Seorang gadis desa pergi merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Gadis cantik tersebut adalah Gendhis Lestari dia berusia 19 tahun. Dia memiliki seorang adik tampan bernama Farel yang saat ini masih duduk dikelas 2 SMP. Kedua orang tuanya berkerja serabutan penghasilan tidak menentu. Saat Gendhis mengirimi lamaran kerja di situs online ke beberapa perusahaan besar meskipun bermodal ijazah SMA. Setelah 2 hari kemudian Gendhis mendapat panggilan dari pihak HRD untuk melakukan interview di perusahaan raksasa di Jakarta. Dengan bermodalkan tekat yang kuat Gendhis langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya pak Hasan dan Bu Halimah dan adiknya Farel. Meskipun keluarganya berat melepas putri mereka pergi merantau tapi Gendhis berhasil menyakinkan kedua orang tuanya sehingga izin dari kedua orang tuanya berhasil ia kantongi. Hingga saat ini Gendhis sudah sampai di Jakarta dan sudah menyewa sebuah kamar kos kecil kos kusus untuk perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ersy 07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Alandra
Saat ini pak Heri mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, Santi yang duduk disebelahnya berulang kali membaca doa dalam hati sangking takutnya dengan cara pak Heri menyetir dengan cara ugal ugalan. "Pak saya takut pak, Santi masih pingin hidup pak" ucap Santi dengan suara bergetar ketakutan. Sebenarnya masih ada yang lebih membuat dirinya ketakutan yaitu kemarahan majikannya atas kehilangan nona mudanya. "Pak, buk kalau sampai Santi dipecat dari tempat kerjaku Santi pasrah kalau harus bapak dan ibu jodohkan dikampung" ucap Santi dalam hati. Setelah 25 menit akhirnya pak Heri dan Santi sampai dirumah megah milik majikannya. Diteras rumah sudah ada Alandra dan Nadia yang masih menangis terisak dipelukan suaminya. Tatapan mata tajam menghunus ke arah pak Heri dan Santi. "Goblok!! Jaga anak kecil saja enggak becus kalian berdua" bentak Alandra dengan nafas memburu menahan amarahnya. Sungguh ini pertama kalinya Santi dan pak Heri melihat tuannya benar benar marah besar. Meskipun Rahel bukan putri kandungnya akan tetapi Alandra sangat menyayangi putri sambungnya tersebut. " Mas tolong kendalikan amarahmu, kita berbicara baik baik didalam" ucap Nadia mengelus dada suaminya agar amarah suaminya sedikit mereda. Alandra tidak menjawab namun langsung merangkul istrinya masuk kedalam rumah diikuti pak Heri dan Santi yang berjalan dibelakang mereka. Saat sampai didalam Alandra duduk disofa sambil memijit pelipisnya dan Nadia duduk disampingnya.
"Sekarang jelaskan bagaimana ceritanya putri saya bisa menghilang dari pengawasan kalian berdua" tanya Nadia dengan nada sedikit lembut meksipun expresi wajahnya dingin. Santi dan pak Heri saling pandang sebelum menjawab pertanyaan majikannya. "Sebelumnya saya benar benar meminta maaf nyonya,tuan. Awalnya nona Rahel duduk anteng dikursi taman sambil menikmati es krim kesukaan nona Rahel. Namun tiba-tiba ada bapak bapak penjual balon keliling dan nona Rahel minta dibelikan balon tersebut. Awalnya saya berniat mengajak nona Rahel ikut saya beli balon, tapi nona Rahel tidak mau ikut. Saya bingung tidak mungkin saya meninggalkan nona Rahel sendirian disitu, akhirnya saya menghubungi pak Heri supaya pak Heri yang belikan balonnya namun setelah berulang kali saya hubungi pak Heri enggak angkat panggilan dari saya. Pada akhirnya saya meminta nona Rahel ikut dengan saya beli balon sekaligus pulang kerumah tapi nona tetap tidak mau. Pada akhirnya saya terpaksa meninggalkan nona Rahel sendirian dikursi, saya pikir saya masih bisa melihat keberadaan nona Rahel. Namun setelah saya beli balon, pas saya kembali nona Rahel sudah tidak ada ditempat tadi. Nyonya, tuan tolong ampuni saya, saya mengaku salah saya mohon jangan pecat saya nyonya huhuhu" Santi bersimpuh didepan Nadia dengan menangkup kan kedua tangannya didepan dada dengan air mata berlinang. Bukan hanya Santi, pak Heri pun ikut bersimpuh didepan Nadia memohon ampunan kepada majikannya. "Saya mengaku salah nyonya, tuan tadi saya menunggu Santi dan nona diparkiran dan karena saya kebelet buang air kecil saya tidak sengaja meninggalkan ponsel saya didalam mobil. Sekali lagi saya mohon maaf nyonya, tuan" pak Heri benar benar merasa takut kehilangan pekerjaannya. Alandra dan Nadia yang mendengar pengakuan keduanya hanya diam tidak mengatakan apapun. "Kalian sangat ceroboh, kalau sampai putri saya tidak ketemu maka bersiaplah kalian menerima hukuman dari saya" sentak Alandra setelah itu Alandra pergi ke ruang kerjanya. Alandra berniat menghubungi anak buahnya sekaligus memberi kabar orang tuanya sekaligus mertuanya. Semakin banyak yang ikut mencari maka semakin cepat putrinya akan ditemukan pikir Alandra. Disebuah rumah megah namun berbeda tempat tinggal 2 wanita paruh baya kaget sekaligus menangis saat mendengar cucu mereka telah hilang. Sedangkan para suami sibuk menghubungi anak buah mereka agar segera mencari cucu mereka.
Ditempat sunyi sepi ada seorang anak kecil sedang bersembunyi dari kejaran seseorang. Rahel yang awalnya ikut mengikuti seorang badut tersebut hingga tanpa sadar tinggal dirinya yang tersisa. Segerombolan anak anak tadi sudah dibawa pulang oleh orang tua masing-masing saat ini hanya tersisa didinya. Awalnya badut tersebut berniat ngamen menghibur anak anak ditaman namun jarang sekali ada orang yang memberi uang untuknya. Dikantong baju kelinci yang ia kenakan hanya ada uang 5 ribu itupun hanya uang receh. Ia belum sadar kalau dibelakangnya ada satu anak kecil cantik yang masih setia mengikuti dirinya. Saat mendengar langkah kaki seseorang badut tersebut terkejut ternyata masih ada anak kecil yang mengikutinya. Ia berniat bertanya nama anak tersebut karena tidak ada orang tua yang mendampinginya. " Hay anak manis siapa namamu dan dimana orang tuamu Hem??" tanya badut tersebut. Namun entah mengapa Rahel berubah takut saat melihat wajah pria tersebut yang terdapat bekas luka diwajahnya sehingga terlihat menyangkutkan karena saat ini badut tersebut membuka penutup kepalanya sehingga wajahnya terlihat jelas. Rahel langsung menjerit ketakutan dan berteriak histeris " Aaaaaa... mama papa tolong ada monster.." teriaknya histeris langsung berlari menjauhi manusia badut tersebut. Sedangkan Panji yang marah dipanggil monster langsung mengumpat marah "Kurang ajar tuh anak ngatain aku monster, awas kamu anak kecil akan ku tunjukkan siapa aku sebenarnya" geramnya marah bercampur tersinggung. Panji langsung mengejar anak kecil tersebut, ia yang awalnya berniat mencari uang halal saat ini terbesit niat buruk saat melihat anak kecil tersebut. "Sepertinya dia anak orang kaya, wah aku dapat umpan besar nih akan ku culik dia dan minta uang tebusan kepada orang tuannya. Adikku sebentar lagi kakak bisa membawamu berobat ke rumah sakit" ucap Panji seraya mengejar Rahel yang sudah berlari sejak tadi. Namun Rahel hanya anak kecil langkahnya kalah cepat dengan langkah panjang Panji seorang pria dewasa. Saat hampir menangkap anak tersebut tiba tiba ada sebuah kaki menendang dirinya dari samping. Hingga Panji jatuh tersungkur ke aspal, Panji begitu marah saat ada seseorang yang menendangnya. "Brengsek, siapa kamu jangan ikut campur urusanku!" Panji marah karena ada orang lain yang menghalanginya.
Sedangkan Rahel langsung bersembunyi dibelakang seorang gadis cantik yang barusan menolongnya. "Kakak tolongin aku, dia mau bawa aku huhuhu.." Rahel menangis memeluk orang yang barusan menolongnya. "Tenang ya dek, kamu sekarang aman bersama kakak" sahut Gendhis tanpa melihat wajah anak kecil tersebut. "Sekarang kamu tunggu kakak disana biar kakak bereskan manusia badut itu" ucap Gendhis menunjuk Panji yang berdiri didepannya menatapnya dengan tatapan bengis. "Mending kamu minggir jangan ikut campur urusanku, sebelum kamu menyesalinya!" ucap Panji dengan tatapan remeh. Kita lihat saja nanti siapa yang akan menyesal" jawab Gendhis dengan wajah datar. " Banyak bacot, sini maju" ucapnya menantang. "Siapa takut, Bug bug bug" Gendhis langsung menonjok wajah Panji 2 kali dan terakhir menendang perut Panji. " Aaakkhh.."pekik Panji kesakitan ia langsung terjatuh terjengkang memegangi perutnya yang terasa ngilu. Bibir Panji sedikit sobek serta pipi memar kebiruan sangking kuatnya Gendhis menonjok wajahnya. Gendhis berniat akan mengajar Panji namun Panji langsung sujud memohon ampunan kepada Gendhis "Ampun mbak, saya menyerah tolong jangan sakiti saya lagi mbak" Gendhis diam lalu berkata "Bekerjalah kerjaan yang baik, jangan kamu ulangi perbuatanmu itu. Berubahlah jadi orang baik jangan pernah berniat mengulangi kesalahan itu" ucap Gendhis bijak. Setelah itu Gendhis berniat mendekati anak kecil yang ia tolong namun tiba tiba langkahnya terhenti saat Panji bergumam pelan "Aku tau aku salah tapi aku terpaksa melakukan itu karena adikku sedang sakit parah sedangkan aku ngamen sejak pagi hanya mendapatkan hasil sangat sedikit. Aku tadi berniat menculik dia agar aku dapat uang tebusan dari orang tuanya dan uangnya bisa aku gunakan untuk adikku berobat. Maaf aku salah dan terimakasih kamu tidak melaporkan aku ke kantor polisi. Sekali lagi aku minta maaf mbak, aku berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan buruk ini" Panji perlahan berdiri dan berniat pergi dari tempat tersebut. " Tunggu!" Gendhis menahan langkah Panji dan berjalan mendekati Panji. " Apa kamu berbicara jujur tentang adikmu yang sakit?" tanya Gendhis memastikan. "Aku berani bersumpah atas nama adikku, aku berkata jujur padamu" jawab Panji menyakinkan Gendhis. "Aku ada sedikit uang, belikan adikmu makan dan antarkan adikmu berobat ke klinik terdekat, sekarang kamu boleh pergi" ucap Gendhis langsung pergi meninggalkan Panji yang terharu dengan kebaikan gadis cantik tersebut. "Terimakasih mbak, aku janji suatu saat aku akan membalas kebaikanmu" ucap Panji seraya tersenyum haru bahkan Panji sampai sujud syukur setelah menerima uang pecahan ratusan ribu sebanyak 5 lembar dari Gendhis.