Arkan, seorang pria kaya dan berkuasa dengan kepribadian yang dingin dan suka mengontrol orang lain, terjebak dalam permainan cinta dengan Aisyah, seorang wanita muda yang cantik dan berani. Aisyah memiliki tujuan tertentu untuk Arkan, dan ia akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya.
Arkan memiliki rencana untuk Aisyah, tetapi seiring berjalannya waktu, ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda terhadap Aisyah. Ia mulai mempertanyakan perasaan dirinya sendiri dan mencoba untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di dalam hatinya.
Aisyah sendiri juga memiliki rahasia yang tidak diketahui oleh Arkan. Ia memiliki tujuan untuk membalas dendam kepada orang yang telah menyakiti keluarganya, dan Arkan menjadi bagian dari rencananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhamad Wirdan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18
Arkan, Nadya, dan Rachel berdiri di depan tim Sophia, menunggu instruksi lebih lanjut. Sophia memandang mereka dengan mata yang serius.
"Baiklah, sekarang bahwa Anda telah bergabung dengan kami, saatnya untuk memulai misi pertama Anda," kata Sophia. "Kami memiliki target yang harus dieliminasi, dan kami membutuhkan keahlian Anda untuk melakukannya."
Arkan mengangguk, siap untuk menerima misi. "Siapa targetnya?" dia bertanya.
Sophia menyerahkan sebuah folder kepada Arkan. "Nama target adalah Dr. Samantha Lee," kata dia. "Dia adalah ilmuwan yang bekerja pada proyek rahasia untuk pemerintah. Kami ingin dia dihentikan sebelum dia berhasil mengembangkan teknologi yang bisa mengancam kami."
Arkan membuka folder dan mempelajari informasi tentang Dr. Lee. "Apa yang membuat dia begitu penting?" dia bertanya.
"Dr. Lee telah mengembangkan teknologi yang bisa mengubah dunia," kata Sophia. "Kami tidak bisa membiarkannya jatuh ke tangan yang salah."
Arkan mengangguk, memahami situasi. "Baiklah, kami akan mengurusnya," kata dia.
Nadya dan Rachel mengangguk, siap untuk memulai misi. Mereka bertiga keluar dari markas Sophia dan menuju ke lokasi Dr. Lee.
Setelah beberapa jam perjalanan, mereka tiba di laboratorium Dr. Lee. Arkan memandang bangunan itu dengan mata yang waspada.
"Kita harus berhati-hati," kata dia. "Kami tidak tahu apa yang ada di dalam."
Nadya mengangguk. "Aku akan memeriksa keamanan," kata dia.
Rachel memandang sekeliling. "Aku akan mengawasi pintu belakang," kata dia.
Arkan mengangguk. "Baiklah, mari kita mulai."
Dengan itu, mereka bertiga memasuki laboratorium, siap untuk menghadapi apa pun yang ada di dalam. Tapi, mereka tidak tahu bahwa mereka tidak sendirian. Ada seseorang lain yang juga mengawasi laboratorium, dan dia tidak terlihat senang dengan kedatangan mereka.
SEseorang itu memandang Arkan, Nadya, dan Rachel dengan mata yang dingin. Dia adalah seorang wanita cantik dengan rambut hitam panjang dan pakaian yang elegan.
"Siapa mereka?" dia bertanya
Arkan menarik Dr. Lee ke dalam ruangan yang lebih aman, sementara Nadya dan Rachel menghadapi serangan dari luar. Tembakan-tembakan terus berlanjut, dan Arkan tahu bahwa mereka harus keluar.
Dr. Lee melanjutkan ceritanya, "Saya mulai curiga ketika saya menemukan dokumen-dokumen rahasia tentang proyek itu. Mereka tidak hanya ingin mengembangkan teknologi, tapi juga ingin menggunakannya untuk mengontrol dunia."
Arkan memandang Dr. Lee dengan mata yang serius. "Siapa yang memimpin proyek itu?" dia bertanya.
Dr. Lee ragu-ragu sejenak sebelum menjawab, "Nama saya tidak tahu pasti, tapi saya tahu bahwa ada seseorang yang sangat kuat di balik proyek itu. Seseorang yang tidak bisa dihentikan."
Arkan mengangguk, pikirannya berputar dengan informasi baru. "Kami akan melindungi Anda, Dr. Lee. Tapi, Anda harus memberitahu kami segala sesuatu yang Anda tahu tentang proyek itu."
Dr. Lee mengangguk, "Saya akan memberitahu Anda segala sesuatu yang saya tahu. Tapi, saya takut bahwa saya tidak bisa dipercaya sepenuhnya."
Arkan memandang Dr. Lee dengan mata yang tenang. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk melindungi Anda, Dr. Lee. Tapi, kami juga harus tahu apa yang kami hadapi."
Tiba-tiba, Rachel memotong percakapan mereka. "Tuan, kami memiliki masalah," kata dia. "Mobil-mobil pengejar kami semakin dekat."
Arkan memandang Rachel dengan mata yang waspada. "Siap untuk menghadapi mereka," kata dia.
Nadya memegang senjata di tangannya, siap untuk melindungi Dr. Lee dan Arkan. "Kami siap, Tuan," kata dia.
Arkan mengangguk, "Baiklah, mari kita hadapi mereka."