Bitcoin World Domination

"Hallo Val, bisa kita bertemu sore ini di restoran seafood dekat rumah mu." Suara ilvy terdengar dari hp Val.

"Baiklah, jam berapa tepatnya?"

"Sebelum jam 6 sore, sekalian aku akan mentraktir mu makan malam."

"Aku akan menghubungi mu jika sudah sampai."

"Aku tunggu kabar mu" Setelah menutup tlp, Val merenung sejenak sebelum beranjak dari tempat tidur dan pergi ke gym di dekat rumah kostnya untuk melakukan latihan rutin.

Setelah melatih fisik, Val melanjutkannya dengan bermeditasi untuk meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap energi dan juga mengingkatkan persepsi semua Indranya.

Teknik meditasi ini di ajarkan oleh seseorang dari dunia lain yg merasa kasian dengan keadaan Val di kehidupan pertamanya. Inti dari meditasi ini adalah tentang pemurnian jiwa, dimana jati diri setiap mahluk hidup adalah jiwa dan tubuh fisik hanyalah alat atau sebuah cangkang agar jiwa dapat melakukan tindakan di dimensi fisik.

Semakin kuat jiwa maka efesiensi dalam mengendalikan energi juga akan semakin meningkat. Selain itu jiwa yg kuat dapat memberi seseorang berbagai jenis kemampuan unik lainnya seperti intuisi yg peka terhadap berbagai bahaya, dapat mendeteksi setiap kebohongan seseorang, dll.

Hingga menjelang sore, Val segera membersihkan diri untuk bersiap bertemu dengan Ilvy.

"Maaf membuat menunggu nona Ilvy." sapa Val yg sudah tiba di lokasi yg di tentukan.

"Jangan terlalu formal, aku juga baru sampai." Ilvy langsung menyerahkan sebuah map yg berisi beberapa berkas yg harus Val tanda tangani.

Val tidak menunda lama dan segera menandatangani berkas itu. "Jadi sekarang rumah itu sepenuhnya milik mu."

"Rumah itu bukan untuk ku, tapi kakak ku yg baru pulang dari luar negeri."

Val mengangkat bahu sambil mengambil menu yg ada di meja mereka dan berkata dengan santai. "Untuk siapapun tidak masalah, intinya aku berterima kasih sudah membantu ku."

Ilvy memberi Val senyum misterius. "Tunggu kakak ku dan tunangannya datang sebelum memesan makanan."

"Ehhh" Val sedikit terkejut. "Aku pikir ini kencan makan malam kita berdua."

"Pria yg harus mengundang wanita untuk berkencan dan jika sebaliknya maka itu pasti sesuatu yg tidak masuk ke alur romansa."

"Salah ku karena terlalu percaya diri dengan ketampanan ini sampai berpikir setiap wanita akan tergila gila pada ku."

"Ha ha ha ha, wajah mu tidak menunjukan sedikitpun penyesalan. Kata kata mu seakan hanya omong kosong untuk mengisi waktu."

"Begitulah, jadi kapan adik mu akan datang?"

"Mereka sudah tiba."

Val menoleh ke arah pintu masuk restoran yg di tatap oleh Ilvy, tapi segera dia memalingkan kembali wajahnya dengan sedikit bingung.

"Aku permisi ke toilet dulu." Tanpa menunggu jawaban Ilvy, Val bergegas pergi ke toilet. Bukan karena takut bertemu adik dari Ilvy melainkan wanita yg bersamanya adalah Carla.

Di dalam kamar mandi Val menarik nafas dalam dalam sebelum perlahan mengeluarkannya melalui mulut untuk menenangkan dirinya.

"Ternyata dia sudah sudah bertunangan, tapi hal itu wajar karena Carla memang wanita cantik dan Adik Ilvy juga pasti pria yg kaya sama seperti Ilvy."

Val hanya bisa menepuk dadanya untuk menenangkan rasa sakit yg muncul di hatinya.

"Fokus pada tujuan awal mu Val, jangan teralihkan lagi oleh seorang wanita." Val menatap kaca sambil menepuk pipinya dengan kencang untuk menyadarkan dirinya untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan kedua yg dia miliki.

Pancaran melankolis di mata Val perlahan menghilang di gantikan dengan tatapan tegas seperti saat dia akan menghadapi mangsanya. Val akhirnya memantapkan langkah kakinya untuk menghadapi kenyataan yg ada.

"Val, kamu disini. Perkenalkan ini adik ku Harry dan ini tunangannya Carla." Kata Ilvy saat melihat Val tiba di meja mereka.

"Lama tidak bertemu Bu Carla, maaf sudah merepotkan mu selama ini." Val dengan sopan mengucapkan maaf pada Carla dan segera mengulurkan tangannya pada Harry. "Salam kenal Tuan Harry, saya Valerio yg juga mantan murid Bu Carla."

"Val..." Carla hanya bisa menatap Valerio dengan tatapan bingung sebelum Harry menjabat tangan Val dan segera duduk bersama.

"Apa kamu lulusan tahun lalu?" tanya Harry.

"Bukan, aku keluar dari sekolah karena bosan."

"Val, kamu anak yg pintar jadi jangan sia sia kan begitu saja. Ibu akan membantu mu mengurus semuanya agar kamu bisa kembali bersekolah." Carla memegang tangan Val sambil memberi tatapan penuh harapan padanya tapi Val segera menarik kembali tangannya dengan cepat.

"Maaf Bu Carla, ada alasan kenapa aku tidak bisa melanjutkan sekolah yg tidak bisa ku katakan. Jadi kumohon Bu Carla mengerti dan jangan memaksaku melakukan hal yg tidak aku inginkan."

"Tapi Val.." Saat itu Harry menepuk pundak Carla yg langsung membuatnya menghentikan kata katanya. "Jangan buat suasana menjadi tidak nyaman, lebih naik selesaikan masalah ini di luar."

Carla hanya bisa mengangguk sambil memberi tatapan sedih pada Val.

"Ehemm, jadi mari kita pesan makanan lebih dulu." Kata Ilvy.

"Aku mengikuti pesanan mu saja?"

"Baiklah."

Segera setelah semua orang memesan makanan, sambil menunggu Ilvy kembali bertanya pada Val.

"Bagaimana usaha mu?"

"Berjalan lancar, aku invest di meme coin..." Val memberi tahu semua coin yg dia investasikan dan langsung membuat mata Ilvy melebar.

"Rata rata coin itu sudah naik 10 kali lipat, terutama coin D yg naik hampir 25 kali lipat." Jelas Ilvy.

Val tersenyum misterius yg membuat Ilvy sedikit kesal. "Keberuntungan pemula, jangan terlalu sombong."

Val mengangkat bahu sebelum menjawab. "Banyak hal yg harus aku lakukan, jadi sesekali menghibur diri dengan sedikit sombong sepertinya tidak ada masalah."

"Berapa umur mu?" Tanya Ilvy.

"18 dan masih perjaka."

"Pffftt... itu sama saja tidak ada wanita yg mau dengan mu."

Val sedikit memutar matanya. "Lalu dimana suami mu?"

"Aku belum menikah."

"Lalu tunangan mu."

"...." Ilvy langsung terdiam dan seketika Harry tertawa terbahak bahak.

"Adik ku ini sedikit aneh, orang tua kami sudah lama memintanya untuk segera menikah tapi..."

Ilvy segera memotong kata kata Harry. "Aku belum menemukan pria yg layak untuk ku, itu saja."

"Sama seperti ku." tambah Val yg segera di jawab oleh Carla.

"Bagaimana dengan ayu?"

"Dia memiliki banyak pria, jadi aku tidak terlalu serius dengannya. Bukankah karena itu Bu Carla selalu memarahi ku karena bermesraan dengan Ayu di sekolah."

"Jadi kamu tahu jika Ayu bukan wanita baik baik?"

Val mengangguk. "Aku pikir dia akan sedikit berubah jika aku menjadi pria yg sesuai keinginannya tapi sepertinya hal itu tidak mungkin."

"Maaf Val, jika kamu katakan ini sebelumnya maka ibu tidak akan terus memarahi mu."

"Karena itu aku tidak mengatakannya."

"Val..." Rasa bersalah muncul dari raut wajah Carla, tapi Val tidak terlalu mempedulikannya lagi karena dia sudah membuat komitmen di dalam hatinya.