NovelToon NovelToon
BAHAGIA?

BAHAGIA?

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Anak Yatim Piatu / Mengubah Takdir
Popularitas:720
Nilai: 5
Nama Author: Nemonia

berfokus pada kisah Satya, seorang anak dari mantan seorang narapidana dari novel berjudul "Dendamnya seorang pewaris" atau bisa di cek di profil saya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

"Bagaimana bisa ada orang sejahat itu?" lirih Novi yang masih menangisi kematian Reza. Terlebih manipulasi yang Indra ciptakan untuk menjebaknya dan berakhir pada kematiannya.

Satya tak berhenti memperhatikan Novi, ekspresinya, gerak tubuhnya, dan ia dapat membaca, Novi tidak bersandiwara. Meski begitu ia tetap harus waspada mengingat Reza bahkan bisa sempurna membodohi ayahya. Di dunia ini tidak ada yang bisa dipercaya kecuali ibu juga ayahnya. Itu lah yang Satya yakinkan dalam diri dan hidupnya.

"Sebenarnya tujuanku ke sini ingin menanyakan padamu, Nek. Kemarin seseorang mencoba membunuh ayahku di sel. Jika orang itu suruhan nenek, aku hanya ingin tahu motif nenek di balik itu. Apa nenek masih menyimpan dendam, pada ayahku? Sementara suamimu mati di tangan pria itu."

Novi menatap Satya sendu tak mengira dirinya menjadi seseorang yang tertuduh. Padahal dirinya sama sekali tak punya niat untuk itu. Dirinya bahkan tidak tahu mengenai Yoga yang dipenjara.

"Entah kau percaya atau tidak, tapi bukan aku yang melakukannya. Aku bahkan tidak tahu apa yang telah terjadi selama ini. Dan aku sama sekali tidak membenci Yoga atas meninggalnya suamiku," ujar Novi dengan sungguh-sungguh. la tidak mau lagi berurusan dengan kejadian di masa lalu. Sudah cukup diriku memandang tragedi selama ini dirinya tidak mau disangkut pautkan lagi.

"Kalau begitu mungkin nenek tahu sesuatu? Karena ayah sendiri juga tidak tahu siapa yang mungkin ada di balik itu," tanya Satya. Walau sedikit, ia ingin membantu ayahnya menemukan orang di balik kejadian itu.

Novi menggeleng lemah. "Aku tidak tahu. Jika seluruh keluarga kak Baskoro, Marta dan suamiku telah meninggal begitu juga Indra, aku tidak tahu lagi. Tidak ada saudara lagi yang mengetahui tragedi itu. Bagaimana dengan Indra sendiri? Mungkinkah dia memiliki anak atau istri?"

Tidak. Satya telah menyelidiki dan Indra sama sekali tak memiliki keluarga. Tapi ia tak tahu pasti. Bisa jadi Indra memiliki keturunan yang disembunyikan dan akan membalas dendamnya di kemudian hari jika dirinya terbunuh. Lebih tepatnya menyembunyikan keturunannya untuk menghabisi ayahnya. Bagaimana bisa dirinya baru berpikir akan hal ini?

"Kalau begitu, aku permisi. Terima kasih atas waktunya, Nek," kata Satya seraya bagit dari duduknya dan berniat pergi, Namun, sebelum itu terjadi, Novi menahannya.

"Tunggu, Nak. Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan. Kau bilang Reza sudah meninggal. Tapi selama ini aku masih mendapat kiriman uang dari rekeningnya," ungkap Novi. Setiap bulan dirinya terus mendapat kiriman uang dalam jumlah yang sama dan dari rekening yang sama.

"Untuk itu...."

***

Yoga, Bams dan Fajri yang kembali ke dalam sel setelah jam makan siang usai. Karena insiden sebelumnya, ia tidak makan siang. Bams dan Fajri berinisiatif membagi makanan mereka namun ia menolak.

"Sebenarnya, siapa musuhmu? Aku sangat penasaran. Padahal baru kemarin, dan sekarang sudah ada yang berniat menghabisimu lagi," ujar Fajri membuka pembicaraan. Ketiganya duduk bersila menyandarkan punggung mereka di dinding penjara yang dingin.

"Aku sama sekali tidak tahu," kata Yoga yang kemudian hanya diam memikirkan masalah ini. la terus mencari dan hal yang mungkin adalah, orang itu bisa jadi keturunan Indra yang berniat balas dendam padanya. Tapi yang selalu jadi pertanyaan adalah, kenapa baru sekarang?

"Oh, ya, istrimu tidak menjenguk?" tanya Bams tiba-tiba. Setidaknya jika Shintia menjenguk, Yoga bisa makan siang. Setiap Shintia datang, wanita itu akan membawakan makanan dan Yoga akan mengajak Bams dan Fajri makan bersama.

"Dia bukan istriku," sahut Yoga segera. Rasanya ia sudah lelah mengatakan pada Bams dan Fajri bahwa Shintia bukan istrinya. Tapi kedua orang itu seperti sengaja mengatakan itu hanya untuk menggodanya.

"Yah, baiklah, calon istri," timpal Fajri yang menahan tawa.

"Hei, tiba-tiba aku terpikirkan sesuatu. Bisa saja orang yang ingin membunuhmu adalah suami istrimu," celetuk Bams tiba-tiba membuat Yoga dan Fajri menoleh menatapnya dengan pandangan aneh.

"Dia tidak punya suami," ujar Yoga.

"Iya, Ga, tahu. Aku hanya bercanda," kata Bams dengan menyiku lengan Yoga.

Fajri meninju bahu Bams. "Itu bukan lelucon yang bagus di saat seperti ini."

"Iya, iya, aku tahu. Siapa tahu dengan pikiran yang lebih rileks, Yoga bisa mengingat musuh yang mungkin terlupa."

"Mulai sekarang kau harus terus waspada, Ga. Masalahnya ini sudah dua kali kau mengalami percobaan pembunuhan. Aku yakin orang di balik ini semua sangat ingin kau segera mati," ujar Fajri mengingatkan. Dan lagi, lima tahun bisa disebut waktu yang masih cukup lama untuk Yoga bebas.

Yoga mengangguk mengerti. Dirinya juga tengah menguatkan diri agar tetap bisa bertahan hidup. la pun ingin mewujudkan keinginan Satya dan Shintia.

"Ngomong-ngomong, berapa usia putramu itu? Minta bantuan saja padanya untuk menyelesaikan masalah ini. Suruh dia selidiki orang yang berkemungkinan menjadi dalang." Kali ini giliran Bams yang memberi Yoga saran. Mungkin saran tersebut bisa membantu Yoga menemukan siapa orang itu, tapi Yoga tak ingin Satya terlibat. la tidak ingin kejadian dulu kembali terulang.

"Dua puluh empat," jawab Yoga menjawab pertanyaan pertama Bams.

"Dua empat, sudah dewasa dan aku yakin anakmu bisa menemukan sesuatu nantinya," ujar Bams. la mengagumi Yoga yang cerdas dan selalu tenang membuatnya berpikir anak Yoga pasti mewarisi dua sifat itu dalam dirinya.

"Tunggu, dua empat? Memangnya usiamu berapa sekarang?" potong Fajri yang menyadari satu keanehan. Dipandanginya Yoga dengan seksama. melihat wajah Yoga yang masih terlihat tampan.

"Empat puluh kurang lebih. Mungkin empat puluh itu satu atau dua tahun yang lalu."

Bams dan Fajri saling tatap sekilas dengan wajah tampak pucat. Kemudian Fajri dan Bams menghitung dengan jarinya.

"Jadi, kau sudah punya anak saat baru mimpi basah?!" teriak Bams dan Fajri bersamaan.

Bams masih menggeleng begitu juga Fajri. Mereka tak mengira Yoga yang mereka pikir telah dijebak hingga berada di sana, ternyata telah menjalani kehidupan kelam saat masih muda. Walau sebelumnya Yoga pernah menceritakan masa lalunya, tapi tidak semuanya.

"Kau tidak kasihan pada anakmu?" tanya Bams tiba-tiba.

"Aku yakin dia tidak terlalu memikirkan statusmu sebagai seorang tahanan," imbuh Fajri.

Yoga hanya diam. Apa yang dua temannya katakan memang benar. Tapi ia sudah terlanjur berjanji pada dirinya sendiri.

"Kasihanilah anakmu, Bung. Kau juga harus mengasihani dirimu sendiri. Selama ini kau tak pernah sedikitpun merasakan bahagia. Buatlah kenangan bahagia sebelum kau jadi kakek-kakek dan mati," tutur Fajri. Meski apa yang dikatakannya terdengar frontal dan sedikit kasar, tapi ucapannya ada benarnya.

Yoga tak pernah benar-benar merasakan bahagia. Saat balas dendamnya pada Baskoro tercapai, pada kenyataannya dirinya sama sekali ta merasa senang. Setelahnya dirinya justru dihadapkan pada masalah yang semakin rumit mengenai Indra hingga membawanya ke sel tahanan.

"Tidak sekarang. Aku tidak ingin terjadi sesuatu dengan mereka," ujar Yoga memberitahu.

"Memangnya kau dapat menjamin mereka tetap aman di rumah?" sahut Bams.

Yoga mengangguk sebagai jawaban. la menduga seseorang yang berniat menghabisinya berasal dari lingkungan penjara. Jika seseorang dari masa lalunya, pasti orang itu telah menemukan jejak Satya dan Shintia dan menggunakan mereka sejak awal sebagai ancaman.

"Memangnya kau pernah melakukan apa dengan orang-orang di sini?" tanya Fajri setelah sebelumnya Yoga memberitahu mengenai dugaannya.

Yoga masih menduga, bisa saja dugaannya itu benar atau salah. la pun tak bisa menjawab pertanyaan Fajri karena seingatnya dirinya tidak pernah membuat kesalahan dengan orang-orang di sana sejak ia masuk. Kecuali ... kecuali pada seseorang yang sekarang sudah mati.

Di tempat lain terlihat Satya yang tengah mengendarai mobilnya menuju rumah. la tak lagi mencurigai Novi setelah pertemuan sebelumnya.

Drt... drt

Getar ponsel Satya membuatnya mengalihkan pikiran sejenak dari permasalahan ayahnya. Memasang earphone ke telinga, ia pun mengangkat panggilan. "Halo. Ada apa, Bu?"

["Kau di mana?"]

"Satya masih di jalan. Sebentar lagi sampai. Kenapa?"

["Tidak ada apa-apa. Ibu hanya khawatir, Satya. Ibu hanya takut terjadi sesuatu denganmu mengingat nyawa ayahmu terancam."]

Kecemasan Shintia tentu sangat wajar. Ingatan masa lalu membuatnya belajar. la tak ingin kembali menjadi sandera yang akan membuat Yoga kembali dalam masalah.

Di rumah Shintia, sangat jelas wajahnya menunjukkan kekhawatiran. Sesekali ia mengintip ke luar lewat jendela menunggu kepulangan Satya juga mengawasi jikalau ada aktivitas mencurigakan di depan rumahnya.

["Sebentar lagi Satya sampai. Ibu jangan khawa-"]

Suara Satya terputus diikuti suara benturan. Sontak hal itu membuat Shintia histeris.

"Sat! Satya! Apa yang terjadi, Satya!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!