Lanjutan dari novel: Wanita Cantik Tuan Muda Dingin.
__________
Setelah melewati banyak waktu dan masalah. Raka sang CEO termuda di perusahaan Welfin telah berhasil menemukan kekasihnya dan bahkan tak menyangka jika kekasihnya itu memberikan sepasang anak kembar yang cerdas dan menggemaskan.
Namun masalah kembali datang dari istri tercinta yang memiliki Kepribadian Ganda. Karena itulah Raka mencoba menyembuhkan Sovia dan mulai belajar untuk menjadi Suami idaman untuk sang istri.
Akan tetapi seseorang mulai meneror keluarga kecilnya dan bahkan mencoba menyingkirkan satu persatu keluarga dekatnya. Hal ini karena perebutan harta waris di masa lalu di keluarga Welfin. Dapatkah Raka melindungi sang Istri dan kedua anak kembarnya, serta menyembuhkan mental Sovia?
Yuk kita simak perjuangan Raka dalam menyembuhkan Sovia dan perjuangannya menyelesaikan masalah yang silih datang berganti di keluarga kecilnya Raka.
Baca sampai selesai ya ^^
Terima kasih~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asti Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Bertukar Pikiran
...[Beri like dan komen]...
Sovia heran melihat putri kecilnya bersembunyi dibalik kaki Andis yang juga nampak berdiri di dekat pintu. Andis dan Dean datang untuk melihat kondisi Sovia.
Andis berjalan ke arah Sovia disertai Dean yang mengekori Andis dari belakang. Gadis kecil itu masih takut dengan Ibunya. Sovia pun langsung berdiri dan seketika alis kanannya terangkat melihat Dean memeluk kaki Andis terlihat ketakutan.
"Cantik ...." ucap Sovia tersenyum mendekati Andis. Namun tiba-tiba Dean membuat Sovia terkejut melihat wajah gadis kecil itu ingin menangis. Terlihat dua mata birunya mulai berkaca-kaca bersembunyi di belakang Andis dan itu membuat Sovia kebingungan.
"Kak," panggil Andis kepada Sovia.
"Hm, kenapa?" tanya Sovia.
"Bagai ... bagaimana kondisimu?" Andis melihat Sovia.
"Eh, tentu baik-baik saja, kok." jawab Sovia pasti sambil tersenyum. Dari ucapan Sovia, Andis merasa ada yang aneh. Cara bicara Sovia itu membuat Andis heran. Terdengar lembut tidak seperti tadi yang kasar.
"Oh ya, Dean kenapa?" tanya Sovia berjalan mendekati Dean. Namun Dean malah berteriak membuat Sovia tersentak.
"Huaaa ... jangan bentak Dean."
"Eh, siapa yang bentak, Sayang." ucap Sovia menjongkok di depan Dean.
Dean semakin ketakutan, namun melihat Ibunya yang tersenyun padanya, ia mulai bicara lagi.
"Mami, tadi bentak Dean." lirih Dean masih bersembunyi dibalik Andis.
Sovia yang mendengarnya, ia langsung mendongak. Sovia melihat Andis lalu berdiri menanyakan apa yang sudah terjadi.
"Andis, apa yang terjadi barusan?"
"Kenapa tiba-tiba Dean menjauhiku?"
"Apa aku tadi membentaknya?"
Itulah pertanyaan Sovia. Ia bingung melihat Putrinya sendiri nampak ketakutan. Andis pun menghela nafas, ia juga heran melihat kakaknya yang terlihat tak tahu apa-apa.
"Begini, tadi Kakak bertengkar dengan Bang Raka dan Kakak juga membentak Dean. Aku hanya sekilas mendengar pertengakaran kalian." jelas Andis melihat Dean.
Dari penjelasan Andis, Sovia tentu terkejut bahkan lebih terkejut karena ia tak barusan bertengkar dengan Raka.
"Bertengkar?" tanya Sovia memastikan sekali lagi. Andis cuma mengangguk.
"Tapi ... tapi aku tadi cuma tiduran saja. Mana mungkin aku bertengkar dengannya." lanjut Sovia menyentuh kepalanya. Andis sekali lagi menjelaskan dan itu membuat Sovia bingung dengan dirinya.
"Huft ... lebih baik kakak istirahat saja." ucap Andis menghela nafas melihat Sovia masih saja mencoba ingat kejadian tadi namun hasilnya percuma saja.
"Argh! Aku benar-benar tak ingat apa-apa, Andis." ucap Sovia akhirnya menyerah. Pandangannya kini tertuju pada Dean. Sekali lagi Sovia berjongkok lalu berbicara pada Dean.
"Cantik, sini sama Mami." ucap Sovia memberikan uluran kedua tangannya. Dean cuma menggelengkan kepala masih tak berani mendekati Ibunya. Perlahan Sovia mengelus rambut Dean mencoba menenangkan putrinya itu.
"Maaf ya. Kalau Mami punya salah. Dean jangan marah ya sama Mami. Mami janji tidak akan membentak Dean." Sovia tersenyun manis walau sebenarnya ia tak ingat apa-apa. Tapi ia juga mulai sedih melihat Dean menjauhinya.
"Hiks, Mami ...." lirih Dean berjalan memeluk segera Ibunya. Sovia akhirnya merasa lega, ternyata ia masih bisa menenangkannya. Terlihat ia mengelus punggung Dean lalu menggendongnya.
"Aku ke kamar Dean. Kalau dia ke sini, kamu kasih tau saja kalau aku di kamar Dean ya, Andis." ucap Sovia tersenyum lagi. Ucapannya barusan tertuju pada Raka. Ia pun berjalan meninggalkan Andis dan keluar kamar pergi ke arah kamar Dean.
Andis seketika terdiam. Ia heran dengan sikap dan bicara Kakaknya. Pandangannya kini melihat sekeliling kamar Sovia.
"Sebenarnya, apa yang sudah terjadi pada Kak Mira?" batin Andis memikirkannya. Memang Andis tak tahu tentang Alter Ego Mira. Hal itu, sebab Raka dan Dokter Frans merahasiakan nya. Raka bermaksud agar tak ada yang tahu rahasia Mira.
Andis pun keluar dan tak sengaja bertemu dengan Gio. Gio yang dilihat, ia pun bertanya kepada Andis.
"Paman, di mana Dean?" tanya Gio melihat sekelilingnya.
"Em, kamu Gio kan. Anaknya Dokter Frans?" Andis malah bertanya balik. Gio cuma tersenyum lalu mengangguk.
"Oh itu, Dean bersama Ibunya. Kenapa kamu bisa ada di sini, di mana Ayahmu?" tanya Andis lagi.
"Papa ada sama Paman Laka. Meleka di sana." Tunjuk Gio pada satu ruangan yang agak jauh dari mereka.
"Baiklah, sini kita ke sana. Kamu tak boleh jauh-jauh dengan Ayahmu." ucap Andis meraih tangan bocah itu lalu berjalan ke arah ruangan Raka. Gio yang dibimbing, bocah itu menoleh ke belakang. Ia mencari di mana Dean berada.
Ketika Andis ingin masuk ke ruangan tersebut. Raka dan Dokter Frans malah keluar dan akhirnya mereka bertemu.
Nampaknya Raka yang tadi membahas soal Mira dan tak sengaja mendengar langkah kaki seseorang, ia pun berhenti lalu keluar saja. Dan ternyata dugaannya benar, jika Andis berjalan ke ruangan itu dan hampir mendengar obrolannya.
"Kalau begitu aku pulang dulu," ucap Dokter Frans melihat jam tangannya menunjukkan pukul 17.35 Sore.
"Gio, hari ini kita pulang." lanjut Dokter Frans meraih tangan Gio.
"Tapi, Papa. Gio masih mau belmain sama Dean." ucap Gio masih ingin tinggal.
"Lain kali saja ya. Mama pasti kuatir di rumah." ucap Dokter Frans mengelus rambut hitam Gio. Gio pun terpaksa mengangguk lalu melihat Raka.
"Paman Laka. Gio pulang dulu. Telima kasih sudah izinin Gio ikut ke sini." ucap Gio tersenyum. Raka cuma membalas tersenyum.
Dokter Frans dan Gio pun berjalan meninggalkan Raka dan Andis. Keduanya keluar rumah lalu pulang ke rumah mereka.
Raka pun mulai berjalan ingin ke kamarnya, namun Andis malah menahannya.
"Tunggu Bang. Ada yang ingin kubicarakan padamu."
"Hm, apa itu?" tanya Raka, walau sebenarnya ia sudah tahu maksud Andis menahannya.
"Itu, tadi aku ke kamar kakakku. Tapi ... ia terlihat aneh. Eh maksudku ... dia itu tak ingat apa-apa. Jadi, apa yang terjadi tadi siang?"
"Huft ...." Raka menghela nafas sebentar lalu melihat Andis.
"Jika kau sudah menikah. Kamu pasti akan tahu juga." lanjut Raka menepuk bahu Andis lalu pergi meninggalkannya. Andis yang mendengarnya malah bengong di tempat dan bertambah kebingungan.
"Aku akan tahu kalau aku sudah menikah?" Andis mengangkat alisnya.
"Apa maksudnya?" Andis menggaruk kepalanya mencoba mencerna perkataan Raka.
Tentu setelah menikah, masalah dalam keluarga pasti akan menghampiri mereka juga. Dan tentu Andis tak mengerti karena ia belum menikah.
"Aish, kenapa jawabannya malah membingungkan." desis Andis kesal lalu pergi ke arah kamarnya.
Sementara di kamar Dean. Gadis kecil itu mulai kembali ceria sebab Sovia membacakan buku cerita anak-anak untuknya.
"Baiklah, ceritanya sudah tamat. Jadi, Mami ke kamar dulu ya. Kalau ada apa-apa, panggil Mami saja ya, cantik." ucap Sovia membelai rambut Dean yang duduk di dekatnya di atas ranjang.
"Baik, Mih." ucap Dean tersenyum. Sovia pun mengecup kening Dean lalu beranjak lalu berjalan ke arah pintu kemudian keluar pergi ke arah kamarnya.
Dean yang melihat Ibunya sudah pergi. Ia pun turun dari ranjang lalu mencari ponselnya. Ia bermaksud ingin menghubungi saudara kembarnya. Mungkin gadis kecil itu ingin bertukar pikiran dengan Deva yang jenius.
_____
Bersambung ....
Apa yang akan dibicarakan si kembar?
Terima kasih sudah membaca.
Like dan Vote ya readers ^^