Di tahun terakhir mereka sebagai siswa kelas 3 SMA, Karin dan Arga dikenal sebagai musuh bebuyutan. Mereka sering bertengkar, tidak pernah sepakat dalam apapun. Namun, semua berubah di sebuah pesta ulang tahun teman mereka.
Dalam suasana pesta yang hingar-bingar, keduanya terjebak dalam momen yang tidak terduga. Alkohol yang mengalir bebas membuat mereka kehilangan kendali, hingga tanpa sengaja bertemu di toilet dan melakukan sebuah kesalahan besar—sebuah malam yang tidak pernah mereka bayangkan akan terjadi.
Setelah malam itu, mereka mencoba melupakan dan menganggapnya sebagai kejadian sekali yang tidak berarti. Namun, hidup tidak semudah itu. Beberapa minggu kemudian, Karin mendapati dirinya hamil. Dalam sekejap, dunia mereka runtuh.
Tak hanya harus menghadapi kenyataan besar ini, mereka juga harus memikirkan bagaimana menghadapinya di tengah sekolah, teman-teman, keluarga, dan masa depan yang seakan hancur.
Apakah mereka akan saling menyalahkan? Atau bisakah kesalahan ini menjadi awal dari sesuatu yang tidak terduga? Novel ini mengisahkan tentang penyesalan, tanggung jawab, dan bagaimana satu malam dapat mengubah seluruh hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardianna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenangan Masa Lalu
Kringgggg……
Kringgggg……
Kringgggg……
Bel sekolah berbunyi dengan keras, menandakan jam pulang telah tiba. Siswa-siswi mulai membereskan buku dan bersiap untuk pulang. Arga berjalan dengan cepat menuju bangku Karin, yang sedang mengobrol dengan teman-temannya. Dengan tatapan serius, dia langsung berbicara.
Arga (menatap Karin dengan tajam): "Gue belum selesai urusan sama lo."
Karin (balas menatap sambil tersenyum sinis): "Gue nggak takut."
Intan (berdecak, sambil memutar matanya): "Udah deh, Rin. Kenapa sih lo sama Arga berantem mulu?"
Bella (bercanda dengan nada menggoda): "Iya nih, kalian tuh nanti jodoh. Percaya deh."
Karin (mendelik ke Bella, dengan nada jijik): "Najis! Jodoh apaan? Yaudah yuk, kita pulang aja."
Saat mereka semua bersiap untuk pergi, Revi dengan cepat menggandeng tangan Riko, sambil tersenyum ceria.
Revi (dengan nada bahagia): "Gue bareng Riko ya! Hehehe..."
Sarah (menggelengkan kepala, sambil mendesah): "Hadeh, yang bucin beraksi lagi..."
Intan (menatap Revi dengan serius): "Langsung pulang, lu. Jangan ke mana-mana!"
Karin (tersenyum kecil ke Intan, sambil melambaikan tangan): "Ati-ati lo! Gue juga nggak mau lo keblabasan, Rev."
Intan (sambil memelototi Revi): "Serius, jangan macem-macem, deh."
Semua mulai beranjak meninggalkan sekolah, tertawa dan bercanda, sementara Arga masih menatap Karin seolah masih ada sesuatu yang ingin dia katakan, namun memilih diam dan hanya memperhatikan mereka pergi.
Setelah berpisah di gerbang sekolah, Arga dan gengnya menaiki motor besar mereka, siap untuk pulang. Arga, dengan sifat sombongnya, sengaja memutar gas motor dengan keras saat melewati Karin dan teman-temannya, membuat suara berisik yang memekakkan telinga. Mereka pun menatapnya dengan kesal.
Karin (berbisik pelan sambil melipat tangan): "Sialan tuh orang! Niat banget cari gara-gara sama gue."
Intan (tersenyum sambil menenangkan Karin): "Sabar ya, Rin. Emang Arga tuh seneng bikin orang kesel."
Bella (mencoba mencairkan suasana dengan nada bercanda): "Cantik aku sabar ya, jangan marah-marah terus nanti cepet tua loh!"
Sarah (menggelengkan kepala sambil tertawa kecil): "Eh, gue rasa Arga suka sama lo deh, Rin. Buktinya, dia jahilin lo mulu, kayak anak kecil yang naksir gitu."
Karin (melotot dengan jijik): "Amit-amit! Walaupun tinggal satu orang di dunia ini, gue mending sendiri daripada sama dia."
Bella (tertawa sambil mengangkat tangan): "Iya deh, iya... cewek mandiri banget lo."
Di kejauhan, Rico dan Revi yang sedang berboncengan melihat kejadian itu, sambil melambaikan tangan ke arah mereka.
Revi (melambai sambil tersenyum): "Dadah, besti! Nanti cerita yaaa!"
Intan (melihat ke arah Rico dan Revi, lalu menoleh ke Bella): "Liat noh, temen lu, Bel. Udah bucin parah!"
Sarah (dengan nada khawatir): "Takut gue kalo si Revi diapa-apain sama Rico, jaga-jaga aja."
Bella (menenangkan sambil tertawa kecil): "Ngga mungkin, tenang aja. Rico emang jahil tapi dia sayang banget sama Revi, nggak bakal deh."
Semua tertawa, meski sesekali Karin masih melirik ke arah motor Arga yang sudah jauh. Seolah mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak membiarkan cowok itu terus-terusan membuatnya kesal.
Karin dan teman-temannya Intan, Bella, dan Sarah sedang duduk di dalam mobil karin setelah pulang sekolah. Mobil itu melaju perlahan melewati jalanan sore, dengan suasana penuh canda dan tanya.
Bella (penasaran sambil mukanya maju ke kedepan dari kursi belakang): "Rin, lo tuh kenapa sih dari kelas 1 SMA berantem mulu sama Arga?"
Karin (mendengus sambil fokus menyetir): "Huff, males gue bahasnya. Tapi ya, dulu gue temenan kok sama dia, malah dari TK."
Intan (terkejut): "Serius lo? Kok gue baru tau?"
Sarah (ikut menimpali): "Orang tua lo deket juga ya sama orang tua dia?"
Karin (mengangguk): "Iya, bokap nyokap gue sama ortu dia lumayan akrab."
Bella (makin penasaran): "Terus kenapa jadi ribut mulu kayak Tom and Jerry gitu?"
Karin (menghela napas panjang, lalu bercerita): "Jadi, dulu pas gue SMP, gue punya pacar, kan. Nah, Arga ini cepuin gue ke bokap gue. Akhirnya, gue dimarahin habis-habisan."
Intan (melotot kaget): "Ih, parah banget sih itu anak! Kenapa bisa sejahat itu?"
Karin (tersenyum sinis, mengingat kejadian itu): "Iya, gue kesel banget. Terus gue balas dendam, gue cepuin dia lagi ke ortunya waktu dia mabok pas kelas 2 SMP."
Sarah (tertawa kecil): "Wah, dari situ mulai deh kalian saling benci, ya?"
Karin (mengangguk sambil tertawa): "Yup. Dari situ kita mulai musuhan. Setiap ketemu pasti berantem, kayak udah terprogram gitu, ngerti nggak?"
Bella (tertawa sambil menggelengkan kepala): "Yaelah, kirain ada masalah gede apaan... Ternyata cuma karena dicepuin doang, dasar bocah SMP."
Intan (menggeleng sambil tersenyum): "Hadeh, padahal lo sama dia temenan dari TK, bisa gitu ya jadi musuhan."
Sarah (tertawa kecil): "Fix sih, kalian tuh terlalu drama. Tapi jujur aja, seru sih liat kalian saling nyolot tiap hari."
Karin (mencibir): "Najis, nggak akan deh gue baikan sama dia. Malesin banget orangnya."
Sarah (tersenyum): "Eh, Rin... Kalau lo temenan dari TK, berarti lo sama Arga dulu pernah deket banget dong?"
Intan (ikut menimpali): "Iya, iya! Ceritain dong masa kecil lo berdua! Yang lucu-lucu gitu pasti banyak, kan?"
Karin (tertawa kecil sambil mengingat kenangan lama): "Iya sih... Dulu gue sama Arga kayak deket banget gitu. Kita hampir setiap hari main bareng di rumah gue atau rumah dia."
Bella (penasaran): "Serius lo? Terus lo main apaan?"
Karin (melanjutkan sambil tersenyum sedikit nostalgia): "Iya, dulu kita pernah bikin rumah pohon juga di belakang rumahnya Arga. Bokapnya yang bantuin kita bikin. Kita main rumah-rumahan di sana, pretend kayak jadi detektif. Gue inget banget, kita pernah nyari ‘penjahat’ di taman belakang. Padahal itu cuma kucing tetangga, tapi kita serius banget nyari petunjuk segala."
Intan (senyum lebar): "Gila, lo sama dia dulu sweet banget, ya! Kalo gue denger cerita lo, kayak hubungan lo sama Arga itu nggak jauh dari berantem-berantem lucu gitu dari dulu."
Bella (menimpali): "Iya, tapi dari kecil aja udah ada bibit-bibit drama kayaknya, hahaha."
Karin (tertawa sambil menggeleng): "Iya, ada kalanya sih kita juga ribut pas kecil. Pernah suatu kali gue marah sama dia karena dia ambil boneka kesayangan gue dan sembunyiin. Gue nangis seharian, terus dia bawa boneka itu balik sambil nangis juga minta maaf, hahaha."
Sarah (menggeleng sambil tertawa): "Gila, kocak banget! Tapi keliatan sih, lo berdua tuh dulu deket banget. Kalau bukan karena kejadian SMP itu, mungkin lo masih temenan sama dia sekarang."
Karin (mengangkat bahu): "Mungkin, tapi ya... sekarang udah beda sih. Dulu tuh Arga masih baik, perhatian, dan gak ada urusan mabok segala. Setelah kita mulai SMP, dia berubah banget, jadi lebih nakal dan kayak nggak peduli sama gue lagi."
Intan (menyeringai): "Tapi lo tetep inget kan hal-hal lucu yang pernah lo alamin sama dia. Udah deh, jangan kebanyakan nyimpen dendam, Rin."
Karin (tertawa kecil, menoleh ke arah Intan): "Gue inget kok. Tapi ya, tetap aja... itu masa lalu, sekarang kita musuh bebuyutan."
Bella (menyeringai nakal): "Musuh atau bakal jadi lebih dari itu?"
Karin (cepat-cepat menjawab dengan nada kesal): "Amit-amit! Gue nggak akan pernah balik lagi ke masa itu. Udah cukup sampai sini aja kenangan gue sama Arga."
Bersambungg….