Perjalanan Xiao Chen dan Ling Ye, dua pendekar naga yang akan menjelajahi dunia untuk menumpaskan semua Iblis dan membela kemanusiaan.
inilah kisah suka dan duka 2 pendekar naga yang akan menjadi Legenda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Laba-laba
Xiao Chen dan Ling Ye akhirnya berhasil menuruni dinding tebing yang curam, terhuyung-huyung ke dasar hutan yang ditutupi oleh sisa-sisa reruntuhan batu akibat serangan Harimau Emas. Tubuh mereka gemetar hebat, bukan hanya karena kelelahan fisik yang ekstrem, tetapi juga karena adrenalin yang masih memuncak setelah lolos dari kematian.
Xiao Chen segera menarik Pedang Naga Langit dari dinding batu. Qi hitam yang menyelimutinya kini terasa hangat dan familiar, seolah pedang itu adalah perpanjangan alami dari tekadnya.
"Kita harus segera menjauh dari area ini," ujar Xiao Chen, suaranya rendah dan waspada. "Binatang Spiritual lain mungkin tertarik pada jejak Qi yang kita tinggalkan."
Ling Ye mengangguk, napasnya masih tersengal-sengal. Ia meraba dada dan kantungnya. Batu Naga Putih telah kembali ke tempatnya, memancarkan kehangatan yang menenangkan. "Aku tidak tahu lagi mana yang lebih menakutkan, ditindih olehmu saat pingsan, atau ditindih oleh Qi Harimau itu. Tapi... setidaknya kita hidup."
Mereka berjalan beberapa langkah, melangkah perlahan di atas tanah hutan yang lembap, menjauhi tebing. Suasana hutan kini kembali sunyi mencekam, sebuah kontras tajam dengan kegaduhan yang baru saja terjadi. Sinar matahari sore yang minim berjuang menembus kanopi pohon yang lebat, menciptakan pola bayangan yang panjang dan menyesatkan.
Xiao Chen memimpin, mengawasi sekelilingnya dengan fokus yang mematikan. Ia merasakan perubahan minim dalam aliran Qi di udara. Setelah pengalamannya yang baru, ia tahu bahwa keheningan ini adalah tipuan, sebuah perangkap halus yang disiapkan alam.
"Jangan bersikap santai, Ling Ye. Qi di sini terlalu... tenang," bisik Xiao Chen, matanya menyipit saat ia melewati sebatang pohon besar yang memiliki lumut ungu yang tebal.
Ling Ye, yang mengikuti di belakang, memaksakan Qi Putihnya untuk memperkuat indra peraba kulitnya. Ia kini menjadi perisai berjalan, siap bereaksi terhadap ancaman fisik apapun.
"Aku merasakannya, Xiao Chen. Udara ini terasa berat," jawab Ling Ye.
Tiba-tiba, Xiao Chen berhenti mendadak, tubuhnya membeku seketika.
Ia tidak merasakan aura dominasi seperti Harimau Emas, melainkan sensasi dingin dan tajam yang menusuk kulitnya, seolah ada ribuan jarum es yang diarahkan ke tengkuknya.
"Jangan bergerak!" bisik Xiao Chen, suaranya kini nyaris tak terdengar, hanya hembusan napas.
Tepat di atas kepala mereka, di antara jalinan ranting pohon, sesuatu yang aneh dan mengerikan telah menunggu dengan sabar.
Ling Ye, yang melihat refleksi kengerian di mata Xiao Chen, perlahan mendongak.
Di sana, menggantung dari dahan dengan benang sutra hitam yang tebal, adalah seekor Laba-Laba Spiritual Giok Hitam. Ukurannya sebesar kepala manusia dewasa, dengan delapan mata majemuk yang berkilauan hijau neon dan taring-taring kelam yang meneteskan cairan hijau pekat yang memancarkan bau asam mematikan.
Tubuhnya yang berwarna hitam legam dan mengkilap menyatu sempurna dengan bayangan hutan, membuatnya nyaris tak terlihat. Ia adalah pemburu diam yang mengandalkan kejutan.
Level 2 Binatang Spiritual! Itu adalah level yang lebih rendah dari Harimau Emas, tetapi jauh lebih mematikan dalam serangan diam-diam dan racunnya!
Laba-laba itu, yang menyadari dirinya telah terdeteksi, bergerak cepat. Ia menarik benangnya dan melesat turun dengan kecepatan vertikal yang mencengangkan, taringnya diarahkan langsung ke kepala Xiao Chen.
"AWAS!" teriak Ling Ye, suaranya pecah karena kejutan.
Xiao Chen tidak punya waktu untuk mengayunkan Pedang Naga Langit. Ini adalah serangan kejutan murni yang diandalkan oleh predator hutan.
Dalam detik kritis itu, ia hanya sempat melakukan gerakan refleksif yang dipicu oleh insting murni dari latihan Dominasi Naga Langit: ia menarik Qi hitam dari pedangnya ke tangan, dan menampar Laba-Laba Spiritual itu dengan telapak tangan kosong!
KLAK!
Suara benturan keras terdengar, seolah dua batu baja beradu. Laba-Laba Spiritual itu terlempar jauh dan menabrak pohon dengan suara keras, tetapi serangan itu tidak membunuhnya.
Xiao Chen dan Ling Ye terperanjat. Mereka baru saja lolos dari bahaya besar hanya untuk langsung berhadapan dengan bahaya lain. Hutan ini jelas bukan tempat yang ramah bagi dua pewaris yang baru terbangun.
"Itu... itu binatang yang mengandalkan racun mematikan!" seru Ling Ye, wajahnya kembali pucat pasi.
Xiao Chen menggenggam Pedang Naga Langit dengan erat, matanya tajam menatap laba-laba yang kini merangkak kembali dengan cepat di batang pohon, siap untuk serangan putaran kedua. Mereka sadar bahwa, di hutan ini, tidak ada jeda sama sekali.
Laba-Laba Spiritual Giok Hitam, meskipun terlempar akibat tamparan Qi mendadak dari Xiao Chen, bukanlah makhluk yang mudah menyerah. Ia merangkak kembali dengan kecepatan vertikal yang mengerikan di batang pohon, delapan mata hijaunya memancarkan niat membunuh. Racun dari taringnya menetes-netes ke tanah, mendesis dan menguapkan lumut di bawahnya.
"Sial! Racunnya terlalu kuat!" seru Xiao Chen, napasnya ditarik dalam. Ia tahu bahwa kontak fisik kedua akan fatal, bahkan dengan Qi Naga Hitam yang melapisinya.
"Ling Ye, aku butuh gangguan! Kau harus memblokir garis pandangnya sebentar! Aku akan menggunakan Formasi Pedang Baru!" perintah Xiao Chen, suaranya tegas dan penuh otoritas baru.
Ling Ye mengangguk cepat, rasa takutnya tertelan oleh tekad baja. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan sebungkus kacang rebus yang tersisa dari sesi latihan konyol mereka.
"Rencana Gangguan secara maksimal, diterima!"
Sambil Laba-Laba itu bersiap melompat lagi, Ling Ye melemparkan segenggam kacang rebus ke arahnya. Ini bukan serangan fisik, melainkan serangan Qi. Saat kacang itu melayang, Ling Ye memfokuskan Qi Putih minimal yang ia kuasai (berkat latihan gila) ke kacang-kacang itu, membuat mereka berputar dan melayang tak beraturan tepat di depan mata laba-laba.
Laba-Laba Spiritual itu bingung sesaat. Targetnya tiba-tiba tertutup oleh bola-bola kecil Qi yang bergerak sporadis.
Itulah jeda yang dibutuhkan Xiao Chen.
Xiao Chen melesat maju, Pedang Naga Langit terhunus di depannya. Matanya berkilat hitam saat ia mengingat formasi Pedang Dominasi Naga Langit tahap I yang baru diunduh ke otaknya.
"Dominasi Naga—Tebasan Pemula!"
Qi hitam dari Pedang Naga Langit meledak keluar dengan dominasi yang absolut. Itu bukan hanya Qi, melainkan tekanan mental yang membuat Harimau Emas pun gentar. Qi hitam itu mengambil bentuk bilah virtual yang berputar liar di sekitar bilah fisik.
Tebasan itu tidak ditujukan untuk memotong Laba-Laba secara langsung, melainkan untuk memutus benang sutra hitam yang menahannya di udara dan menghancurkan keseimbangannya.
FSHHHH!
Udara di sekitar tebasan itu berdesir panas. Benang sutra hitam laba-laba terputus seketika, dan Laba-Laba Spiritual Giok Hitam itu terjun bebas ke tanah.
Menyadari bahaya di tanah, Laba-Laba itu segera menggunakan Qi Racunnya untuk membentuk kabut hijau pekat di sekitarnya, berharap melarutkan musuhnya.
"Kabut Racun! Mundur, Xiao Chen!" teriak Ling Ye, naluri perisainya berteriak bahaya.
Xiao Chen melompat mundur beberapa langkah. Namun, kabut hijau itu menyebar cepat di lantai hutan, mengancam untuk mencapai mereka dalam hitungan detik.
Kali ini, Ling Ye bertindak tanpa ragu.
"Perisai Qi Putih!"
Ling Ye memfokuskan Qi Putih yang baru dikeraskannya ke seluruh tubuhnya, terutama ke telapak tangannya. Ia menekankan tangannya ke tanah dan menciptakan gelombang Qi Putih melingkar yang bergerak cepat ke luar, bertemu langsung dengan kabut racun hijau yang menyebar.
Desisan Panas dan Dingin!
Qi Putih Ling Ye yang bersih dan menenangkan bertemu dengan Qi Racun Hijau yang korosif dan mematikan. Terjadi reaksi kimia Qi yang dramatis; kabut hijau itu berdesis dan menyusut kembali ke Laba-Laba, tidak mampu menembus pertahanan Qi Putih yang solid.
Ling Ye menggerang kesakitan, wajahnya membiru karena tekanan balik, tetapi ia berhasil menahan kabut racun itu untuk beberapa detik krusial.
"Sekarang!" seru Xiao Chen.
Melihat Laba-Laba itu terperangkap oleh Qi racunnya sendiri yang didorong mundur oleh perisai Ling Ye, Xiao Chen melesat maju lagi.
Ia melompat tinggi, menggunakan Pedang Naga Langit untuk melepaskan Tebasan Kedua dari Dominasi Naga Langit tahap I. Qi hitam yang kini lebih pekat dan lebih padat dari sebelumnya mengalir deras ke bilah pedang.
"Dominasi Naga—Belah Jurang!"
Bilah pedang itu memotong udara dengan akselerasi ekstrem. Kali ini, sasarannya adalah inti spiritual Laba-Laba.
ZHING!
Pedang Naga Langit yang terbuat dari Logam Naga Bintang Tujuh menghantam tubuh Laba-Laba Spiritual Giok Hitam itu. Meskipun kulit luarnya keras, dominasi Qi Naga Hitam dari pedang itu menghancurkan inti pertahanan Qi laba-laba.
Makhluk itu membeku sesaat, dan kemudian terbelah dua secara horizontal. Cairan tubuhnya yang hijau pekat menyembur, tetapi tidak sempat mencapai mereka karena Qi hitam dari pedang telah menguapkannya seketika.
Laba-Laba Spiritual Giok Hitam itu ambruk tak bergerak, mayatnya kini hangus dan tidak lagi memancarkan Qi.
Xiao Chen mendarat dengan lutut, napasnya terengah-engah, Pedang Naga Langit teracung di tangan. Ling Ye langsung ambruk di tanah, Qi Putihnya terkuras habis.
"Kita... berhasil," bisik Xiao Chen, seulas senyum kemenangan yang sangat tipis terukir di wajahnya yang penuh keringat.
"Hah... hah... ya," jawab Ling Ye, terkapar telentang di tanah, terlalu lelah untuk bergerak. "Teknik Pedangmu... menakutkan sekali, Xiao Chen."
Mereka berdua terdiam, menyadari betapa berbahayanya hutan ini. Dalam jarak beberapa langkah, mereka telah bertemu dua Binatang Spiritual yang seolah menguji warisan mereka. Mereka tahu, pertarungan singkat ini adalah pengalaman hidup atau mati yang akan mengukir ingatan dan Qi mereka selamanya.
Xiao Chen dan Ling Ye terkapar di tanah, terengah-engah hebat, napas mereka panas dan bergetar memecah keheningan hutan yang kembali menyelimuti mereka. Kemenangan atas Laba-Laba Spiritual Giok Hitam terasa pahit; itu adalah bukti kemampuan mereka, sekaligus pengingat brutal bahwa setiap sudut hutan ini bisa menjadi akhir hidup mereka.
"Kau... benar-benar menakutkan, Xiao Chen," kata Ling Ye, suaranya serak saat ia mencoba menarik napas penuh setelah menguras Qi Putihnya. Ia menatap mayat laba-laba yang hangus dengan campuran rasa jijik dan kagum.
Xiao Chen, yang sudah sedikit pulih, duduk bersila dengan cepat. Ia menancapkan Pedang Naga Langit di tanah dekatnya, menggunakan bilah pedang sebagai tongkat penyangga.
"Pedangnya yang menakutkan, Ling Ye. Dan kau... Perisai Qi Putih milikmu, itu solid. Jika kau tidak menahan racun itu, kita berdua sudah menjadi santapan laba-laba." balas Xiao Chen, ia mengakui dengan tulus peran vital sahabatnya.
Mereka berdua memasuki mode pemulihan darurat. Xiao Chen menutup matanya, memfokuskan Qi Naga Hitam untuk mengalir deras melalui meridiannya, membuang Qi kotor akibat kelelahan dan memulihkan stamina. Proses ini terasa cepat dan efisien—bukti lain dari bakat sejatinya yang baru terbangun.
Ling Ye, di sisi lain, harus berjuang keras. Ia menggenggam Batu Naga Putih di dadanya. Qi Putih, yang berfokus pada pertahanan dan vitalitas, membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari serangan intensif.
"Sial! Aku merasa seperti spons kering!" gerutu Ling Ye, sambil mencoba memaksakan sirkulasi Qi di Dantian-nya.
Xiao Chen membuka mata, kilatan hitam di matanya kini meredup. Ia menatap mayat laba-laba sejenak. "Ambil Inti Spiritual-nya, Ling Ye. Meskipun hanya Level 2, Qi-nya bisa membantu pemulihan dan memperkuat pertahananmu."
Dengan keengganan yang jelas, Ling Ye bangkit. Ia menggunakan ujung Pedang Naga Langit yang ditancapkan Xiao Chen untuk membelah kepala laba-laba yang hangus, mengeluarkan sebuah kristal kecil berwarna hijau buram.
Kristal itu memancarkan Qi dingin dan racun. Ling Ye segera mengambil tindakan pencegahan dengan melapisinya dengan Qi Putih tipis.
"Kau yakin ini aman?" tanya Ling Ye, matanya masih sedikit berkedut melihat kristal racun itu.
"Ini adalah alam semesta kultivasi yang kejam, Ling Ye. Tidak ada yang aman. Tapi ini adalah sumber daya. Kita harus mengambil segalanya untuk bertahan hidup." kata Xiao Chen, nadanya dingin dan pragmatis.
Setelah sekitar satu jam pemulihan intensif, mereka berdua kembali berdiri tegak. Meskipun masih ada kelelahan sisa, mereka merasa jauh lebih baik. Pedang Naga Langit sudah kembali disarungkan di punggung Xiao Chen, siap untuk ditarik kapan saja.
Ling Ye menyimpan Inti Spiritual itu. Ia tahu, setelah pertarungan Harimau Emas dan Laba-Laba, keterikatan mereka sebagai Pedang dan Perisai kini menjadi mutlak.
"Ke mana kita sekarang?" tanya Ling Ye.
Xiao Chen mengeluarkan peta lusuh yang ia ambil dari Sekte. Ia menunjuk ke arah Tenggara. "Jalur perdagangan utama menuju Ibukota Kekaisaran. Kita akan tetap di hutan sampai kita yakin kita tidak diikuti Faksi Pedang Bayangan."
Mereka mulai berjalan lagi, langkah mereka lebih terukur dan jauh lebih lambat daripada sebelumnya—mereka belajar dari kesombongan yang hampir membunuh mereka.
Saat mereka melangkah maju, Xiao Chen tidak bisa tidak merenungkan kata-kata Bos Qi: Jalur Langit. Apakah Ibukota Kekaisaran hanyalah batu loncatan menuju jalur yang dimaksud gurunya?
Tiba-tiba, Ling Ye menyentuh lengan Xiao Chen, ekspresinya berubah tegang.
"Xiao Chen... Dengar! Suara itu, Itu bukan binatang. Itu... suara air."
Mereka berdua menajamkan pendengaran. Dari kejauhan, sayup-sayup terdengar deru aliran air yang deras. Sebuah sungai atau mungkin... sebuah jalur air.
Keduanya saling pandang. Sungai berarti air bersih, tetapi sungai juga berarti jalur yang mudah dilacak dan tempat berkumpulnya manusia—dan musuh.
Mereka menggenggam senjata dan artefak mereka, dan dengan tekad baru yang tercampur dengan kehati-hatian, mereka melanjutkan perjalanan menuju suara air yang misterius itu. Dunia kultivasi telah menerima mereka; kini saatnya mereka mengklaim tempat di dalamnya.
Xiao Chen dan Ling Ye bergerak maju, mengikuti deru air yang semakin keras dan jelas. Mereka berjalan berdampingan kali ini, kewaspadaan mereka dibagi dua: Xiao Chen fokus pada analisis Qi dan pergerakan sekitar dengan Pedang Naga Langit di punggungnya, sementara Ling Ye fokus pada ancaman fisik di tanah, tubuhnya yang baja siap menerima benturan.
Hutan di sekitar mereka mulai berubah. Pepohonan yang tadinya rapat dan diselimuti lumut tebal kini sedikit merenggang. Cahaya matahari menembus lebih banyak, menunjukkan bahwa mereka mendekati ruang terbuka.
"Suara airnya sangat deras, Xiao Chen. Itu pasti sungai besar, bukan sekadar anak sungai," bisik Ling Ye, suaranya tegang. Sungai besar berarti area publik dan jalur pergerakan bagi para kultivator.
Setelah beberapa menit berjalan lambat dan penuh hati-hati, mereka keluar dari belukar dan tiba di tepi sungai.
Itu memang sungai yang besar. Arusnya deras, airnya berwarna cokelat kehijauan dan berbuih, mengalir dengan kekuatan yang mengancam. Di seberang sungai, dinding tebing batu kapur menjulang tinggi, diselimuti vegetasi subur.
Suasana di sini terasa berbeda. Udara lebih lembap dan lebih segar, tetapi juga membawa aroma mineral yang kuat dari air dan batu. Qi spiritual di area ini lebih melimpah karena kondensasi air, tetapi juga terasa lebih liar dan tidak teratur.
"Sungai ini terlalu lebar untuk diseberangi dengan aman oleh kita sekarang," ujar Xiao Chen, matanya menjelajahi tepian sungai dan arus deras di tengah. "Tekanan arusnya saja bisa menghancurkan Qi Pemurnian Level 5 sekalipun."
Ling Ye mengangguk setuju. Ia mengeluarkan Batu Naga Putih sebentar, merasakan Qi-nya. "Aura Qi di sini berputar aneh. Mungkin ada binatang air spiritual di dalamnya."
Saat mereka memeriksa tepi sungai, Xiao Chen tiba-tiba membeku lagi. Matanya menyapu pasir basah di tepi sungai, tempat air surut baru-baru ini.
"Jejak kaki," bisik Xiao Chen, nadanya dingin dan tanpa emosi.
Ling Ye segera mendekat, membungkuk untuk melihat lebih dekat. Di pasir, ada jejak kaki manusia yang relatif baru, ukuran sepatu bot kulit yang sering digunakan para kultivator atau tentara.
Jejak itu datang dari arah hulu sungai, berjalan mengikuti aliran air, dan tampak berjumlah banyak.
"Ini... ini jejak pasukan, Xiao Chen," Ling Ye menelan ludah. "Jejaknya dalam dan teratur. Jelas bukan pemburu biasa."
Wajah Xiao Chen mengeras. Ia tahu betul jenis sepatu bot itu. Itu adalah sepatu bot standar yang digunakan oleh tentara Faksi Pedang Bayangan.
"Mereka ada di sini," kata Xiao Chen, suaranya mengandung racun yang tersembunyi. "Mereka pasti menyisir daerah ini, mencari kita atau mencari jejak peninggalan Ayah."
Qi hitam dari Pedang Naga Langit di punggungnya berdenyut samar, seolah bereaksi terhadap kehadiran musuh yang tak terlihat.
Penemuan ini mengubah segalanya. Mereka tidak bisa lagi bersembunyi di hutan tanpa arah. Sungai ini adalah jalan raya, dan Faksi Pedang Bayangan telah menggunakannya.
"Kita tidak bisa mengikuti jalur air," putus Xiao Chen. "Jika kita maju, kita akan berhadapan langsung dengan mereka. Kita harus memotong melalui hutan yang lebih dalam dan berbelok ke Timur."
Ia menunjuk ke dinding belukar yang gelap yang tampak tidak terjamah oleh manusia, tempat pepohonan tumbuh sangat rapat hingga nyaris tidak ada cahaya yang menembus.
"Tapi itu... itu hutan inti, Xiao Chen. Lebih banyak Binatang Spiritual dan pasti lebih berbahaya daripada yang kita temui tadi," protes Ling Ye, meskipun ia tahu Xiao Chen benar. Jalur mudah adalah jalur maut.
"Justru itu," jawab Xiao Chen, matanya berkilat tajam dengan tekad yang membara. "Jalur itu terlalu berbahaya untuk disisir oleh pasukan biasa Faksi Pedang Bayangan. Kita harus mengandalkan kekuatan baru kita. Pedang dan Perisai harus melangkah di tempat yang ditakuti musuh."
Ling Ye menghela napas berat, tetapi mengangguk pasrah. Ia memperkuat lapis Qi Putihnya, menerima nasib barunya sebagai Baja Bakpao yang harus menembus tempat tergelap.
Mereka berdua mengambil sumber daya minimal (beberapa batu tajam, air dari sungai di tempat yang dangkal), dan dengan satu tarikan napas, mereka menghilang ke dalam dinding kegelapan belukar yang padat, meninggalkan jejak kaki Faksi Pedang Bayangan di tepi sungai di belakang mereka. Perjalanan menuju Ibukota Kekaisaran kini telah berubah dari perjalanan biasa menjadi operasi rahasia melintasi jantung bahaya.
makanya pembaca langsun hiatus