Benih Peninggalan Perampok

Pria itu berusaha mengejar Nina, Namun wanita dengan tahi lalat dihidung itu berjalan dengan cepat, Sehingga sang pria tersebut kehilangan jejak Nina. Karena kehilangan jejak, Pria itu akhirnya balik ke rumahnya.

Setelah balik ke rumahnya, Pria yang bernama Haris itu pun melihat sang anak tampak menangis.

"Kamu kenapa menangis sayang?" Tanya Haris pada anaknya itu.

"Ayah, Mama dimana? Kok aku enggak melihat mama disini!" Anak itu terus menangis mencari keberadaan sang mama.

"Sayang, Mama sudah tiada. Sekarang ayah yang kan menjadi ibu sekaligus ayahmu!" Ucap Haris pada anak itu.

"Ayah bohong, Mama pasti lagi keluar, Ayla mau pergi cari mama!" Anak kecil bernama Ayla itu tampak memberontak.

"Sayang, Kamu enggak boleh pergi lagi! Ayah sudah kehilangan mama, Ayah enggak mau kehilangan kamu juga!" Haris tampak memeluk Ayla.

Ketika Haris sedang berusaha menenangkan Ayla yang masih menangis, Tiba-tiba terlihat seorang pria berewok datang ke tempat tersebut.

"Haris, Keluar kamu!" Teriak pria itu dari arah luar.

Mendengar suara teriakan itu, Haris yang tampak sedang menengkan Ayla itu segera keluar menemui seseorang yang berteriak itu.

"Evan, Mau ngapain elu kesini! Teriak-teriak enggak jelas dirumah orang!" Gerutu Haris.

"Elu tanya gue mau apa! Gue mau elu segera angkat kaki dari rumah ini, Karena mulai detik ini gue yang akan menempati rumah ini!" Ucap Evan dengan tegas.

"Elu enggak berhak menempati rumah ini!" Kata Haris.

"Elu tuh yang enggak berhak, Ayla itu anak kandung gue bersama Esti! Jadi yang berhak menempati rumah ini hanya gue dan Ayla!" Ucap Evan.

"Kenapa elu baru muncul sekarang, Selama ini elu kemana? Bahkan elu enggak merasa bersalah sedikit pun setelah melantarkan Esti dan Ayla!" Ucap Haris yang tampak mengomel.

"Elu enggak ada hak bicara begitu, Ayla itu anak gue! Yang berhak merawat dia hanyalah gue!" Ucap Evan dengan suara lantang.

"Elu memang berhak merawat Ayla, Tapi elu enggak berhak menguasai rumah ini. Karena Esti meninggalkan rumah ini untuk Ayla!" Haris tak rela menyerahkan rumah peninggalan isterinya itu untuk Evan yang merupakan mantan suami Esti.

Ketika keduanya tampak berdebat disana, Tiba-tiba terlihat seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka disana.

"Kalian berdua enggak ada yang berhak menguasai rumah ini, Yang berhak atas rumah ini hanyalah saya!" Ucap seorang wanita paruh baya yang datang mendekat ke arah mereka.

"Atas dasar apa anda bilang kalau anda berhak atas rumah ini!" Ucap Haris.

"Saya ini tantenya Esti, Mamanya Esti itu adalah kakak saya!" Jelas sang wanita paruh baya itu.

"Untuk lebih jelas siapa yang berhak atas rumah ini, Lebih baik kita temui pengacara Esti!" Saran Haris.

Akhirnya pun mereka setuju dengan saran Haris itu. Mereka semua langsung menemui Ardi yang merupakan pengacara dari Esti.

"Silahkan duduk!" Ucap Ardi yang melihat kedatangan mereka.

Setelah mereka duduk, Ardi pun tampak mengambil buku wasiat Esti, Lalu dibacakan di hadapan ketiga orang itu.

"Berdasarkan wasiat dari almarhum Esti, Pertama semua kekayaannya di limpahkan pada anak dan juga saudaranya yang bernama Kinan Nugraha!" Terdengar ucapan Ardi setelah membaca wasiat itu.

"Kedua, Kinan berhak menerima sebagian harta warisan itu apabila ia menikah dengan Haris Munandar!" Terdengar bunyi wasiat kedua yang dibacakan Ardi

"Saya tak terima, Esti itu keponakan saya tetapi kenapa di wasiat itu enggak ada nama saya!" Maya tampak memberontak.

"Bu, Ini semua wasiat dari Esti langsung sebelum dia meninggal! Jadi tak ada yang bisa merubah wasiat ini!" Ardi tampak memohon pengertian pada Maya.

Maya yang tak mendapatkan sepeser pun dari harta Esti tampak kesal. Saking kesalnya, Maya pun langsung pergi dari tempat tersebut tanpa mengucap sepatah kata pun.

Sementara Evan juga terlihat keluar dari tempat itu. Evan yang sama sekali tak mendapat bagian dari harta Esti itu pun tampak pergi dari rumah tersebut.

Setelah kedua orang itu pergi dari rumah Ardi itu, Haris dan Ardi tampak bicara serius disana.

"Kinan itu siapa?" Tanya Haris pada Ardi.

"Kinan itu saudara kandung Esti yang menghilang beberapa tahun lalu!" Beri tahu Ardi.

"Apa Anda punya foto masa kecil kinan?" Tanya Haris.

"Ini foto masa kecil Kinan!" Ardi tampak memperlihatkan foto itu pada ketiga orang tersebut.

"Selain foto, Apa ada lagi sesuatu yang bisa kita gunakan untuk mencari keberadaan Kinan!"

"Selain itu, Ada sebuah cincin yang berpasangan milik Esti dan Kinan!"

Ardi tampak berjalan mengambil cincin itu, Lalu memperlihatkannya pada Haris.

"Bisa saya bawa cincin ini!"

"Bisa, Silahkan dibawa untuk mempermudah menemukan Kinan!" Ucap Ardi.

"Baik kalau begitu, Terima kasih atas semuanya. Saya pamit dulu!"

Haris pun tampak meninggalkan rumah Ardi, Kemudian langsung pulang. Sepanjang perjalanan pulang, Ardi terus menatap cincin yang diberikan Ardi itu.

"Gue harus segera menemukan Kinan, Dengan adanya Kinan gue bisa mengusai harta itu!" Ucap Haris dengan senyuman sinis.

Setelah itu, Haris tampak meminta orang kepercayaannya itu untuk bertemu saat itu juga. Lalu Hari pun tampak mengemudikan mobilnya itu menuju sebuah cafe tempatnya akan bertemu dengan orang kepercayaannya itu.

Beberapa saat kemudian, Terlihat mobil yang dikemudikan Haris telah sampai di tempat tujuan. Sesampainya disana, Haris langsung masuk ke dalam cafe itu. Didalam cafe itu terlihat seorang yang tampak berkaca mata melambaikan tangan ke arahnya. Haris yang melihat lambaian tangan itu, Segera mendekat.

"Elu sudah lama Jo!" Ucap Haris pada orang kepercayaannya itu.

"Gue baru saja sampai, Oh iya tugas gue apa?"

"Elu cari wanita yang ada di foto ini, Kalau perlu elu sebarkan fotonya dimana-mana!"

"Siap bos,"

"Satu lagi, Cincin ini sepasang! Satunya lagi ada pada wanita difoto! ini elu gunakan untuk mempermudah pencarian lu!" Jelas Haris panjang lebar.

"Oke bos, Gue usahakan untuk menemukan wanita ini secepatnya!" Ucap Johan.

Seusai menemui johan, Haris tampak pulang kerumahnya. Namun, Diperjalanan pulang, Haris melihat seorang wanita yang menyelamatkan anak tirinya itu dalam masalah.

"Lepaskan wanita itu!" Ucap Haris pada seorang pria yang memegangi tangan Nina.

"Elu enggak usah ikut campur urusan gue, Mending elu segera pergi dari sini!" Perintah pria yang memegangi tangan Nina itu.

"Kalau elu berani, Sini lawan gue! Jangan beraninya hanya sama wanita!" Ucap Haris.

Mendengar ucapan Haris itu, Pria itu tampak panas. Pria itu dengan segera melepaskan tangan Nina, Lalu meladeni permintaan Haris itu. Kemudian, Adu kekuatan pun terjadi di antara dua orang pria itu.

Tenaga Haris yang sangat kuat dan tak sebanding dengan tenaga pria itu menyebabkan pria bertubuh pendek itu kualahan, Sehingga pria itu langsung kabur dari tempat tersebut.