kelanjutan dari Novel "Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat"perjalan ini akan di mulai dengan perjalanan ke alam dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Jian Yu menatap sekelompok orang yang menghadang mereka di tengah jalan. Wajahnya tetap tenang.
"Apa yang kalian mau?" tanyanya datar sambil menatap lurus ke arah pemimpin mereka.
Pemimpin kelompok itu, pria bertubuh besar dengan bekas luka di pipi, melangkah maju dengan congkak.
"Aku tidak perlu apa-apa. Berikan saja semua koin emas kalian... dan aku mau kedua perempuan itu," ucapnya sambil menunjuk Meiyan dan Xiao Ying.
Xiao Ying langsung memandangnya dengan tatapan jijik.
"Apa maksudmu? Aku tidak tertarik pada pria jelek sepertimu. Benar, Saudari Meiyan?" katanya sambil menatap Meiyan.
Meiyan tersenyum tipis, lalu menatap tajam ke arah pemimpin bandit itu.
"Iya, betul. Lagi pula, suami kami berdua ada di depanmu sekarang," balas Meiyan dengan nada tajam.
Pemimpin bandit itu sempat terkejut, lalu menoleh ke arah Jian Yu. Namun belum sempat dia bicara, sebuah tinju melesat cepat menghantam wajahnya.
Bugh!
Tubuhnya terpental keras, melayang jauh hingga menabrak batang pohon besar. Seketika pohon itu terbakar, retak, dan roboh diselimuti nyala api Qi merah menyala dari bekas pukulan Jian Yu.
Para bandit yang melihat pemimpin mereka terpukul seketika itu juga menjadi marah.
"Berani kau sakiti pemimpin kami! Serang dia!" teriak salah satu dari mereka dengan amarah membara.
Mereka pun berlari bersama sambil mengangkat senjata masing-masing. Namun sebelum mereka sempat mendekat, sebuah tombak panjang berputar di udara dan menancap di tanah di antara mereka dengan hentakan keras.
Dumm!
"Kalian tidak pantas melawan kakak iparku," ucap Zhentao sambil berjalan maju, langkahnya tegas dan penuh tekanan dan Ia berdiri di depan para bandit, menggenggam tombak naga miliknya yang kini diselimuti aura hijau berkilau.
Zhentao mengangkat senjatanya dan menatap mereka tajam.
"Kak Jian, ini biar aku saja yang urus," katanya dengan yakin.
Jian Yu hanya mengangguk ringan.
"Terserah kau saja," ucapnya santai sambil duduk di samping kudanya.
Yang lain pun ikut duduk di sisi masing-masing, memperhatikan dengan tenang.
"Apakah kau sanggup? Kalau tidak, nanti akan kubantu," ucap Zhao Feng sambil menatap ke arah Zhentao.
Zhentao tertawa kecil. "Tidak perlu, Kak Zhao Feng. Ini masih terlalu mudah untukku," jawabnya percaya diri.
Begitu kata itu keluar, tubuhnya langsung melesat ke depan. Angin di sekitarnya berputar kencang, tanah terangkat oleh tekanan energi Qi yang melonjak dari dalam tubuhnya.
Para bandit menyerang bersamaan, mengayunkan pedang dan kapak mereka. Namun Zhentao tidak menunggu. Ia memutar tombaknya dengan kecepatan tinggi, dan energi angin berputar muncul di sekelilingnya.
Wuuusshh! Whaaam!
"Teknik Tombak Tebasan Badai Beruntun!" teriak Zhentao sambil mengayunkan tombaknya ke depan.
Sekejap, bilah-bilah angin tajam bermunculan dari ujung tombaknya, melesat seperti badai yang mengamuk. Setiap tebasan menciptakan ledakan kecil, memotong udara dan menembus tubuh para bandit dengan kecepatan luar biasa.
Swiiing! Blarrr! Draaak!
Dalam hitungan detik, beberapa bandit terhempas, darah mereka berhamburan, dan tubuh mereka terlempar ke berbagai arah. Suara dentingan logam dan angin beradu memenuhi udara.
Zhentao berdiri tegap di tengah para bandit yng sudah tewas tersebut, tombak di tangannya bergetar pelan, meninggalkan jejak angin berputar di tanah."ternyata tidak terlalu kuat bahkan aku aja tidak berkeringat"ucap nya sambil melihat arah Jian yu dan yang lainnya.
Jian Yu berdiri dan naik kembali ke atas kudanya.
"Baiklah, sekarang kita lanjutkan perjalanan agar bisa sampai lebih awal," ucapnya sambil menarik tali kendali.
Yang lain pun mengangguk setuju dan segera naik ke atas kuda mereka masing-masing untuk melanjutkan perjalanan. Suara derap kaki kuda terdengar mantap di sepanjang jalan, meninggalkan debu tipis di belakang mereka.
Sementara itu, di Klan Naga, Gu Yue sedang melatih Lin Shi di arena pelatihan kesatria. Di sisi lapangan, Lin Lin duduk bersama Yanhu, si harimau kecil yang selalu ia peluk erat sampai-sampai hewan itu sulit bernapas.
"Sekarang pusatkan energi Qi ke satu titik di tanganmu. Coba arahkan ke jari telunjuk," pinta Gu Yue dengan suara tenang.
Lin Shi mengangguk dan memejamkan mata, mencoba fokus. Ia menarik napas panjang, lalu perlahan mengalirkan energi Qi miliknya ke tangan.
"Baiklah, kali ini harus lebih baik dari sebelumnya," gumamnya pelan.
Dari ujung jarinya, muncul sebuah benang tipis berwarna merah darah Gu Yue yng melihat perkembangan Lin shi mengangguk puas.
"Bagus, lebih baik dari sebelumnya. Walau masih agak lambat, tapi kemajuanmu sudah terlihat jelas. Sekarang, cepat potong balok kayu di depan sana," katanya sambil menunjuk beberapa balok kayu kecil yang tersusun sebagai target latihan.
Lin Shi mengangkat tangannya dan mengayunkan jari telunjuknya ke depan. Benang Qi merah itu melesat cepat, menembus udara dan menghantam salah satu balok.
Crack! Balok itu hanya tergores sedikit tanpa terpotong sepenuhnya.
"Masih belum cukup tajam ternyata," gumam Lin Shi sambil menarik kembali benang Qi-nya.
Lin Lin yang duduk di samping mereka langsung berteriak semangat.
"Kak, semangat! Kak, semangat!" teriaknya sambil mengepalkan tangan kecilnya.
Lin Shi menoleh dan tersenyum. "Benar kan, harimau kecil?" ucapnya sambil menatap Yanhu yang kini terlihat panik karena pelukan Lin Lin makin erat.
"Iya, harus terus semangat!" balas Yanhu dengan napas tersengal, mencoba melonggarkan diri dari pelukan itu.
"Pelukannya sangat kuat… bisa-bisa ketiga mataku keluar," batinnya sambil berusaha melepaskan diri. Ekor kecilnya bergoyang-goyang keras, membuat Lin Lin tertawa gemas.