Alisya adalah gadis yang terlahir dari keluarga kaya. ayahnya merupakan salah satu pengusaha tersohor di Jakarta. walaupun demikian, tak membuat Alisya kehilangan jati dirinya. Bahkan ia harus menerima takdirnya dijodohkan oleh kedua orang tua sesuai dengan bibit, bobotnya. namun pernikahan yang di impikan itu tak seindah yang dibayangkan. justru pernikahan itu menjadi awal mula mimpi buruk bagi kehidupan Alisya, kala sang suami mengetahui penyakit yang di derita. perilakunya seakan jijik dan mencampakkan sang istri. hingga keduanya harus berpisah dan Alisya di pertemukan kembali dengan cinta pertamanya. kebahagiaan di antara keduanya mulai tercurah kembali. namun kebahagiaan mereka hanya sesaat kala harus di pertemukan kembali dengan perpisahan abadi yang sesungguhnya.
apa yang terjadi pada Alisya? ikuti misteri cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alletaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjodohan
Alisya dan Jordan segera memasuki rumah. Sorot mata seluruh anggota keluarga seketika tertuju pada sepasang manusia yang tengah berjalan menuju sebuah meja panjang yang terdiri dari orang tua Alisya dan juga orang tua Jordan.
Kali ini, keduanya duduk bersebelahan. Tampak canggung! Karena ini kali pertama mereka berkumpul seperti ini. Bahkan Herman yang kala itu tengah sibuk memainkan ponselnya langsung meletakkan nya dan memulai sebuah obrolan.
Tak di sangka-sangka ternyata selama ini tebakannya benar! Bahwa yang dikatakan Felicya memang ada sangkut pautnya dengan pertemuan malam ini, pikirnya.
Tak berselang lama, kini mata Herman nampak tertuju pada gadis kecilnya itu, yang kini sudah menginjak usia mapan. Dan sudah sepantasnya untuk segera mendapatkan pasangan hidup. Lagipula Herman dan Sinta juga semakin bertambah usia, tentu saja keduanya juga ingin segera menimang cucu.
"Maksud dan tujuan kami pada malam ini, tentu saja ini semua sudah berdasarkan atas keputusan dan kesepakatan dari keluarga dua belah pihak" ujar Herman, yang seketika membuyarkan pikiran Alisya, bahkan ia sama sekali belum pernah mengatakan sepakat dengan keputusan yang di buat.
"Langsung saja ya, sebenarnya maksud pertemuan malam ini ingin membahas tentang perjodohan Alisya dan Jordan" perkataan itu sontak membuyarkan aktivitas Jordan yang kala itu tengah memainkan ponselnya. Begitupula dengan Alisya yang nampak sangat terkejut dengan perkataan ayahnya itu.
"Apa maksud papa? Perjodohan apa?" Tegas Alisya. Di dalam hati kecilnya bahkan ia tak pernah mau di jodohkan. Ini bukan lagi zamannya Siti nurbayah, ini sudah zaman modern, zaman milenial. Gumam Alisya, yang tak terima jika dirinya harus di jodohkan. Bahkan dari awal ia sudah pernah mengatakan kepada orang tuanya, ia tak mau di JODOHKAN. bukannya ingin menjadi anak pembangkang, tapi ia juga berhak menentukan hak pilihnya dalam menentukan siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya kelak.
Untuk apa menikah jika tak di dasari dengan rasa cinta? Apakah rumah tangga itu akan bahagia? Bukannya hanya menjadi kesengsaraan bagi keduanya. Monolognya, yang seketika membuyarkan pikiran jernih Alisya.
"Maaf sebelumnya, karena papa dan mama baru sempat mengatakan ini. Kami tak ingin menjadikan ini beban mu selama masih menempuh pendidikan dulu. Sebenarnya rencana ini sudah lama kami bicarakan."
Tentu saja antara kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Jordan
"Kami sepakat untuk menjodohkan kalian berdua". Imbuh Herman
"Tapi bukankah ini suatu ketidakadilan? Sama saja kalian membatasi hak pilih kami dalam menentukan pasangan hidup kami? Bagaimana jika ada hati lain yang tersakiti atas ini?" Alisya sontak saja kepikiran akan Felicya, yang mengaku sebagai tunangan Jordan. Tentu saja kalau perjodohan ini terjadi, maka bagaimana dengan nasib wanita itu? Pasti hatinya akan sakit. Lagi pula ia tak setega itu, ia tak pernah terpikirkan jika hal itu yang menimpa dirinya. Pasti sakit yang di rasa
"Bukan hanya Alisya yang tentu saja mengekang perjodohan ini. Pasti Jordan juga demikian. Bukan kah begitu Jordan?"
Jordan yang mendengar pernyataan Alisya hanya bisa tertunduk, sebenarnya ia telah lebih dulu tau tentang perjodohan ini. Karena kali pertama orang tuanya dan orang tua Alisya membahas ini, ia tak sengaja mendengarkan dari bilik kamarnya kala itu. Bahkan, mamanya juga sudah lebih dulu menceritakan perihal Alisya kepadanya. Itulah sebabnya ia tak terkejut mendengar pernyataan Herman malam itu.
Ia hanya sedikit bingung, jika Alisya tak terima dengan keputusan itu. Bukan tidak mungkin bagi Alisya akan menderita ketika menjalin hubungan rumah tangga yang tidak di dasarkan atas cinta!
"Sebenarnya Jordan sudah tau permasalahan ini sejak lama. Tante sudah menceritakan semuanya kepada Jordan. Dan ia pun tak masalah dengan hal ini. Em mungkin kamu belum menerimanya saat ini Al, tapi Tante harap dengan berjalannya waktu kamu akan menerima kondisi dan situasi ini" ucap Nona yang kala itu berusaha memberikan penjelasan kepada Alisya. Di sisi lain, wanita itu sudah menaruh rasa simpati kepada Alisya. Ia sangat menyukai sikap dan perilaku gadis itu, jadi ia tak pernah merasa keberatan jika anaknya berjodoh dengannya.
"Mama tau sayang, ini bukan jalan yang kamu mau! Tapi tak ada pilihan lain, inilah yang terbaik versi kami untuk kamu Al! Janganlah egois, lagipula mama dan papa hanya ingin melihat anak kami satu satunya bahagia di orang yang tepat! Antara keluarga kita dan juga Tante nona sudah lama akrab, kita bukan orang asing lagi! Jadi tak perlu ada yang ditakutkan antara dua belah pihak" tutur Sinta yang juga berusaha memberi penjelasan, guna membuka jalan terang dalam pikiran Alisya. Walaupun anaknya itu tak pernah sekali saja membuat kedua orang tuanya kecewa, ia selalu berusaha menuruti ucapan keduanya. Tapi kali ini ia benar-benar tahu sifat anaknya yang memang tak pernah mau di jodohkan.
"Mama bilang Alisya egois? Jadi bagaimana dengan kalian berdua? Apakah mama dan papa tak egois? Yang memutuskan hanya sepihak tanpa berdiskusi terlebih dulu dengan anaknya? Apakah ini menjamin sebuah kebahagiaan nantinya? Maaf Alisya lantang!" Sambil menundukkan kepala, tak terasa air matanya jatuh ke pipi yang selembut sutra itu.
Suasana hening sejenak, Herman tentu saja tak tega melihat anaknya yang kini telah bercucuran air mata. Tapi ini semua ia lakukan untuk kebaikan anaknya. Ia tak mau jika anaknya asal-asalan dalam memilih pasangan hidup. Seumur hidup itu lama, bukan? Gumamnya kala itu.
Tak tahan dengan suasana malam itu, akhirnya Alisya memutuskan untuk meninggalkan kedua keluarga yang masih duduk termenung.
Alisya lebih memilih untuk menenangkan dirinya dengan berjalan ke luar rumah. Mungkin ia masih syok dengan keadaan seperti itu. Acara syukuran yang harusnya di terima dengan suka cita, malah menjadi tangis pilu bagi dirinya. Ia belum terima jika nanti kenyataannya ia benar-benar akan di jodohkan. Ini bukan soal siapa orang yang tengah di jodohkan dengannya itu, mengingat Jordan merupakan pria yang baik, dan tergolong good looking itu. Tentu membuat banyak wanita terpikat pada parasnya.
Alisya tak habis pikir saja pada orang tuanya, bukankah selama ini ia selalu menuruti kemauannya? Tapi mengapa mereka malah memutuskan sesuatu hal yang sejak awal di tentang olehnya. Pikirnya, kala itu.
Jordan yang melihat Alisya seketika meninggalkan obrolan itu, juga dengan sigap mengikuti nya dari belakang.
"Al, sorry gue gak pernah cerita ini ke Lo. Sorry kalau kehadiran gue menjadi mimpi buruk di kehidupan Lo. Gue gak maksa kok Lo mau terima perjodohan ini atau tidak? Its okey, kalau pun Lo nantinya gak mau hidup bersama gue. Karena cinta memang gak bisa di paksa! Persoalan orang tua biarlah nanti gue yang coba bicara sama mereka".
Alisya tak mengeluarkan setitik katapun, ia masih terdiam dalam isak tangisnya itu.
jangan lupa mampir juga ya di karyaku
lebih baik positif thinking aja