Judul novel : "MY STUDENT IS MY STUPID WIFE
Ini kisah tentang NANA DARYANANI, seorang mahasiswi cantik yang selalu mendapat bullying karna tidak pandai dalam pelajaran apapun. Nana sudah lama diam-diam naksir dosen tampan di kampusnya, sampai suatu hari Nana ketahuan suka sama dosennya sendiri yang membuat geger seisi kampus.
Bagaimana dengan Sang Dosen, apakah dia juga akan menyukai Nana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gabby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERJODOHAN
Di rumah sakit
Ada seorang laki-laki terbaring lemah dan istrinya selalu setia menemaninya.
Seoarang gadis kira-kira berusia 13 tahun masih memakai seragam SMP menghampiri sang ayah yang sedang sakit. Dia menangis langsung memeluk ayahnya dengan erat dan sang ibu juga memeluknya.
"Ayah, jangan tinggalkan Nuri." lirihnya.
Sang ayah perlahan-lahan mengangkat tangannya untuk membelai kepala anaknya.
"Nuri, ayah tidak akan meninggalkan kamu, ibu dan kakakmu, sebelum ayah melihat kakakmu menikah ayah tidak akan pergi."
"Ibu, apa maksud ayah bu, kenapa ayah bicara seperti itu?"
"Ayah, tidak baik bicara pesimis seperti itu Nana masih kuliah dia tidak akan menikah." ucap Ibu.
"Bu, bawa ayah pulang jika ayah berlama-lama berada di sini bayarannya pasti sangat mahal dengan apa kita akan membayarnya."
"Jangan pikirkan soal bayarannya, ibu sudah menjual mas kawin kita untuk biaya rawat ayah, sekarang ayah harus sembuh."
"Kenapa ibu jual, Nana lebih memerlukannya sebentar lagi dia ujian, dia memerlukan uang itu agar dia bisa ikut ujian."
"Ayah, jangan pikirkan uang ujian Nana dulu, yang terpenting sekarang ayah harus cepat sembuh."
"Nuri, kamu telpon kakakmu beritahu dia kalau ayah masuk rumah sakit." ujar Ibu, Nuri pun menelpon kakaknya.
Ayah nekat melepas infusnya ibu berusaha menghalanginya tiba-tiba datanglah sepasang suami istri yang sepertinya mereka saling mengenal.
"Aryo, kami sudah membayar semua biaya administrasinya, kamu jangan khawatir lagi." ujarnya sambil berjalan mendekat.
"Betran, Sarah, ka-kalian disini?" tanya Aryo
"Iya sahabatku, lama kita tidak bertemu." Ucap Betran berpelukan dengan Aryo.
"Aliya, apa kabar?" Ucap Sarah memeluk Aliya.
Mereka sangat bahagia akhirnya setelah 15 tahun sahabat lama ini bertemu kembali.
"Bagaimana kalian bisa tau kalau saya berada di rumah sakit?" tanya Aryo.
"Jadi tadi saya dan istri saya datang kerumahmu, tapi kami lihat rumah kalian kosong dan ada tetangga yang memberitahu kalau kamu masuk rumah sakit." Ucap Betran.
"Iya jadi kami langsung saja kemari sekalian menengok keadaan kak Aryo." lanjut Sarah.
"Kalian masih ingat saja, aku jadi terharu" ucap Aryo, Betran dan Sarah hanya tersenyum.
"Apa kabar putrimu Yo? pasti sekarang dia sudah tumbuh besar menjadi gadis yang cantik." kata Betran.
"Alhamdulillah Bet, dia memang sangat cantik, sebentar lagi dia akan datang, putra sulungmu bagaimana pasti dia sudah sangat sukses ya sekarang? anak itu pasti sangat tampan sepertimu."
"Ya dia lebih tampan dariku, tapi dia itu keras kepala, dia lebih milih jadi PNS dari pada meneruskan bisnisku."
"Biarkan saja Bet, dari kecil dia memang bercita-cita menjadi pegewai negeri, kamu beruntung Bet patut kamu syukuri."
"Iya aku memang beruntung memiliki putra sepertinya, tapi ngomong-ngomong kamu masih ingat tidak jika anak sulung kita sudah besar kita akan menjodohkannya."
"Aku masih mengingatnya Bet, tapi sekarang putriku masih kuliah, bagaimana dengan putramu apa dia sudah menikah?"
"Justru itu karna dia belum menikah sebaiknya kita segera menikahkan mereka Yo."
"Kak Betran, tapi putri kami masih sangat kecil, dia masih kuliah dan manja, dia belum mengerti apapun bahkan untuk masak dia tidak bisa, bagaimana mungkin dia bisa melayani suaminya nanti." ujar Aliya.
"Aliya, urusan itu kami bisa mengajarinya, kamu tidak perlu khawatir dan jika mereka menikah maka biaya kuliah putrimu akan menjadi tanggung jawab kami, Aliya kami hanya ingin membantu meringankan masalah keluarga kalian apalagi setelah tau kak Aryo terkena serangan jantung, dan kami pun juga ingin putra kami segera menikah, kami tidak ingin dia salah memilih pendampingnya makanya kami putuskan untuk memilih putrimu sebagai menantu." sahut Sarah tersenyum.
"Jika memang demikian kami setuju-setuju saja, tapi kita perlu mendengar keputusan dari mereka." jawab Aliya.
"Tentu, kami juga sudah meminta putra kami untuk datang kemari." sambung Betran.
Nana sampai dirumah sakit, dia memarkir sepedanya di parkiran tiba-tiba sebuah mobil datang dan terus membunyikan klaksonnya agar Nana minggir membuat telinga Nana pekik saja.
Melihat Nana tidak mau meminggirkan sepedanya orang itu pun keluar dari dalam mobil Nana kaget ternyata pak Hessel, Hessel pun mendekat kearah Nana.
"Bapak, ngapain bapak disini? pasti bapak ngikutin saya ya?" ucap Nana penuh percaya diri tapi dengan nada bercanda.
"Ternyata anak ini memang bodoh, membedakan tempat parkir mobil dengan sepeda saja tidak bisa." menggeleng heran.
"Mana mungkin salah pak"
Nana pun menoleh melihat plangnya ternyata dia salah memarkir sepeda.
"Hehe... iya pak saya yang salah." ucapnya menahan malu.
"Kalau mau parkir sepeda sebelah sana." ucap Hessel yang dingin.
Nana merasa malu langsung mengambil sepedanya dan mengalihkannya ke tempat parkiran yang lain.
Saat Nana sudah memarkir sepedanya, dia kembali ketempat dimana tadi dia bertemu Hessel namun Hessel sudah tidak berada ditempat.
"Kemana perginya pak Hessel?" gumam Nana.
"Ah, biarkan saja. Sekarang aku harus menemui ayah semoga penyakit ayah tidak serius."
Nana langsung masuk ke dalam RS dan mendapati ayahnya dikerumuni banyak orang, Nana langsung memeluk ayahnya. Nana tidak menyadari kalau Hessel juga ada di ruangan yang sama, sedangkan Hessel dia kaget ternyata Nana putri paman Aryo teman ayahnya, langsung saja dia memutur badannya kebelakang agar Nana tidak melihat wajahnya.
"Sudah Nana, ayah baik-baik saja." kata ayah.
"Bagaimana ayah bisa mengatakan baik-baik saja lihat muka ayah sangat pucat." Nana menangis terisak.
"Nana, kamu masih ingat paman?" ujar Betran, Nana menolehnya.
"Paman Betran, paman disini?"
"Iya Nak."
Nana pun segera menyalami Betran dan Sarah istrinya.
"Terima kasih paman dan bibi masih sudi menjenguk ayah saya."
Mata Nana selalu tertuju pada pria disamping paman Betran yang memalingkan tubuhnya membelakangi mereka.
"Ya Tuhan selamatkan aku dari anak itu, jangan sampai dia melihatku, kenapa harus dia dimana-mana ada dia." batin Hessel kesal.
"Nak, paman ingin memperkenalkan seseorang denganmu." ujar Aryo pada Nana.
Betran pun memutar tubuh Hessel dan benar dugaan Nana ternyata itu sang dosen.
Hessel tidak berani melihat kearah Nana setelah tau Nana anak teman ayahnya.
"Nana, ini Hessel putra sulung paman dan Hessel dia Nana." kata Betran mengenalkan mereka berdua.
"Kami sudah kenal paman, dia adalah dosen saya." ujar Nana.
"Tidak pa, itu tidak benar! Hessel sama sekali tidak mengenalnya, sok kenal dia pa." Hessel mengelak.
"Benarkah kalian saling kenal Na?"
"Iya paman, pak Hessel kenapa bapak berbohong? bukankah bapak juga mengenalku, aku Nana Daryanani anak didik bapak."
"Hessel, katakan saja dengan jujur papa senang kalau kalian sudah saling mengenal."
"Iya pa benar dia anak didik Hessel." jawab Hessel singkat dan langsung membuang muka dari hadapan Nana.
Para orang tua pun tertawa bahagia saat tau bahwa putra putri mereka sudah saling kenal dan itu akan memudahkan rencana perjodohan mereka.
"Bagus donk kalau kalian sudah saling mengenal, berarti perjodohannya sudah disetujui." Ujar Sarah merangkul Hessel dan Nana.
"Apa ma, mama dan papa becanda ya masa Hessel dijodohkan dengan anak didik Hessel." ujar Hessel kaget.
Nana juga kaget dia tak pernah menduga kalau orang tua mereka ternyata sudah merencanakan perjodohan ini.