NovelToon NovelToon
HAZIM

HAZIM

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Haryani Latip

Awal pertemuan dengan Muhammad Hazim Zaim membuat Haniyatul Qoriah hampir terkena serangan Hipertensi. Meski gadis itu selalu menghindar. Namun, malangnya takdir terus mempertemukan mereka. Sehingga kehidupan Haniyatul Qoriah sudah tidak setenang dulu lagi. Ada-ada saja tingkah Hazim Zaim yang membuat Haniyatul pusing tujuh keliling. Perkelahian terus tercetus diantara mereka mulai dari perkelahian kecil sehingga ke besar.

apakah kisah mereka akan berakhir dengan sebuah pertemanan setelah sekian lama kedua kubu berseteru?
Ataukah hubungan mereka terjalin lebih dari sekadar teman biasa dan musuh?

"Maukah kau menjadi bulanku?"

~Haniyatul Qoriah~

🚫dilarang menjiplak

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haryani Latip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesalahpahaman

Kesalahpahaman membuatku jatuh pada orang yang salah.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Haniyatul meletakkan kepalanya di atas meja. Pandangan diarahkan pada tembok dinding berwarna kuning, ia memejamkan matanya sembari menghela napas panjang...(lanjut ke Flashback).

Haniyatul pun membalikkan tubuhnya dengan niat untuk pergi. Namun, niatnya itu terhenti. Di hadapannya terlihat Aydan sedang memegang kaleng makanan kucing. Pandangan mereka beradu. Kemudian, masing-masing menundukkan wajah.

Dedaunan berjatuhan bagaikan bunga sakura. Dan sekali lagi takdir mempertemukan mereka. Membuat hati Haniyatul yang sekeras batu kian melunak. Apakah lelaki itu yang menjadi idaman Haniyatul? Ataukah posisi Zaim hanya sekedar pemeran pendukung saja.

"Namanya bukan gendut," ucap Aydan dengan wajah datar. Tiada senyuman sedikit pun terukir diwajahnya.

Haniyatul mengangkat wajahnya. Ia terkejut karena tiba-tiba saja lelaki itu berbicara padanya.

"Namanya Amy," jelas Aydan pula sembari berjalan menuju ke arah anak kucing dan meletakkan makanan kaleng di hadapan ibu kucing.

"Amy?" Gumam Haniyatul.

Aydan berbalik badan menghadap kearah Haniyatul, "iya, Amy. Namanya itu berasal dari bahasa Prancis yang artinya cinta," jelas Aydan sekali lagi.

Haniyatul terdiam dan mematung di tempatnya. Ia tidak menduga laki-laki sedingin ini bisa memberi nama yang hangat buat si anak kucing.

"Lain kali jangan memanggilnya gendut lagi," ucap Aydan pula seakan memperingati. Kemudian, laki-laki ini berlalu pergi begitu saja tanpa kata pamit.

"Amy... artinya cinta," gumam Haniyatul. Gadis itu masih juga meletakkan kepalanya diatas meja sembari memainkan pulpen ditangannya.

"Hani," sapa Ainul sambil menepuk perlahan bahu gadis yang berada di sebelahnya. Apalagi Haniyatul pun terkejut sehingga secara refleks mengangkat kepalanya dan kembali duduk seperti semula.

"Astagfirullah," ucap Haniyatul seraya mengurut-urut dadanya. Sungguh ia merasa terkejut sekali, serta merta lamunannya tentang Aydan hilang entah ke mana.

Ainul tersenyum lebar, ia tidak tahu tindakannya tadi ternyata membuat teman sebangkunya menjadi teramat terkejut.

"Yuk! Ke kantin," ajak Ainul.

"Kamu saja ke kantin, aku bawa bekal," tolak Haniyatul. Ia mengeluarkan bekal makanan berwarna merah dari laci mejanya.

"Makan di kantin saja, yuk!" Ainul mulai menggandeng tangan Haniyatul dengan harapan agar gadis itu mau mengikutinya ke kantin.

Mau tidak mau terpaksalah Haniyatul akur dengan ajakan temannya itu. Bekal makanannya kembali di masukkan kedalam keresek berwarna putih lalu dibawa menuju ke kantin.

"Assalamualaikum," Zaim menghampiri Ainul dan Haniyatul ketika melihat kedua gadis itu keluar dari kelas X. Ipa.1.

"Walaikumsalam," jawab Ainul. Sementara Haniyatul pula lebih memilih menjawab salam lelaki itu di dalam hati saja. Wajahnya sudah cemberut dan kurang senang dengan kehadiran Zaim.

"Tidak jawab salam berdosa loh Han," ucap Zaim sembari tersenyum, sedangkan Haniyatul sudah membuang muka.

"Panggil Hani," tegur Ainul. Nama Haniyatul sudah disingkat sebagus mungkin oleh Ainul. Ia ingin semua orang memanggil nama teman sebangkunya itu dengan panggilan Hani.

Zaim tertawa lepas sembari berkata, "serius mau aku panggil Hani?" tanyanya pula. Senyumannya masih tersisa di bibirnya.

"Iya," ucap Ainul dengan tegas.

"Tapi, arti Hani itu sayang," sahut Zaim pula sambil tersipu malu. Di akhir ucapannya sengaja ia memelankan suaranya. Tampaknya laki-laki ini ingin mengerjai Haniyatul sekali lagi.

Mata Haniyatul terbelalak begitu mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Zaim.

"Dasar laki-laki mesum,"

Braaak!

Haniyatul memukul kepala Zaim dengan bekal makanan yang ada ditangannya. Sementara Ainul, gadis itu menutup mulutnya, matanya melebar ketika melihat sepupunya dipukul dengan bekal makanan.

"Aduuuh sakit," Zaim meringis kesakitan sambil memegang kepalanya.

Emosi Haniyatul benar-benar sudah berada di puncaknya. Ia ingin berlalu pergi. Namun, teriakan Ainul menghentikan langkahnya.

"Daraaah! Kepala Zaim berdarah," teriak Ainul.

Refleks Haniyatul membalikkan badannya, melihat kearah Zaim. Wajah Haniyatul sekarang berubah menjadi khawatir.

"Aduuh sakiit," Zaim terus menerus mengadu kesakitan.

"He--hei," ucap Haniyatul terbata-bata, raut wajahnya terlihat panik.

"Maaf... maaf aku tidak sengaja," ucap Haniyatul lagi.

"Akan ku lapor ke polisi," ancam Zaim sambil memegang kepalanya yang kononnya berdarah.

"Lapor polisi?" Gumam Haniyatul, wajahnya mulai terlihat pucat pasi.

"Jawab dulu salamku tadi dengan lembut, jika tidak, kamu akan ku laporkan ke polisi," ancam Zaim sekali lagi.

Tanpa berpikir panjang Haniyatul langsung setuju. Ia pun menjawab salam Zaim dengan suara yang dilembutkan.

"Walaikumsalaaaam,"

"Bwahahahaha," Zaim tertawa terbahak-bahak. Ia tidak menyangka Haniyatul benar-benar melakukan apa yang diucapkannya tadi.

Mata Ainul membulat, ia merasa benar-benar telah dibohongi oleh sepupunya itu. Ia mengira kepala Zaim benar-benar berdarah tapi ternyata lelaki itu baik-baik saja dan sekarang sedang tertawa terbahak-bahak.

Sedangkan Haniyatul pula, emosinya yang tadi mereda kini kembali bergejolak, ingin saja ia menginjak kaki laki-laki yang berada di hadapannya ini. Namun, keinginannya itu terpaksa ia urungkan karena melihat kelibat Aydan dan Mukhlis sedang memperhatikan mereka dari jauh.

Ainul menarik tangan Haniyatul untuk beranjak pergi. Andai saja mereka tidak bertemu dengan Zaim, barangkali sekarang mereka sudah tiba di kantin dan menyantap makanan yang enak. Akan tetapi, karena laki-laki itu kegiatan mereka malah tertunda karena harus meladeni sikap Zaim yang kekanakan.

"Hey... tunggu!" teriak Zaim. Namun, teriakannya tidak dipedulikan oleh Haniyatul dan Ainul. Kedua sahabat itu berlalu begitu saja dengan perasaan yang masih kesal.

***

Ainul mengambil posisi duduk berhadapan dengan Haniyatul. Suasana di kantin masih terlihat ramai. Siswa perempuan dan siswa laki-laki duduk secara terpisah. Masing-masing terlihat asyik membahas tentang sesuatu yang mengundang tawa.

Haniyatul membuka bekal makanannya yang berisi nasi goreng, telur gulung, dan ikan masak sambal. Isi bekalnya terlihat sedikit berantakan karena bekalnya tadi digunakan untuk memukul kepala Zaim. Jika diingat-ingat kembali sememangnya terkesan lucu saat Haniyatul dengan bodohnya menuruti keinginan lelaki itu untuk menjawab salamnya dengan suara yang dilembutkan.

"Zaim benar-benar keterlaluan, aku mengira kepalanya berdarah tapi ternyata itu semua akting," ucap Ainul. Kemudian, menyeruput air botol rasa cokelat.

"Seharusnya tadi aku memukul kepalanya lebih keras lagi," sahut Haniyatul pula. Ia melahap makanannya tanpa menghiraukan sekelilingnya.

Preeeg!

Terdengar bunyi tarikan kursi. Seseorang menarik kursi yang berada tidak jauh dari posisi meja Haniyatul dan Ainul. Barangkali hanya berjarak tiga langkah.

Haniyatul terus melahap makanannya sedangkan Ainul pula turut menikmati semangkok bakso yang dipesannya tadi.

"Ehem-ehem,"

Tepat pada suapan yang keempat belas, Haniyatul menghentikan kegiatannya dan meletakkan sendoknya. Ia tahu benar suara laki-laki yang berdehem itu. Siapa lagi jika bukan Hazim Zaim, laki-laki yang berhasil membuat kehidupannya yang tenang menjadi porak poranda.

"Hani, maaf," ucap Zaim. Ia sudah duduk bersama dua orang temannya yakni Mukhlis dan Aydan. Di hadapan mereka sudah terhidang beberapa jenis makanan yang terdiri dari roti berisi ikan sarden, beberapa bungkus camilan, dan nasi bungkus.

Aydan membuka Camilan yang ada di hadapannya. sesekali ia beradu pandang dengan Haniyatul. Sedangkan Zaim langsung tidak ingin dilihat oleh gadis itu. Jangankan ingin saling berpandangan, mendengar suara lelaki itu saja sudah membuat Haniyatul merasa geli.

"Eh. Ada ikan, aku suka makan ikan masak sambal," ucap Zaim pula setelah permintaan maafnya tadi tidak digubris oleh Haniyatul. Mukhlis menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Sedangkan Aydan pula turut mengulum senyuman tipis di bibirnya sambil terus melahap camilan yang ada di hadapannya.

Haniyatul tahu persis maksud Zaim mengatakan hal demikian karena ia ingin meminta ikan masak sambal yang Haniyatul bawa dari rumah.

Ainul mulai memandang sepupunya dengan raut wajah kasihan. Rasa kesalnya tadi tiba-tiba hilang ketika mendengar sepupunya itu teringin sekali mencicipi ikan masak sambal yang ada di hadapan Haniyatul. Ikan itu belum disentuh sedikit pun oleh Haniyatul karena gadis itu masih menyantap telur gulung buatan ibunya.

Zaim memandang wajah Mukhlis dengan raut wajah memelas. Senyuman Mukhlis semakin melebar, ia tahu mengapa Zaim memandangnya seperti itu. Kontan ia pun berdiri dari posisi duduknya dan menuju kearah meja Haniyatul.

"Assalamualaikum," ucap Mukhlis.

"Walaikumsalam," jawab Haniyatul. Pandangannya terarah pada Mukhlis yakni laki-laki berparas tiongkok, matanya sedikit sipit. Namun, tidak mengurangi kegantengan laki-laki tersebut. Ditambah lagi dengan kaca mata bulat yang ia kenakan serta hidung yang mancung, dan postur tubuh yang bagus.

"Apa saya bisa meminta ikan ini?" pinta Mukhlis tanpa sungkan-sungkan.

"Silahkan," ucap Haniyatul sembari menyodorkan bekal makanannya pada Mukhlis. Dengan penuh sopan santun, Mukhlis mengambil bekal makanan itu lalu menyendok ikan masak sambal yang ada di dalam bekal tersebut dan diberikan pada Zaim.

Zaim bersorak girang dan tertawa sehingga menampakkan beberapa batang giginya. Sedangkan Mukhlis pula tertawa geli melihat kelakuan temannya itu.

"Terima kasih," ucap Mukhlis sambil menyodorkan kembali bekal makanan berwarna merah itu pada Haniyatul. Lalu beranjak kembali duduk dan menikmati roti berisi ikan sarden.

"Ini tidak adil, jika aku yang minta pasti ditolak. Tapi jika Mukhlis, dengan senang hati ikan masak sambal ini diberikan padanya," gumam Zaim. Ia merasa perlakuan Haniyatul tidak adil padanya. Karena gadis itu hanya ramah pada orang lain tapi tidak padanya.

Mendengar gumaman Zaim membuat Haniyatul hampir tertawa tapi sebisa mungkin ditahannya.

***

Haniyatul menutup bekal makanannya yang sudah kosong. Zaim dan teman-temannya sudah pergi sedari tadi karena tiba-tiba saja mereka dipanggil oleh guru.

"Hani, sudah masuk shalat asar, yuk! Shalat," ajak Ainul.

"Hari ini aku Menstruasi," ucap Haniyatul.

"Oh, jika begitu tunggu aku dikantin saja, aku pergi shalat berjemaah sebentar bersama teman-teman yang lain," ucap Ainul. Kemudian, berlalu pergi kearah mushollah yang berada tidak jauh dari kantin sekolah. Mushalloh itu berukuran besar berbentuk persegi, dengan kubah berwarna emas diatasnya.

Dari kejauhan terlihat Mukhlis, Zaim, dan Aydan berjalan beriringan menuju kearah mushallah.

"Aydan, nanti kamu azan ya!" teriak seorang siswa laki-laki, yang baru saja selesai mengambil wudhu.

Perlahan Aydan menganggukkan kepalanya.

"Dia pintar Azan?" gumam Haniyatul. Kantin sekolah terlihat sunyi karena hanya terdapat Haniyatul sendiri. Siswa perempuan yang berhalangan mengerjakan shalat lebih memilih duduk didalam kelas. Sedangkan siswa laki-laki pula sedang mengantri untuk mengambil wudhu.

Di dalam mushollah terlihat shaf tersusun rapat bagaikan puluhan tentara dan ribuan Bidadari penghuni Surga. Ditengah-tengah ruangan mushollah terdapat tirai berwarna putih yang menjadi pembatas antara shaf laki-laki dan perempuan.

Zaim masuk ke dalam Mushollah, para jemaah sudah menunggu lama. Namun, Aydan masih mengantri untuk mengambil wudhu.

"Zaim, kamu saja yang azan," pinta seorang siswa yang saat itu mengenakan kain sarung dan peci putih.

Zaim memandang kearah sekelilingnya. Tinggal beberapa orang lagi yang masih mengantri mengambil wuduk jika menunggu Aydan selesai mengambil wuduk para jemaah pasti akan protes karena harus menunggu lebih lama. Ia mengerling arlojinya. Tidak lama lagi masuk matapelajaran selanjutnya. Akhirnya mau tidak mau Zaim harus menggantikan Aydan untuk Azan.

"Allahuakbar Allahuakbar!"

Begitu Zaim mengumandangkan azan, pandangan Haniyatul langsung teralihkan kearah mushallah, hatinya berdesir hebat, darahnya mengalir deras. Sekelumit cinta mengetuk pintu hatinya. Suara yang sering kali didengarnya ketika azan subuh berkumandang. Ia selalu berdoa agar tuhan mempertemukannya dengan pemilik suara itu dan akhirnya terkabulkan.

Aydan, batin Haniyatul. Ia mengira Aydan yang melantunkan azan merdu itu. Namun, pada kenyataannya Zaim lah laki-laki yang sering dicarinya hanya saja gadis ini tidak tahu.

Kini, hatinya sudah jatuh pada orang yang salah, kesalahpahaman yang terjadi membawanya pada Aydan dan menjauh dari Hazim Zaim. Sungguh takdir tidak bisa ditebak karena skenarionya sudah diatur oleh tuhan yang maha esa.

Tbc😉

1
Ai
mampir, Thor
Tetesan Embun: terima kasih 🥰🙏
total 1 replies
👑Queen of tears👑
bakal sad boy ini zaim 🥴
👑Queen of tears👑
aku bersama mu aydan,,sm² penasaran 🤣🤣🤣
👑Queen of tears👑
nyeeessss/Brokenheart/
👑Queen of tears👑
huhf,,,😤
👑Queen of tears👑
ehmmm🧐
👑Queen of tears👑
kannnn rumit cinta segi delapan itu🧐😎
👑Queen of tears👑
menyukai dalam diam itu sungguh menyiksa kantong
👑Queen of tears👑
temannya aydan,,,mmm cinta segi delapan ini🧐
👑Queen of tears👑
banting Hani🤣🤣
👑Queen of tears👑
nikotin mulai keluar🤣🙈
👑Queen of tears👑
no Hani
but Honey hehehe gak sayang juga sih tapi madu hahahahaha 🤣✌️
👑Queen of tears👑
dingin..dingin tapi peduli m kucing😍
mmm...jdi pengen dipeduliin 🙈
👑Queen of tears👑
hmmmm,,aku mulai menemukan radar disini🧐🧐😎
👑Queen of tears👑
cinta pada pandangan pertama,,dari merangkak naik kemata/Drool/
Rinjani Putri
hallo KK author ijin tinggalkan jejak bintang ya disini
Tetesan Embun: silakan kak, makasih🤗
total 1 replies
Floricia Li
ketat bgt aturannya 😭
Floricia Li
lucu bgt hani 😭😭
Floricia Li
heh ngapain ditarik 🤣🤣
Floricia Li
lucuu bgt masi ada kunang kunang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!