NovelToon NovelToon
Me And Mr Mafia

Me And Mr Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Roman-Angst Mafia / Gangster
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: HaluSi

Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.

Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.

Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.

Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.

Langsung baca ya👇

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 2

Gaun kotor penuh lumpur membuat Ellen tidak di perkenankan masuk toko roti. Apalagi Ellen gagal menunjukkan bukti bahwa dia bukanlah gelandangan sebab dompet miliknya hilang.

Kemana ya. Batin Ellen. Dia sempat kembali ke gang kecil namun dompetnya tidak ada di sana.

Tampak si pegawai masih berjaga di depan toko, manager toko menebak jika Ellen hanya berpura-pura untuk mendapatkan barang gratis.

"Sudah ketemu dompetnya?" Tanya si pegawai toko.

Ellen tersenyum dengan wajah kebingungan. Dompet kecil yang di bawa terdapat sebuah ATM yang berisi uang bulanan untuknya. Mustahil bagi Ellen melaporkan hal ini pada David sebab kesalahan sejenis sudah terulang entah berapa kali. Ellen selalu teledor meletakkan dompet, alasannya lupa atau hilang hingga membuat David kesal.

Kalau sampai ATM ini hilang lagi, jangan pernah mengharapkan jatah bulanan. Nanti kebutuhan mu akan di urus Paula.

Ancaman itu membuat Ellen semakin sakit hati meski wajib di terima. Paula memang jauh lebih baik darinya dalam segala hal terutama menjaga barang pribadinya. Kebiasaan bertolak belakang dengan Ellen yang cenderung teledor dan sering lupa meletakkan barang.

Wajar saja David berpaling. Kamu itu payah dalam menjaga barang termasuk menjaga Suami mu.

Mau bagaimana lagi jika nyatanya Ellen wanita yang seperti itu. Dulu David berkata akan menerima semua kekurangan Ellen asalkan bisa menjaga kecantikan. Namun ternyata janji itu tidak bisa David tepati.

Bu Sarah, sang mertua bahkan pernah mengolok-olok Ellen dengan kalimat cukup pedas. Ellen di sebut hanya modal cantik dan tidak bisa memberikan keturunan. Ellen sempat menceritakan hal itu, berharap David bisa membela nya namun sosok itu malah bungkam dan menghadirkan seorang selir sebagai pelengkap pernikahan.

"Dompet saya benar-benar hilang. Saya tidak berbohong. Apa anda tidak mengingat saya? Eum saya sering datang ke..."

"Sebaiknya anda pergi." Sahut si pegawai.

Ellen menghela nafas panjang nan berat. Roti pesanan Paula wajib di dapatkan karena Ellen tidak mau mendengar kalimat bernada merendahkan. Untuk hal ATM, Ellen akan membicarakannya walaupun nanti kebutuhannya akan di handle Paula.

"Tolong saya. Satu buah roti saja dan saya akan pergi." Pinta Ellen.

Si pegawai tersenyum mengejek. Kalimat yang di lontarkan membenarkan tebakannya tentang Ellen.

"Kenapa harus menipu demi sebuah roti."

"Saya tidak menipu. Dompet saya memang hilang." Jawab Ellen.

"Pergilah, tidak ada gunanya anda mengemis. Roti ini bahkan tidak pantas berada di tangan kotor mu." Ujar si pegawai ketus.

Sebuah tangan menyodorkan beberapa lembar uang. Ellen menoleh untuk memeriksa siapa pemilik tangan tersebut.

Dia. Batin Ellen. Dia masih mengingat wajah Johan.

"Berikan sesuai keinginan nya." Pinta Johan. Apa yang di lakukan hanya sekedar menunjukkan rasa simpatik. Rupanya paras cantik Ellen cukup memanjakan mata Johan yang suka bercinta dengan pellacur jalanan. Dia pun merasa penasaran kenapa Ellen mendapatkan pengampunan dari Yuan.

"Baik." Meski penampilan Johan tampak sangar. Si pegawai toko menyiapkan sesuai pesanan Ellen. Apalagi Johan memberikan uang kembalian sebagai tips.

"Terimakasih. Dompet ku hilang. Apa kau tahu soal itu?" Ellen memperkirakan jika dompet nya jatuh di sekitaran gang kecil.

"Ucapan terimakasih anda terdengar tidak ikhlas." Sindir Johan.

"Karena aku yakin dompet ku jatuh di sana." Menunjuk gang kecil yang terletak di seberang jalan.

"Saya tidak tahu."

"Oh, baik. Aku pergi." Ellen menyebrang jalan sementara Johan masih terpaku menatapnya.

"Baru kali ini ada pekerjaan yang menyenangkan." Gumam Johan seraya mengirimkan perintah pada anak buahnya dalam bentuk pesan.

💌Laporkan apapun kegiatan wanita itu. Kalau ada yang mencurigakan, segera ambil tindakan.

💌Baik Kak.

Ternyata Johan melenceng dari pekerjaannya saat melihat Ellen terlibat masalah. Dia rela turun dari mobil dan berharap simpatik Ellen bisa di dapatkan. Imbalan yang Johan harapkan hanyalah percintaan semalam, tidak lebih. Itupun kalau Ellen memberikannya tanpa keterpaksaan. Johan merasa jika parasnya cukup tampan untuk menggoda Ellen.

Mana mungkin Kak Yu membebaskan hanya karena dia cantik. Sepertinya ada yang salah. Batin Johan.

.

.

.

.

Baru saja Ellen tiba di mobil David, sebuah sambutan mengoyak emosi berhasil menyulut amarah. Jangankan khawatir dengan keadaannya, David malah menuduh Ellen berniat melarikan diri. Dua orang suruhan bahkan sudah terlanjur David perintahkan untuk memburu Ellen.

"Kamu akan ku temukan meski bersembunyi di lubang semut." Ucap David menekankan. Sudut bibir Ellen yang memar tidak terlihat di matanya.

Ekspresi Paula tampak masam. Dia kesal karena kehamilannya tidak cukup membuat David menceraikan Ellen.

"Terserah kalau kamu tidak percaya. Ini, sesuai pesanan mu." Menyodorkan bungkusan berisi roti.

"Pasti sudah terkontaminasi bakteri. Bajumu kotor sekali Kak." Tolak Paula.

"Sudah ku jelaskan kalau tadi aku jatuh."

"Buang saja. Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan calon anakku." Tutur Paula.

Ellen melirik malas lalu melenggang ke arah mobil. Bungkusan roti di lemparkan ke tempat sampah yang terletak tidak jauh dari sana.

"Eh tunggu Kak." Cegah Paula. Dia membisikkan sesuatu ke telinga David.

"Apa lagi?" Tanya Ellen.

"Sebaiknya kamu ikut mereka." Pinta David seraya menunjuk dua orang lelaki suruhan." Paula tidak nyaman melihat mu." Imbuh nya.

Tanpa protes, Ellen berjalan berlawanan arah menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari sana.

Di pertahankan untuk di sakiti. Kau tega sekali memperlakukan ku dengan sangat buruk. Sekarang aku bukan lagi ratu tapi orang suruhan.

Ellen bergegas masuk saat salah satu lelaki membukakan pintu. David sempat memerintahkan keduanya untuk menjaga Ellen sebelum pergi.

"Kalian tidak ada perkerjaan lain? Kenapa begitu patuh padanya. Apa kalian tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan ku!!" Teriak Ellen geram. Wajah dua orang lelaki yang duduk di jog depan sangat di kenali.

David sering memperkerjakan beberapa orang dari kalangan preman jalanan untuk di jadikan kacung. Mereka berkerja sesuai perintah David bahkan tidak segan-segan menyeret paksa Ellen jika melawan.

"Bisakah sesekali kalian patuhi perintah ku?!!! Carikan seseorang yang bisa membawaku pergi dari lelaki itu!!!" Sambung Ellen.

Seringnya kalimat itu terlontar membuat dua lelaki tidak merespon. Bagi mereka, membebaskan Ellen berarti bunuh diri.

"Apa imbalan yang ku tawarkan kurang menarik?!" Ellen berjanji akan menyerahkan sisa hidupnya untuk lelaki yang menolong nya. Sekalipun si lelaki sangatlah miskin, Ellen tidak masalah asalkan setia dan bisa melepaskan dari jeratan David.

Tidak adanya respon membuat Ellen memilih diam sampai mobil tiba di sebuah rumah besar berpagar tinggi. Dulu Ellen ingin mengukir kenangan manis di rumah tersebut namun keinginan itu musnah semenjak David menghadirkan Paula.

Ellen tidak lagi nyaman berada di sana. Rumah besar itu kini berubah menjadi tempat penyiksaan baginya. Tidak hanya kemesraan David dan Paula yang berhasil menorehkan luka, kehadiran Bu Sarah juga menambah beban fikiran Ellen.

Sejak Paula hamil, Bu Sarah kerapkali tinggal di sana. Orang tua yang seharusnya menjadi penengah malah melontarkan kalimat menyudutkan. Bu Sarah tidak segan-segan membandingkan Paula dengan Ellen di hadapan David secara terang-terangan.

"Astaga. Dasar wanita yang tidak bisa menjaga kehormatan Suami." Ujar Bu Sarah saat Ellen baru saja masuk dengan dress kotornya.

"Ini semua karena permintaan menantu kesayangan anda." Ellen sudah kehilangan rasa hormat sebab sikap Bu Sarah membabat habis kewarasannya.

"Pintar sekali melimpahkan kesalahan."

"Dia meminta saya membeli roti dan akhirnya saya jatuh kubangan air itu!" Jawab Ellen menjelaskan.

"Wajarlah dia menyuruhmu! Seharusnya kau tahu diri! Sudah sepantasnya kau memanjakan wanita yang bisa membawa kebahagiaan untuk Suamimu! Modal cantik saja banyak protes!!" Umpat Bu Sarah tak kalah pedas.

"Setidaknya otak saya normal dan tidak penuh dengan ambisi!" Jawab Ellen tidak kalah ketus. Dia merasa jika Paula merupakan wanita yang penuh dengan ambisi. Untuk tujuan sebenarnya, Ellen masih belum tahu.

"Kau memang tidak tahu diri! Derajat sudah di angkat tapi seperti ini balasan mu!" Ellen tertawa kecil meledek ucapan Bu Sarah.

"Maksudnya mengangkat saya menjadi asisten pribadi wanita itu?" Bu Sarah mendengus seraya menatap tajam ke Ellen." Suruh anak anda melepaskan saya agar tekanan darah anda bisa normal. Ingat Ma, bukan saya yang menginginkan tetap tinggal tapi anak anda sendiri." Imbuh Ellen memilih pergi sebab berdebat dengan Bu Sarah tidak akan ada ujungnya.

Aku harus mendesak David menceraikan wanita itu! Batin Bu Sarah. Dia berjalan masuk untuk menemui David.

🌹🌹🌹

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!