NovelToon NovelToon
Kisah Cinta Si Miskin Dan Gadis Pendiam

Kisah Cinta Si Miskin Dan Gadis Pendiam

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Gangster / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.A

Percintaan antara gadis konglomerat dari ibu kota dengan pria miskin pinggir desa. Hidup di daerah yang memandang kasta dan mengelompokkan orang sesuai kekayaan yang mereka punya, bagaimana kah mereka berdua akan bersatu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

03.Ingin bertemu kembali.

"Mi, lu baik-baik saja, 'kan?" tanya dia— Khazami Zerkovar, laki-laki 20 puluh tahun yang saat ini sedang menoleh kebelakang melihat ke arah, Fahmi.

Sorot mata laki-laki tinggi dengan badan yang tegap berisi itu terlihat sedikit khawatir. Saking khawatirnya dia bahkan sampai menghentikan langkah.

Sementara di sisi Fahmi Zaintara, dia yang tadinya tengah termenung terlihat sadar dan bahkan langsung mengangkat pandangannya. Laki-laki hitam manis dengan wajah yang tampan dan badan berotot itu, terlihat menyunggingkan senyum.

"Tidak ada. Hanya saja gue masih kepikiran soal kejadian pagi tadi," jawab Fahmi sembari mengayunkan langkah melewati Khazami. Satu tangannya terlihat memegangi sebuah tempat gitar, "tadi pagi di pasar gue ketemu cewek yang kelihatan datang dari ibu kota. Awalnya, gue tidak terlalu mempedulikannya, tapi karena melihat dia seperti orang yang kebingungan seolah asing di tempat itu, gue jadi mendatanginya dan bahkan memberikan sebuah bantuan untuk cewek itu," imbuhnya sembari melempar pelan kotak gitar tersebut ke sebuah kursi panjang, tempat para penunggu bus duduk.

"Wah tumben sekali. Jangan bilang kau-"

"Hentikan omong kosong yang akan kedengaran gak guna itu," potong Fahmi dengan memberikan sebuah pukulan ke perut rata Khazami.

Khazami terlihat mengeluarkan ringisan, "Siapa tahu lu ngebantu dia karena mungkin langsung tertarik-"

"Zami, Lu itu tahu gue seperti apa, 'kan?" tanya Fahmi yang sudah duduk di kursi besi tempat menunggu bus. Laki-laki itu melirik ke sisi kanannya, "Jadi, gak mungkin gue bakalan jatuh cinta setelah melihat bagiamana menderitanya kalian karena hal tersebut. Gue enggak sebodoh itu biar kata gue hanya anak lulusan sekolah dasar," imbuhnya dengan nada angkuh dan raut wajah yang sombong.

Khazami terlihat menyeringai, "Sekarang lu mungkin bisa bilang begitu, tapi tidak tahu kedepannya. Lu hati-hati saja agar tidak menjilat ludah sendiri kawan," ujarnya dengan nada yang terkesan meremehkan, lalu setelah itu dia terlihat bangkit dari duduknya.

"Gue bisa jamin kalau itu enggak akan pernah terjadi, Zam. Orang seperti kita ini memang harus ditakdirkan tidak terikat dengan hubungan seperti itu. Ketua juga pernah berkata, hubungan percintaan itu membuat kita lemah dan Gue gak mau lemah. Terlepas dari itu, orang-orang seperti kita ini juga bakalan sulit jika ingin menikah. Ada banyak sekali peraturan yang tidak masuk akal dan merepotkan," jelas Fahmi panjang lebar. Ternyata, selesainya penjelasan yang dia lakukan bersamaan dengan berhentinya sebuah bus bertuliskan ibu kota di bodynya.

Khazami yang mendengar penjelasan itu terlihat tersenyum penuh makna. Entah kenapa dia juga sedikit merasa kesal tanpa ada sebuah alasan yang jelas.

"Wanita yang gue temuin di pasar pagi tadi terlihat merepotkan. Sikapnya juga sangat buruk. Gue bahkan langsung berharap gak bakalan ingin bertemu dengannya lagi," ucapnya lagi dengan raut wajah yang ogah-ogahan. Bahkan saat mengatakan itu, ingatannya tentang kejadian pagi tadi langsung terputar kembali di kepalanya.

"Tidak boleh mengatakan hal seperti itu, Mi. Mungkin kali ini lu berdoa begitu, tapi bisa saja Tuhan membalikkan doa yang lu pinta." Khazami mengayunkan langkah masuk ke dalam bus yang pintunya sudah terbuka lebar. Kepalanya terlihat menoleh ke belakang melihat ke arah Fahmi yang sedang meraih kotak gitar miliknya.

"Terserah saja. Tapi, satu kata yang harus lu tahu, Zam. Wanita yang aku temukan tadi pagi memiliki sifat yang super-super angkuh. Lebih angkuh dari para orang kaya yang ada di ibu kota," ujar Fahmi sembari berjalan masuk dengan membawa serta kotak gitarnya.

"Seriusan? Memangnya dia melakukan apa sampai-sampai lu menilainya segitunya?" tanya Khazami dan pertanyaan itu berhasil membuat Fahmi mengingat lebih dalam kejadian yang terjadi saat menjadi buruh angkut di pasar tadi pagi.

Perjalanan mereka ke ibu kota pada akhirnya membahas tentang si gadis angkuh dan pendiam dari ibu kota, yang Fahmi sendiri tidak tahu namanya siapa.

***

Relimonic, kediaman keluarga besar Ferdanham

"Tidak hari ini, Nona. Anggap saja bantuan yang Saya berikan tadi sebagai pembelajaran Anda jika kembali berkunjung ke sini,"

Lily langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat saat dia kembali mengingat kata-kata Fahmi waktu itu. Dia yang siang ini sedang berbaring sendirian di kamar, terlihat tersenyum dengan raut wajah yang malu-malu. Saking merasa malunya, sebuah semu merah tercipta di kedua pipi wanita 20 tahun itu.

Sebenarnya dia begitu bukan karena kata-kata yang Fahmi ucapkan, tapi Lily bertingkah seperti itu lantaran memori otaknya kembali memutar bagaimana ekspresi wajah Fahmi saat mengatakan itu.

Benar, Lily bisa dibilang langsung dibuat terpana oleh senyum manis Fahmi. Wanita itu bahkan tidak terlihat peduli bagaimana penampilan Fahmi waktu itu, tapi yang jelas saat ini dia dibuat salah tingkah oleh laki-laki yang namanya saja tidak dia ketahui siapa.

'bagaimana caranya agar aku bisa ketemu dia lagi, ya?' ujar Lily dalam hati dengan wajah yang tidak berhenti tersenyum. Bosan dia berbaring dengan terlentang, wanita itu bergerak mengubah posisinya menjadi tidur tengkurap.

'Kalau ke sana lagi pasti aku akan ketemu dengannya, 'kan?' tanya batin Lily kembali dengan keadaan mulut yang terlihat mengigit gemes bantalnya.

Jika seandainya Lily bisa mengeluarkan suara jeritan bahagia, wanita itu mungkin akan melakukannya. Akan tetapi, wanita itu tidak bisa melakukannya karena mengingat kekurangan yang dia punya. Alhasil, dia hanya bisa mengekspresikan diri dengan cara memperlihatkan raut wajah yang bahagia, tanpa adanya sebuah suara yang keluar dari dalam mulutnya.

"Lily, kamu sedang apa, Sayang?" Nyonya Rose yang baru saja membuka pintu kamar anaknya, langsung memberikan sebuah pertanyaan dengan dahi yang mengkerut. Bahkan sorot mata wanita paruh baya yang masih berparas cantik itu, terlihat ngeri sendiri melihat anak kesayangannya yang tengah tiduran dengan badan yang bergerak ke sana sini seperti orang yabg kesetanan.

Sementara di sisi Lily, perempuan 20 tahun itu langsung merubah posisinya yang dadi tiduran, menjadi duduk tegap menghadap ke arah pintu masuk kamarnya. Di depan sana, dia mendapati sosok tinggi dan cantik Nyonya Rose.

Lily menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan dari Mamanya. raut wajahnya yang tadi bersemu merah langsung terlihat berubah malu.

"Jangan bohong. Mama tahu kalau kamu pasti saat ini sedang senang, 'kan?" Nyonya Rose berjalan anggun memasuki ruang kamar anaknya, "katakan saja, Sayang. Mama janji tidak akan memberitahukan itu kepada siapa pun," imbuh Nyonya itu dengan bergerak duduk di ranjang sang anak dan itu tepat berada di depan Lily.

Lily terlihat kembali mengulas senyum. Wanita yang ditakdirkan tidak bisa mendengar dan bicara itu bergerak mengangkat satu tangannya yang di mana, di sana terlihat jari kelingkingnya yang mengacung.

Nyonya Rose yang tahu maksud dari semua itu tersenyum. Dia bergerak mengaitkan jari kelingkingnya dengan milik sang anak, "Mama janji. Jadi, sekarang katakan. Ada kejadian apa yang sampai-sampai membuatmu sesenang itu?" tanya wanita tua itu dengan semakin melebarkan garis lengkung di bibirnya.

Sembari menganggukkan kepalanya, Lily tersenyum. Wanita 20 tahun itu terlihat menarik kembali tangannya yang tadi dia angkat, lalu kemudian dia mulai bergerak membuat sebuah isyarat tangan.

"Aku merasa senang karena bisa menemani Mama belanja ke pasar," bunyi isyarat tangan Lily dan itu langsung membuat ekspresi wajah tidak percaya, muncul di Nyonya Rose.

Masalahnya, pagi tadi Lily jelas-jelas menolak keras saat Nyonya Rose meminta wanita itu untuk ikut. Saking tidak maunya, dia bahkan tadi pagi mengunci diri di dalam kamar ganti pakaiannya. Akan tetapi, tiba-tiba saja perempuan itu mengatakan hal yang sangat berbeda dari sebelumnya. Sudah pasti ini ada sesuatu yang serius, tapi biar Nyonya Rose mengetahui itu, dia tetap memperlihatkan raut wajah yang bahagia.

"Wah, ajaib sekali, Nak. Padahal pagi tadi kami susah payah memaksamu untuk ikut, tapi ada apa ini? Kenapa kamu jadi mengatakan kalau di pasar itu menyenangkan, hem? Apa ada sesuatu yang menarik, kah?" tanya Nyonya Rose dengan nada bicara yang terkesan menggoda.

Lily yang mendengar itu langsung tersipu malu. Dia bahkan sampai membuang muka dari tatapan Mamanya.

*Kalau begitu, kamu tidak akan menolak lagi, 'kan jika Mama meminta ditemani ke pasar?"

Lily yang tadinya membuang muka langsung balik menatap wajah, Nyonya Rose. Wanita itu bahkan sampai menggelengkan kepalanya dengan penuh semangat untuk menjawab pertanyaan Mamanya tadi.

"Kapan Mama akan ke pasar lagi?" tanya Lily dengan membuat sebuah isyarat tangan.

Nyonya Rose yang mendapati reaksi seperti itu semakin percaya, kalau ada sesuatu yang membuat anak perempuan satu-satunya ini begitu antusias.

"Tiga hari lagi." Nyonya Rose tersenyum tipis saat mendapati raut wajah anaknya berubah lemah. Wanita itu bahkan sampai menggelengkan kepalanya dan bergerak meraih tangan gadis itu, "tapi, kalau persediaannya habis besok, mungkin besoknya lagi kita akan pergi ke pasar," imbuh Nyonya Rose dengan tersenyum menggoda.

Lily yang ketahuan langsung bersemu merah. Dia bahkan sampai menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang berubah warna menjadi semerah tomat itu.

"Nah, kalau begitu sekarang kita turun. Semua orang sudah menunggumu di bawah untuk makan siang. Bahkan sepupumu Diana juga sudah datang dengan membawa sepupu-sepupumu yang lain. Jadi, ayo kita turun dan-"

Lily menarik tangannya dari tangan Nyonya Rose. Wanita itu langsung menggelengkan kepala dengan cepat untuk menolak ajakan itu.

1
nova sari
asalamualaikum kak. aku vote pake kopi yah🥲🙏soal nya udah aku pake tadi vote nya gagal fokus soal nya
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Anonymous
Lanjut kak
Novie Achadini
lily meninggalnya knp thor penasaran akj
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap, terima kasih.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap terima kasih, kak.
total 1 replies
Lydia
Kasihan Fahmi n Lily. Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: Siap, kak. terima kasih.
total 1 replies
Novie Achadini
bagus bgt critanya. karya lain dari othor judulnya apa? kadih tau dong
Call Me A: ada kak. besok aku rilis.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, terima kasih.
total 1 replies
Novie Achadini
kasian lily klo nggak dpt restu dari kel nya
Novie Achadini
bagus bgt critanya tapi agak swdih mikirun lily
Call Me A: makasih, kak. iya sedih banget + miris
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, terima kasih, kak.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap kak, makasih kembali
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, makasih.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap kak, terima kasih
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap kak, terima kasih.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap kak, terima kasih.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, terima kasih kembali.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap, terima kasih kembali
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!