Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Pilihan
🌸🌸🌸
Ba'da magrib ammah mengajak ku ke rumah utama untuk bertemu nyonya Luci dan tuan Samer juga Zena adik angkat ku. Walaupun dia tidak pernah menganggap ku kakak tapi aku selalu menganggapnya adik yang harus ku lindungi.
Sampai di ruang makan mereka semua nampak sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam. Aku begitu tak sabar untuk bertemu dengan mereka. Tapi saat aku ingin menghampiri mereka terlihat wajah ammah nampak sedih, entah kenapa. Saat aku menghampiri mereka terlihat baba berdiri ada di dekat tuan Samer. Tatapan kami beradu, baba tersenyum lembut padaku, ku balas dengan anggukan.
"Assalamualaikum" salam ku ketika sampai di hadapan mereka. Sontak mereka semua menatap ke arah ku.
"Kamu sudah datang" ketus Bu Luci bukan menjawab salam.
"Wa'alaikum salam" terdengar baba yang hanya menjawab salam.
"Ya nyonya, saya menepati janji saya akan datang" jawab ku. Terlihat tuan Samer menarik nafas berat.
"Baguslah" timpal Zena dengan wajah berbinar.
"Kami makan malam dulu, kamu tunggu di ruang keluarga!" seru nyonya Luci padaku.
"Saya permisi dulu" pamit ku pada mereka lalu berjalan menuju ruang keluarga.
"Asiyah" panggil tuan Samer berhasil menghentikan langkahku. Dengan cepat aku berbalik arah, jujur hati ini begitu bahagia saat tuan Samer memanggil namaku.
"Ya tuan"
" Kamu sudah makan?" tanya nya. Dua pasang mata menatap tajam ke arahku yang nampak tak begitu suka. Aku mengangguk ya ammah tadi kan sudah memberikan makanan untuk ku. Lagian kalaupun belum makan jawabanku juga pasti sudah, karena aku sadar diri aku bukan siapa-siapa di rumah mereka.
"Kami akan segera menemui mu, tunggulah di ruang keluarga" seru tuan Samer pada ku. Aku melanjutkan langkahku menuju ruang keluarga yang ada di rumah tuan Samer.
Ruang keluarga ini juga masih sama seperti lima tahun lalu, tidak ada yang berubah aku duduk di karpet beralaskan permadani. Terdengar bunyi langkah seseorang yang berjalan menghampiriku. Saat ku tatap ternyata baba yang telah menghampiriku.
"Baba..." panggilku seraya menyalaminya. Aku sudah menganggap baba seperti ayah ku sendiri.
"Apa kabarmu Asiyah?" lembut baba membelai kepalaku yang tertutup Khimar.
"Alhamdulillah baba" Baba mengajak duduk kembali dan dia menceritakan apa yang terjadi dalam keluarga tuan Samer saat ini. Baba di suru tuan Samer untuk menceritakan semua kepadaku.
"Satu tahun lalu tuan Samer menyerahkan perusahaannya pada nona Zena, semenjak nona Zena yang memegang dia berhasil bekerja sama dengan perusahaan besar disini yaitu Dirgantara Crop. Tapi nona Zena salah jalan dia memanipulasi keuangan dan menjadikan pemilik perusahaan itu marah besar. Dan tidak butuh waktu lama perusahaan milik tuan Samer di tutup karena terbukti korupsi, saat ini tuan Samer menjadi tahanan luar. Sebenarnya kasus ini bisa di tutup dengan mudah" tutur baba.
"Lalu apa masalahnya baba?"
"Tuan muda Tommy Dirga meminta pertanggung jawaban anak dari tuan Samer menemuinya" lirih baba menatapku.
"Lalu apa Zena sudah menemui nya untuk meminta maaf?" tanya ku pada baba. Baba menggeleng.
"Kenapa? dia kan bersalah baba, kenapa dia tidak meminta maaf dan kasusnya selesai" lanjut ku.
"Semua ini tidak mudah seperti yang kau bayangkan Asi" terang baba lagi yang membuatku semakin bingung.
"Karena mereka tidak akan dengan mudah memaafkan kesalahan yang telah di buat, mereka akan menghukum orang yang bersalah dengan cara mereka sendiri" terang baba. Mendengar semua itu entah kenapa perasaan ini menjadi gelisah.
"Maaf kan aku dan ammah karena tidak membalas surat mu waktu itu" lanjut baba menatap ku dalam, ada raut wajah kesedihan di mata baba. Mendengar suara keluarga tuan Samer mendekat baba mulai berdiri.
"Baba pergi dulu Asi" pamit baba, meninggalkan ku. Kini aku masih berfikir keras apa yang harus ku lakukan untuk membantu keluarga tuan Samer. Zena dan nyonya Luci menghampiri ku yang sedang termenung. Mereka duduk di sofa di depan ku. Lalu tak lama di susul tuan Samer duduk di samping mereka. Sedangkan aku masih duduk di karpet di bawah mereka. Ya, seperti inilah dari dulu aku memang selalu di bawah mereka.
Suasana saat ini begitu hening, dimana sekarang aku berada di sebuah ruang keluarga yang ada di rumah tuan Samer. Berbanding terbalik dengan keadaan di luar, hujan turun dengan deras di ikuti dengan suara Guntur yang menggelegar.
"Saat ini tunjukkan baktimu Asiyah pada kami yang mengangkut mu dari panti asuhan" Kata itu yang terlontar dari mulut nyonya Luci. Sedangkan tuan Samer hanya diam tidak menimpali.
"Kamu temui mereka dan katakan pada mereka kamu anak dari tuan Samer" seru Zena menatap tajam pada ku.
"Dan akui setiap apa yang mereka tuduhkan padamu" lanjut Zena begitu mudah mengatakan. Jujur saja hati kecil ku merasa tak terima.
"Apakah mereka akan percaya begitu saja nyonya?" alih ku menatap mereka satu persatu. Dan pertanyaan itu berhasil membuat mereka saling lempar pandang seakan takut dengan apa yang aku ungkapkan.
"Baba sudah mengakui jika kamu anak pertamanya dan mereka akan percaya karena marga Samer tersemat dalam namamu" ternyata Zena sangat begitu licik, aku tersenyum kecut. Ternyata balas Budi yang mereka minta adalah menjadikan ku sebagai seorang tersangka. Miris sekali nasib ini.
"Kembalilah, besok kau temui tuan Tommy, karena jika tidak kau temui dia nasib ketiga orang ini lah yang menjadi taruhannya" nyonya Luci memberikan gambar seseorang di depan ku. Zena dan nyonya Luci meninggalkan ku. Terlihat tuan Samer mendekati ku dia menatap dengan wajah bersalah.
"Maaf!" lirihnya sebelum pergi.
Langkah kaki ku terasa begitu berat saat memasuki paviliun. Pintu terbuka dan ammah langsung memeluk ku. Ku rasakan pelukan ammah bergetar.
"Ammah kenapa menangis?"
"Maafkan ammah dan baba Asi, jujur ammah dan baba waktu itu sangat bahagia menerima surat dari mu, ingin sekali ammah dan baba membalas tapi baba bilang jika kamu sepertinya sudah bahagia disana dan kebahagiaan itu tidak kamu dapatkan disini. Jujur aku sangat rindu padamu Asi. apalagi saat mendengar dari baba mu jika nyonya Luci dan Zena berencana kamu yang akan mengakui kesalahan mereka. Dan kamu tahu betapa sedihnya hati ini saat kamu kembali kesini, itu artinya-"
"Ammah, salah satu dari mereka bukankah putra ammah dan baba kak Faiz?" tanya ku pada ammah.
"Ya Asi, mereka bertiga sekarang yang di sekap oleh tuan Tom, tuan Tom begitu geram pada Faiz karena Faiz di anggap sebagai dalang semua ini, Faiz bekerja di perusahan Dirgantara selama 5 tahun ini, berkat Faiz perusahaan tuan Samer bisa bekerja sama dengan Dirgantara, tapi nona Zena malah melakukan kesalahan yang sangat besar dan membuat murka pemimpin perusahaan itu. Mereka terkenal dengan tegas dan kejam. Aku tak tahu hukuman apa yang akan di dapat kan Faiz. Semoga Allah melindunginya, hiks!" cicit ammah. Kenapa nasib banyak orang menjadi taruhan. Apa yang harus ku lakukan?. Ketika menatap begitu rapuhnya ammah dan baba saat ini membuat hati ini seakan teriris, merekalah orang yang sangat peduli di saat orang lain menjauhi ku. Ketiga orang yang disekap itu mempunyai seorang anak dan istri, bagaimana nasib keluarga mereka jika mereka di sekap.
'Kirim lokasi tempat yang akan ku datangi?' pesan terkirim.
"Bismillah, semoga ini pilihan yang benar"
🌸🌸🌸