateX menjerat orang tak bersalah lainnya.

​Akari bergerak cepat. Lalu merampas kertas itu dari tangan wanita itu.

​"Apa ini?" tanya Akari, suaranya dingin.

​Wanita itu terkejut dan marah. Akari menatap wajah sang wanita itu lurus-lurus. Seketika, Akari membeku

.

Ternyata wanita itu adalah teman akademinya—seseorang yang ia kenal di masa lalu, yang adalah salah satu pembully dirinya. Wajah yang dulu ia benci kini menjadi bagian dari organisasi yang menghancurkannya.

​"Kau! Kau yang bekerja untuk AgateX?" desis Akari, kemarahannya yang terpendam selama berbulan-bulan siap meledak.

Kemarahan Akari mencapai puncaknya. Ia tidak akan membiarkan orang lain menjadi korban.

​Akari merobek kertas tersebut menjadi dua di depan wajah wanita itu, menghancurkan kontrak AgateX. Kemudian, dengan dorongan kuat, Akari mendorong temannya hingga keluar toserba.

​"Pergi dari sini! Aku tidak akan membiarkanmu menipu siapapun lagi!" gertak Akari.

​Pasangan lansia itu terkejut, bersembunyi di balik meja kasir.

​Saat wanita itu terhuyung-huyung saat di luar, ia tidak sendirian. Ada beberapa pria berbadan besar—yang ternyata adalah bodyguard-nya—yang langsung mendekat.

​Wanita itu merapikan pakaian elegannya, senyum sinis kembali terukir di wajahnya.

​"Astaga, Akari. Kau masih sangat emosional," ejeknya. "Mereka hanya butuh modal. Kami hanya membantu."

​Ia menunjuk bodyguard-nya. "Apa yang akan kau lakukan sekarang, Akari? Menangis seperti dulu?"

​Akari tidak menjawab. Ia tahu, melawan pria-pria berbadan besar ini dengan tangan kosong di siang bolong akan menarik perhatian yang tidak diinginkan.

​Matanya melihat ke sekeliling. Tepat di pinggir pintu toserba ada alat kebersihan. Akari mengambil tongkat sapu yang kuat itu. Bukan katana, tapi cukup untuk mempertahankan diri dan melumpuhkan sementara.

​"Aku tidak akan menangis lagi," kata Akari dingin. "Aku di sini untuk mengakhiri permainanmu."

Akari berdiri tegak, memegang tongkat sapu dengan kedua tangan, siap menghadapi ancaman.

​"Aku tidak menyangka," ujar Akari, suaranya dipenuhi rasa jijik. "Aku tidak percaya seorang pembully sepertimu akan jatuh begitu rendah, bekerja dengan kriminal seperti AgateX. Uang apa yang mereka tawarkan padamu?"

​Sang wanita tertawa sinis, puas melihat penderitaan Akari.

​"Jatuh? Justru aku naik, Akari. Kau tidak mengerti apapun," balas wanita itu. "Kau selalu hidup dalam kebahagiaan palsu. Kau hanya melihat dunia dari kacamata kemewahanmu."

​Wanita itu melangkah mendekat, matanya penuh penghinaan.

​"AgateX adalah realitas, Akari. Realitas hanya orang miskin yang terjerat utang yang bisa kami kendalikan. Dan kau tahu apa yang lucu?"

​Wanita itu tersenyum lebar dan kejam, mulai menyindir orang tuanya yang meninggal karena tidak bisa membayar.

​"Orang tuamu... mereka sama saja. Begitu bodohnya hingga meninggal karena tidak bisa membayar hutang kecil. Mereka hanya aset yang kami liquidasi. Dan kau, kau hanyalah sisaan yang menyedihkan."

​Sindiran itu menusuk Akari lebih dalam daripada pisau mana pun. Kemarahan murni melonjak di dalam dirinya. Semua pelajaran kesabaran dari Indra dan Araya seketika terlupakan.

Sindiran tentang kematian orang tuanya adalah batas yang tidak boleh dilanggar. Akari tidak lagi berpikir jernih.

​Akari menggenggam gagang sapu hingga menjadi dua di tangannya, memisahkannya menjadi dua bilah kayu yang bergerigi. Wajahnya yang cantik kini terlihat mematikan, matanya memancarkan niat membunuh.

​"Aku datang untuk membalaskan dendam orang tuaku, dan untuk menghentikanmu menjerat orang-orang tak bersalah ini," desis Akari, suaranya rendah dan penuh ancaman.

​"Aku bisa melakukan pembalasan karena aku sudah lulus dari akademi," gertak Akari, merujuk pada latihan kerasnya. "Jadi bersiaplah!"

​Wanita sinis itu pura-pura takut, tetapi senyum kemenangan tersungging di bibirnya. Ia telah berhasil memancing Akari.

​"Oh, aku takut sekali," ejeknya. "Tangani dia, kawan-kawan."

​Ia segera menyuruh bodyguard-nya melawan Akari dan dirinya masuk ke dalam mobil sedan mewah hitam yang diparkir di dekatnya, bersiap untuk melarikan diri.

​Tiga bodyguard besar itu tertawa, menganggap Akari hanya remaja lemah yang marah. Mereka melangkah maju, meremehkan ancaman dari dua bilah kayu patah di tangan Akari.

​Pertarungan Akari yang sudah lama tertunda akhirnya dimulai, di tengah jalanan perumahan yang tenang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!