Antariksa dan Galaksi, anak yang tak diakui oleh ibu kandungnya sendiri. Batita yang tak dirawat, dan bayi yang tak disusui oleh ibunya sejak dini.
Entah takdir atau kebetulan, Rafa bercerai dari mantan istrinya lantaran perselingkuhan. Mantan istrinya itu berkhianat dengan masa lalunya dan memilih karir modeling daripada keluarganya.
Sama hal nya dengan Rindi, yang menjadi korban pengkhianatan mantan tunangan yang juga berselingkuh dengan adik tirinya sendiri. Mereka sangat serasi bukan?
Akankah keduanya saling membuka hati dan saling menyembuhkan luka? Apakah Rindi merupakan calon ibu yang tepat untuk kedua jagoan kecil dari Mas Duda? Ikuti kisah keduanya yuk...
NB: Cerita ini murni hasil pemikiran Karita, tanpa plagiat karya orang lain. Mohon maaf bila ada kesamaan nama tokoh ataupun sedikit alur cerita, karena semua itu bukan unsur kesengajaan. Mulai hargai karya orang, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karita Ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
"Ya ampun Antariksa..." Salah satu kerabat Rafa yang bernama Chika merasa terkejut akan polah tingkah yang ditunjukkan oleh putra dari seorang Rafael Putra Kalandra.
Bagaimana tidak? Chika melihat betapa konyolnya perilaku Antariksa yang sedang menaburkan bedak bayi milik Galaksi di atas lantai marmer rumah. Dengan begitu percaya dirinya, balita itu menaburkannya dan meratakan bedak yang sudah berceceran dengan tangan mungilnya.
"Nak, ini kenapa lantainya kamu taburkan bedak?" Tanya Chika dengan mensejajarkan tingginya dengan tubuh mungil ponakannya.
"Napa?" Bukannya menjawab pertanyaan dari tantenya, Antariksa malah kembali bertanya kepada Chika membuat mereka semua yang ada di ruangan itu menatap ke arah keduanya.
"Kan ini mubadzir Nak, Anta nggak boleh membuang bedak dengan percuma. Nanti kalau habis bagaimana?" Tanya Chika dengan sabar. Meskipun sebenarnya Chika sangat gemas pada balita yang sangat pandai tersebut.
"Beli agi kan Yah?" Jawab Antariksa dengan santainya dan menatap ke arah Rafa untuk meminta jawaban. Sedangkan Rafa hanya bisa mengangguk untuk menjawab pertanyaan balita mungil yang menjabat sebagai putranya itu.
"Kan belinya pakai uang Nak, nanti kalau uangnya habis bagaimana?" Kini salah satu adik dari Andre ikut menimpali. Padahal aslinya ia berbicara berbohong. Bagaimana bisa uang dari keluarga Kalandra akan habis hanya untuk membeli bedak saja.
"Ayah keja jadi banak wang" Jawab Antariksa tanpa menolehkan kepalanya, sedangkan tangannya masih sibuk meratakan bedak bayi di atas lantai rumah.
Memang ya, balita yang satu ini selalu saja beralasan.
Semua orang yang ada di sana merasa sangat terhibur dengan kelucuan sikap cucu pertama dari Andre. Bukannya mereka marah karena sikap Antariksa yang sedikit nyeleneh, tapi mereka malah merasa sangat bahagia dengan adanya kehadiran Antariksa di antara keluarga mereka.
"Antariksa kok pinter banget sih, yang ngajarin siapa anak ganteng?" Tanya kerabat Rafa yang lainnya.
"Anta sedili" Jawab Antariksa dengan jari jempolnya yang menunjuk dirinya sendiri, jangan lupakan wajah tampannya yang terlihat sagat konyol. Mereka semua yang ada disana tertawa lepas saat mendengar jawaban lucu dari Antariksa yang begitu percaya diri.
Para orang tua kembali melanjutkan perbincangan mereka yang tentunya hanya sekitar bisnis dan keluarga. Rafa turut bergabung bersama dengan ayah dan pamannya membicarakan soal bisnis.
Sedangkan para wanita sedang duduk di atas karpet bulu dengan Galaksi yang berada di tengah-tengah mereka. Semua keluarga besar Kalandra dengan senang hati turut merawat kedua putra Rafa semenjak Rafa bercerai dari istrinya. Bahkan keputusan Rafa itu didukung oleh keluarga besarnya.
"Sekarang Galaksi sudah nggak pernah rewel lagi kan Mbak?" Tanya salah satu adik kandung dari Andre pada Nada.
"Alhamdulillah sekarang Gala semakin pinter. Dia nggak pernah rewel kecuali saat lapar dan saat buang air besar" Jawab Nada kepada adik iparnya sehingga membuat semuanya tersenyum lega.
Tak ada angin, tak ada hujan. Tiba-tiba saja, Antariksa yang sedang berkumpul bersama dengan sepupu lainnya datang mendekati Nada. Yang membuat semua keheranan adalah, Antariksa melepas bajunya sehingga menyisakan kaus dalamnya yang berwarna putih dan celana sepanjang lututnya.
"Loh Anta, kenapa bajunya dilepas Nak?" Tanya Nada setelah cucu pertamanya itu berdiri didekatnya. Nada menahan tawanya saat melihat tingkah cucunya yang selalu berbeda dari balita seusianya.
"Gelah" Balas Antariksa dengan mengibaskan tangan mungilnya di sekitar wajah dan lehernya. Nada dan yang lainnya terkekeh ketika kembali disuguhkan dengan sifat abstrak dari Antariksa.
Seakan paham akan ucapan sang kakak, Galaksi dengan lucunya menatap ke arah Antariksa dengan mata yang mengerjap lucu. Tangan mungil Galaksi bergerak ke atas seolah memanggil kakaknya supaya mendekat.
"Adik napa?" Tanya Antariksa dengan melangkahkan kakinya mendekati sang adik setelah melihat tingkah lucu dari Galaksi. Antariksa mendudukkan tubuhnya di samping Galaksi yang tengah tersenyum lebar memperlihatkan gusinya.
"Adik au num?" Tanya Antariksa dengan tangan yang menyentuh tangan mungil milik Galaksi. Antariksa tersenyum lebar saat jari telunjuknya digenggam erat oleh adiknya.
"Adiknya udah banyak minum susu Nak. Kalau kebanyakan minum susu nanti muntah adiknya" Jawab Nada yang dianggukki oleh semua orang dengan senyumnya. Sedangkan Antariksa menatap neneknya dan menganggukkan kepalanya pertanda paham akan ucapan Nada.
"Anta, main sama Kak Fian yuk? Kita main sama-sama di sana" Ajak anak kecil berusia lima tahun yang merupakan putra dari Chika. Namun Antariksa malah mengelang kan kepalanya pada Fian.
"Ndak au, Anta au bobok ama Adik" Jawab Antariksa dengan merebahkan tubuhnya di samping Galaksi. Tubuh Antariksa terlentang menghadap ke arah langit-langit rumah yang terdapat lampu kristal diatasnya.
"Fian, kamu main dulu sama kakak-kakak yang lainnya ya Nak? Mungkin Antariksa lagi capek terus mau bobok sama Adik Gala" Ucap Chika yang langsung dianggukki oleh anak berusia lima tahun tersebut.
Setelah kepergian Fian ke arah anak-anak kecil yang lainnya, kini pandangan mereka semua tertuju pada Antariksa dan Galaksi yang tengah terlentang.
Mereka semua tersentak kaget saat melihat Antariksa yang dengan santainya memasukkan jari telunjuknya ke dalam lubang hidung mancungnya. Balita mungil tersebut malah keenakan sehingga membuatnya memejamkan matanya. Jari telunjuknya diputar perlahan didalamnya.
"Anta kok jarinya dimasukan? Itu kan kotor Nak" Ucap Nada yang khawatir melihat perilaku cucunya yang semakin abstrak saja. Sedangkan balita itu malah tidak menghiraukan ucapan neneknya dan tetap melakukan kegiatan mengupilnya.
Kini, semua orang sudah berkumpul di ruang makan untuk melaksanakan makan siang. Bahkan kini semua anak-anak duduk di atas karpet yang digelar oleh asisten rumah tangga di dekat meja makan para orang tua.
Antariksa ikut duduk bersama kakak-kakak sepupu dan juga adiknya di karpet bawah. Tiyas dan para asisten yang lainnya ikut menjaga supaya tetap ada yang mengawasi mereka semua.
"Bunda, Fian makan sama Bunda boleh nggak?" Tiba-tiba Fian bertanya pada Chika yang kini sudah duduk di kursi dekat dengan meja makan. Sehingga membuat semua orang menatap ke arah Fian tak terkecuali Antariksa juga.
"Fian makan sama kakak dan adik-adik ya Nak? Kasihan mereka kalau kamu makan bareng Bunda" Jawab Chika dengan lembutnya kepada sang anak. Mau tak mau, Fian menuruti ucapan ibunya dan ikut bergabung dengan sepupu yang lainnya.
"Anta, kak Fian duduk dekat kamu ya?" Tanya Fian ketika dirinya sudah berdiri di dekat Antariksa. Sedangkan putra dari Rafa tersebut hanya mengangguk dua kali.
Semua orang sudah duduk untuk memulai makan siangnya. Sedangkan Antariksa meminta untuk makan sendiri meskipun harus didampingi oleh Tiyas. Mereka semua mulai untuk makan siang bersamaan.
"Anta sendili" Ucap Antariksa dengan merebut sendok makan khusus balita miliknya dari Tiyas. Sedangkan pengasuh dari balita kecil tersebut hanya bisa tersenyum dengan menggelengkan kepala.
Semua orang menatap kagum ke arah Antariksa yang sedang makan dengan lahapnya. Sepupu dari Antariksa tertawa gemas karena melihat balita kecil itu makan dengan berantakan sehingga di sekitar mulutnya ada bekas makanan.
"Bunda, Antariksa lucu banget ya? Makannya cemong-cemong" Ucap Fian yang dianggukki oleh semua orang membuat Antariksa membulatkan matanya lucu.
"Emong apa?" Tanya Antariksa dengan tatapan tak sukanya membuat Fian mencubit gemas pipi gembul milik Antariksa.
"Anta makannya berantakan, nih ada nasinya" Balas Fian dengan mengambil sisa nasi yang ada di dekat bibir mungil Antariksa. Sedangkan Antariksa malah menganggukkan kepalanya pertanda paham.
Salah satu keponakan dari Rafa yang berjenis kelamin perempuan berusia enam tahun berjalan mendekati Antariksa. Gadis mungil yang berwajah bulat dengan poni di dahinya, duduk di sebelah Antariksa.
"Antariksa kok ganteng banget sih? Kak Jena gemes banget sama kamu" Ucap Jena dengan wajah imutnya membuat semua orang tertawa karena melihat wajah Antariksa yang mendadak narsis.
"Iya dong, nak Ayah" Jawab Antariksa dengan meletakkan jari telunjuknya di pipi kanannya. Tak lupa wajahnya yang di buat seganteng mungkin membuat Jena mencubit gemas pipi Antariksa.
"Kak Ena, pipi Anta akit nih" Ucap Antariksa dengan mengelus pelan pipi gembul miliknya dengan lembut. Padahal sebenarnya tidak sakit sama sekali, hanya saja putra dari Rafa itu yang sangat berlebihan.
"Tadi Kak Jena pelan kok. Maaf ya Anta" Ucap Jena dengan tangannya yang turut mengelus pipi adik sepupunya itu. Sedangkan Antariksa tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya pada Jena.
"Anta aapin Kak Ena" Jawab Antariksa dengan senyum lebarnya sehingga membuat wajahnya semakin tampan saja. Semua orang yang ada di ruang makan tertawa melihat interaksi anak-anak yang sedang berkumpul di karpet.
Selanjutnya, pemandangan yang sangat menggemaskan dilihat oleh mereka semua. Dimana Antariksa dengan susah payah memeluk Jena dari samping dan diikuti oleh sepupu yang lainnya. Mereka semua berpelukan di atas karpet sehingga membuat para orang tua tersenyum bahagia.
Setelah makan siang mereka semua usai, semua anggota keluarga berjalan menuju ruang keluarga. Keluarga besar Kalandra tersebut mendudukkan diri di sofa yang ada di ruang keluarga.
Antariksa yang duduk dipangku oleh ayahnya menatap semua orang yang ada disana dengan mata yang mengerjap lucu. Balita menggemaskan itu memang sudah memaafkan ayahnya setelah Rafa kembali berjanji untuk mempertemukannya dengan Rindi.
Sepertinya usaha Rafa untuk membujuk putra sulungnya berakhir dengan baik. Terbukti, kini putranya itu tak mau jauh darinya dan selalu menempel bak perangko. Antariksa memperhatikan sepupunya yang duduk dipangku oleh sang ibu.
"Bunda tu apa Yah?" Tanya Antariksa dengan nada herannya setelah kembali mendengar kata 'Bunda' dari para sepupunya. Sedangkan Rafa hanya bisa mematung ditempatnya karena pertanyaan dari Antariksa.
Memang sebelumnya balita kecil itu tak pernah memanggil Laura dengan sebutan layaknya ibu, mama, ataupun bunda. Karena sosok anaknya ini sangat jarang bertemu dengan Laura dan sangat takut pada mantan istrinya itu.
"Bunda itu panggilan untuk ibu Nak" Jawab seorang yang hampir menyentuh angka lima puluh tahun, yaitu adik kandung dari Andre.
"Ibu tu apa?" Tanya Antariksa dengan wajah bingungnya membuat semua orang merasa gemas. Sedangkan disisi lain, mereka sangat kasihan pada Antariksa yang masih asing dengan kata ibu.
"Ibu itu yang merawat kita dari kecil Anta" Jawab Jena yang sedang duduk dipangkuan ibunya.
"Balti, Oma tu Bunda?" Tanya Antariksa dengan menunjuk ke arah Omanya. Sedangkan semua orang merasa tersentuh akan ucapan dari putra pertama Rafa tersebut.
Mendadak atmosfer ruangan tersebut menjadi hening karena pertanyaan sederhana dari seorang balita tampan yang bernama Antariksa.
"Bukan, kalau itu Oma. Bunda itu masih cantik dan muda Anta, kayak Bundaku" Jawab Fian dengan menunjuk ke arah Bundanya yang tak lain adalah Chika.
Antariksa menatap sekelilingnya untuk mecari apa yang dimaksud oleh kakak sepupunya itu. Dengan lucu, Antariksa menggaruk kepalanya bingung.
"Balti Anta ndak unya Bunda ya?" Tanya Antariksa dengan wajah sendunya tak lupa dengan suaranya yang terdengar lesu. Membuat semua orang merasa kasihan menatap ke arah Antariksa. Sedangkan Nada hanya bisa menahan air matanya supaya tidak turun membasahi pipi.
"Ayah napa Anta ndak unya Bunda?" Tanya Antariksa dengan wajah yang mulai dibasahi dengan air matanya. Bola mata berwarna abu-abu yang biasanya memancarkan kegembiraan, kini seakan redup begitu saja.
"Anta punya Bunda Nak" Jawab Rafa dengan suara pelannya disertai tangan yang mengusap lembut kepala putra pertamanya itu.
Antariksa mendekap erat tubuh ayahnya. Mengeluarkan air matanya sehingga membuat kaus hitam yang dikenakan oleh Rafa basah dibuatnya. Balita kecil itu kembali berpikir dalam tangisnya. Selama ini, Antariksa selalu mendengar para sepupunya memangil sang ibu dengan sebutan 'Bunda'. Sedangkan dirinya tidak pernah sama sekali.
Tiba-tiba saja, Antariksa melepaskan pelukan dari sang ayah. Tangan mungilnya bergerak untuk menghapus jejak air mata yang membasahi pipi gembul miliknya. Antariksa tersenyum manis menatap ayahnya dan semua orang.
"Anta unya Bunda..."
...*****...
Hai Kak, hari ini Karita double up nih...
Antariksa dan Galaksi muncul lagi nih Kak...
Ditunggu kelanjutan ceritanya ya Kak...
Terimakasih untuk pembaca yang masih setia di carita pertama Karita dan Terimakasih untuk like serta komennya Kak...
...Gracias...
𝒋𝒆𝒍𝒂𝒔𝟐 𝒅𝒊𝒂 𝒖𝒅𝒉 𝒃𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒍𝒆𝒑𝒂𝒔𝒊𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝟐...
saking nungguinnya, sering bulak balik baca dari bab 1 huhuhu
ditunggu up selanjutnya ya thor..
tetap semangat..🥰🥰🥰