Tiffany, tiba-tiba dijemput oleh kedua orang tua kandungnya. Berharap ini awal kebahagiaan darinya, dimana gadis miskin yang ternyata anak dari keluarga kaya.
Namun tidak, inilah awal dari neraka baginya. Meira yang selama ini tinggal bersama keluarganya, melakukan segala cara untuk menghancurkan Tiffany.
Membuatnya dibenci oleh keluarga kandungnya, dikhianati kekasihnya. Hingga pada akhirnya, mengalami kematian, penuh kekecewaan.
"Jika dapat mengulangi waktu, aku tidak akan mengharapkan cinta kalian lagi."
***
Waktu benar-benar terulang kembali pada masa dimana dirinya baru dijemput keluarga kandungnya.
Kali ini, dirinya tidak akan mengharapkan cinta lagi.
"Kalau kamu menolakku, aku akan bunuh diri." Ucap seorang pemuda, hal yang tidak terjadi sebelum waktu terulang. Ada seseorang yang mencintainya dan mengharapkan cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mantan Terindah
Terkadang apa yang kita harapkan akan terjadi malah menjadi sebaliknya. Bagaimana pun caranya menyusun strategi dan taktik, pasti akan ada celah untuk terjadinya satu kesalahan kecil.
Menatap ke arah kedua pemuda yang mungkin salah minum obat ini. Seharusnya mereka bertarung memperebutkan Meira.
"Pacar kalian disana." Tiffany menghela napas mengangkat sebelah alisnya, memakan buah apelnya kembali.
"Dia bukan pacarku." Irgo Rafael tersenyum, bagaimana pun, sudah ada alasan untuk putus dengan Meira.
"Irgo?" Bibir Meira gemetar, sejujurnya dirinya belum memutuskan akan memilih yang mana. Tapi Irgo dengan Tiffany?
"Aku tau, ini perbuatan kakak yang mengatakan hal buruk tentangku padamu." Lagi-lagi senjata pamungkas, air mata berbalut cinta dan keadilan.
"Nah! Itu baru benar! Dia pacarmu." Tiffany masih tersenyum, duduk tenang di sofa.
Jesen menghela napas, pada awalnya dirinya ingin menjadikan Tiffany sebagai perisai, agar tidak berebut dengan Irgo. Bagaimana pun, berebut perempuan merupakan hal yang memalukan baginya. Matanya memerah, menatap ke arah Meira.
"Apa hubunganmu dengan sepupuku?" Tanya Jesen.
"Kami teman baik." Meira terlihat gugup, mungkin harus memutuskan dengan Jesen saja. Lagipula lingkungan pergaulan Irgo tidak terlalu baik. Irgo akan kembali mengejarnya jika dirinya cuek bukan?
"Teman baik..." Irgo tertawa kecil."Benar! Teman baik. Aku akan mengatakannya pada kakek, jika kita teman baik. Jadi aku tidak perlu bertanggung jawab. Terimakasih Jesen, aku berhutang padamu."
Irgo melempar bunga, hingga jatuh ke atas pangkuan Tiffany. Wanita yang masih memakan apel sembari menonton drama, bagaimana seorang wanita mempertahankan hubungannya. Sungguh indah, cinta yang berlimpah ruah.
"I... Irgo?" Lirih Meira, tapi Irgo begitu keren memiliki style sendiri. Begitu...
"Ingat! Katakan pada kakek, jika kita putus karena kamu menemukan cinta yang lain." Ucap Irgo penuh senyuman rasa lega.
Sedikit melirik ke arah Tiffany, dengan penuh senyuman, aura mengancam yang menyengat."Dan kamu! Aku akan membuat perhitungan denganmu. Ada harga yang harus kamu bayar untuk pertemuan terakhir kita!"
"Apa Irgo ingin kontak fisik lagi (dibanting)?" Tanya Tiffany, menggigit bagian bawah bibirnya sendiri."Tapi sayangnya tubuhku sudah dibeli bos kata."
"Sudah aku duga kamu merayu Irgo menggunakan tubuhmu!" Bentak Meira.
"Adik br*ngsekku, aku tidak punya apapun selain wajah cantik ini. Jika tidak dimanfaatkan bukankah sayang?" Kata demi kata tengil, kalimat yang mungkin akan selamanya membuat Meira salah paham.
"Lihatlah Jesen, kamu tidak kasihan padanya? Dia datang dengan membawakan banyak makanan. Tapi kamu malah cemburu pada Irgo." Kata demi kata yang tidak dapat terbantahkan dari Tiffany membuat Meira melirik ke arah Jesen yang berusaha tersenyum memendam rasa kesal.
Irgo hanya tersenyum menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah wanita ini. Begitu panas, begitu menggoda, tapi tidak busuk.
"Tunggu aku..." Bisik Irgo, tiba-tiba mendekati Tiffany, dengan jarak beberapa centimeter dari wajahnya. Melangkah pergi, tanpa mengatakan apapun lagi.
Kala pintu tertutup, Meira menunduk."Je... Jesen, ini pasti rencana buruk kak Tiffany. Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Irgo. Kami hanya sekedar saling mengenal."
Pemuda murni, pemain basket yang ramah, seorang pemuda yang memiliki aura paling cerah bagaikan malaikat, menitikan air matanya, tapi wajahnya tersenyum. Mengucapkan dua kata pamungkas."Kita putus."
Meira membulatkan matanya, bagaimana dapat seperti ini. Tidak! Ini tidak boleh terjadi, Irgo sudah pergi, jadi sekarang hanya tinggal Jesen. Bagaimana Jesen dapat menyatakan putus semudah itu?
"Jesen, ini rencana kak Tiffany untuk memisahkan kita. A...aku benar-benar tidak memiliki hubungan dengannya." Meira berlutut penuh derai airmata kebenaran. Dari dalam hatinya mungkin tercermin cinta, dan kerapuhan. Tidak akan ada yang tega melihat gadis berwajah pucat ini menangis.
"Itu sudah keputusanku. Aku adalah saudara sepupu Irgo, memiliki kakek yang sama dengannya. Aku tidak ingin tekanan darah tinggi kakek naik karena aku berebut pacar dengan Irgo." Jesen tersenyum, walaupun ini hanya alasannya saja. Jujur, dirinya benar-benar tidak dapat menerima ini. Bagaimana bisa memiliki pacar yang sama dengan Irgo?
Ingin rasanya berteriak, Meira benar-benar cantik bagaikan malaikat. Tapi bagaimana bisa gadis yang memiliki citra begitu baik ini play girl?
Kala Jesen akan melangkah pergi.
Meira mengepalkan tangannya, dirinya harus mencari simpati. Bagaimana pun, Jesen harus menjadi miliknya.
Perlahan napas Meira terlihat tidak teratur. Memegangi dada kirinya."Je...je... Jesen..." lirihnya, terjatuh di lantai, bagaikan berusaha meraih kaki Jesen.
Jesen menghapus air matanya."Tiffany aku akan memanggil dokter dalam perjalanan kembali. Kamu tolong jaga Meira." Ucapnya, tidak berprikemanusiaan.
Hendak melangkah pergi."Je... Jesen, A...A...aku..." Kalimat Meira disela.
Jesen masih tersenyum, kemudian berucap."Aku mengikhlaskanmu..."
Pemuda baik hati yang melangkah pergi meninggalkan ruangan. Kala Jesen telah pergi, di saat itu pula Meira bangkit. Melangkah keluar ruang rawat hendak mengejar."Jesen!" Teriaknya, menghentikan aktingnya.
Sementara Tiffany meraih cemilan milik Jesen. Bunga milik Irgo telah berada di tempat sampah saat ini. Benar-benar pertunjukan yang menarik.
Meira kembali ke ruang rawat, terlihat begitu kesal."Tiffany aku akan membunuhmu!" Teriaknya.
"Aku sudah bilang, kamu hanya akan berakhir membusuk di neraka, adikku tersayang..." Tiffany tertawa kecil menggigit apelnya.
Matanya menelisik, bukankah Beno akan datang pada pukul 7. Ini sungguh akan menyenangkan, bagaimana permainan akan bertambah panas.
"Dengar! Hidupmu lah yang akan hancur, anak panti miskin." Geram Meira tidak dapat berbuat apapun untuk sementara waktu ini.
Akan ada cara untuk menghancurkan Tiffany, tidak lama lagi. Meira mengepalkan tangannya, menatap ke arah Tiffany yang tidak peduli, mulai menggunakan earphone.
Gadis yang bagaikan ingin melenyapkan orang ini. Tidak! Level permainan akan ditingkatkan olehnya.
***
Waktu masih menunjukkan pukul setengah 7. Seperti sudah diduga, mobil milik Roy memasuki pekarangan rumah sakit. Matanya menelisik, melirik ke arah seorang pemuda berpakaian putih yang dudu seorang diri di kursi taman.
Cinta memang tidak selalu indah, karena itulah mungkin Roy belum pernah jatuh cinta. Masih memakai setelan jas, pertanda dirinya baru pulang dari kantor.
Safira sudah menghubunginya, mengatakan saat ini Tiffany yang menunggui Meira. Ada perasaan cemas tersendiri dalam hatinya.
Apa mereka akan bertengkar? Entahlah, tapi Meira berkali-kali mengirimkan pesan agar dirinya segera datang.
Kala pintu dibuka olehnya, pelukan didapatkannya oleh Meira."Kakak..." Ucap Meira terisak.
"Ada apa?" Tanya Roy melerai pelukan mereka, mengusap air mata adiknya yang mengalir.
"Hati-hati! Jangan sampai brother complex!" Ucap Tiffany masih memakai earphone sembari membaca buku.
"Dasar adik sial!" Roy berusaha tersenyum pada Tiffany.
"Kakak..." panggil Meira kembali menarik perhatian.
"Meira, kamu harus terus berbaring sementara waktu ini. Kenapa memaksakan diri untuk bangkit." Roy menghela napas kasar.
"Kakak...apa aku memiliki banyak kesalahan pada kak Tiffany? Di...dia datang membawa siswa yang paling aku sukai di sekolah. Me... mereka menjadi sepasang kekasih. A..aku tidak apa-apa, tapi bukankah tidak adil untuk Martin..." Tanyanya kembali menangis memeluk kakaknya.
"Tiffany! Kenapa kamu menyakiti perasaan Meira, dia mengidap jantung koroner! Walau bagaimanapun dia tetap saudara kita." Geram Roy.
"Mumpung aku cantik, genit sedikit tidak apa-apa kan?" Tiffany melepaskan earphonenya, wajahnya tetap tersenyum tenang. Sebentar lagi sang mantan terindah akan muncul. Entah, betapa menarik semua ini...
si ratu drama gak tau aja Yahya mlh dah mengetahui segalanya tentang dirinya, hanya pinter bersandiwara didepan semuanya. tukang kibul dikibulin gantian 😁
jadi Salah faham disini..
memang si miera harus disiksa dulu . karena dia membuat semua memebenci Tiffany..
semangatttt thor...lanjuttttkan