Mr. Bodyguard

“Sshh,” Jenna memegangi kepalanya yang terasa sakit.

Wanita itu terbangun oleh cahaya matahari yang melewati jendela kamarnya, ia membuka matanya secara perlahan sambil mengingat apa yang terjadi semalam sampai kepalanya sepusing ini.

“Aku minum sampai satu botol tadi malam,” ringis Jenna saat kepalanya semakin berdenyut.

Biasanya ia paling banyak minum sampai dua gelas saja, tetapi tadi malam Jenna kalap dan menghabiskan satu botol sendiri.

“Terus habis mabuk, aku ngapain lagi?” Wanita itu mencoba mengingat-ingat lagi, karena ia merasa ada sesuatu yang dilakukannya setelah mabuk.

Jenna adalah tipe orang yang bisa mengingat apa yang terjadi saat ia mabuk, tetapi wanita itu harus mengulangi ingatannya dari sebelum minum-minum.

“Arghh… Jenna bodoh!” Jenna menahan pekikannya saat mengingat apa yang terjadi antara dirinya dengan Elios.

“Kau bodoh! Jenna bodoh!” Kesalnya sambil memukul kepalanya sendiri.

Jenna mengabaikan rasa pusing di kepalanya, karena ia benar-benar kesal dengan tingkah bodohnya yang mencium Elios lebih dulu. Saat bibir mereka beradu, Jenna merasa Elios memukul tengkuknya dan setelah itu Jenna tidak bisa mengingat apalagi.

“Oke tenang! Yang tadi malam tidak sengaja!” Wanita itu mencoba untuk tetap tenang.

Suara ketukan pintu membuatnya terperanjat kaget, tetapi dengan cepat ia menormalkan ekspresinya dan menyuruh orang tersebut untuk masuk.

“Saya membawa obat pereda mabuk untuk Nona Jenna!” Kata Elios yang membawa nampan berisi sarapan dan juga sebotol obat untuk Jenna,

Wanita itu segera menguasai diri, ia berpura-pura pusing sambil memijat kepalanya.

“Semalam aku mabuk ya?” Tanya Jenna yang berpura-pura tidak mengingat kejadian memalukan itu.

“Benar,” jawab Elios yang juga tidak ingin membahas kejadian semalam.

Jenna meneguk ludahnya dengan susah payah, saat matanya tidak sengaja melihat bibir Elios yang tadi malam ia cium. Jenna masih bisa merasakan betapa lembutnya dan juga manisnya bibir pria itu.

“Nona Jenna diminum dulu!” Kata Elios yang sudah membukakan tutup botol dari obat pereda mabuk.

Jenna segera meraihnya, tetapi obat tersebut malah tumpah ke atas selimutnya.

“Kenapa kau tidak bisa memegangnya dengan benar?” Marah wanita itu yang malah menuduh Elios, padahal tangannya sendiri yang tidak bisa memegangnya dengan benar dan juga pikirannya masih melayang dengan kejadian tadi malam.

“Maaf, saya akan membersihkannya,” pria itu menarik selimut yang menutupi sebagian tubuh Jenna, membuatnya bisa melihat penampilan Jenna yang ternyata memakai hotpants dan juga tanktop berwarna hitam.

Tadi malam wanita itu merasa gerah, jadi ia terbangun dan membuka pakaian luarnya.

Elios segera memalingkan wajahnya ke arah lain, dan Jenna menyadari reaksi pria itu. Jenna menarik sudut bibirnya, ia memiliki rencana lain untuk membuat Elios mundur dari pekerjaan ini.

“Tidak hanya selimutnya yang kotor, lututku juga kotor!” Kata Jenna sambil menunjuk lututnya yang juga terdapat sedikit noda dari obat tersebut.

“Apa saya harus membersihkannya?” Tanya Elios sambil menatap mata hijau itu.

“Tentu saja, karena ini juga ulahmu yang tidak becus,” jawab Jenna.

Pria itu segera mengeluarkan sapu tangannya, lalu ia mengusap noda di lutut Jenna dengan gerakan pelan, membuat wanita itu menahan napasnya.

“Su-sudah!” Jenna menyentak tangan Elios agar segera menyingkir, karena sentuhan lembut yang diberikan pria itu membuat jantungnya berdebar sangat kencang.

“Bawakan aku obat yang baru!” Titah wanita itu.

“Baik Nona Jenna,” Elios berjalan keluar untuk mengambilkan obat yang baru.

Jenna menghela napas dengan kasar, niatnya ingin sedikit menggoda Elios… tetap malah jantungnya yang tidak bisa diam.

“Jenna, tunjukkan siapa dirimu! Jangan lemah di hadapan pria brengsek sepertinya!” Jenna mengepalkan tangannya ke udara.

...***...

Jenna sudah selesai sarapan dan juga mandi dibantu oleh salah satu pelayan, sekarang wanita itu berada di ruang tengah untuk membaca kontrak baru yang dikirim oleh manajernya.

Elios masih setia berada di sisi Jenna, pria itu berdiri tegak di sisi sofa tempat Jenna duduk. Mata hitam Elios juga ikut membaca apa yang sedang dibaca oleh wanita itu.

“Kenapa tidak ada kontrak untuk film?” Heran Jenna saat tidak menemukan kontrak yang ditunggu-tunggu olehnya.

Wanita itu meraih ponselnya dan langsung menghubungi sang manajer yang kemarin sudah tidak di negara ini.

“Kak Aurel? Kenapa tidak ada kontrak film? Semuanya hanya pemotretan untuk brand ternama?” Tanya Jenna yang tidak basa-basi.

[Untuk sementara waktu kau tidak mendapatkan tawaran film apapun, karena skandalmu masih baru reda. Mungkin lima atau enam bulan lagi akan ada tawaran film untukmu]

Jawaban itu membuat Jenna mendesah kesal, ia paham kalau skandal yang menimpanya akan membuat kariernya sedikit terganggu. Namun Jenna tidak boleh gegabah, setidaknya ia masih memiliki banyak penggemar setia.

“Baiklah, nanti aku hubungi lag!” Kata Jenna, sebelum memutuskan panggilannya.

Wanita itu meletakkan ponselnya, ia segera memberikan tanda tangan kepada beberapa brand ternama yang memintanya untuk menjadi model mereka.

Jika dalam mode bekerja, Jenna tampak begitu dewasa. Itulah yang diamati oleh Elios yang merasa sedikit tenang, karena kucing liarnya tidak membuat ulah siang ini.

“Haus, ambilkan aku jus!” Titah Jenna yang masih fokus dengan pekerjaannya.

Elios pergi ke dapur untuk meminta pelayan membuatkan jus, karena dari pagi sampai selesai makan malam… ada tiga pelayan di Panthouse milik Jenna.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Elios kembali ke ruang tengah sambil membawa segelas jus jeruk kesukaan wanita itu, selain susu cokelat… Jenna juga menyukai jus jeruk dan buah jeruk.

“Ini Nona Jenna!” Kata Elios sambil meletakkan gelas di tangan ke atas meja.

“Aku sangat haus dan kedua tanganku sangat sibuk, jadi bantu aku untuk minum!” Kata Jenna yang memang sengaja, agar pria itu merasa tidak betah dan mengundurkan diri dari pekerjaan.

“Baik Nona,” Elios mengambil kembali gelas yang baru ditaruhnya, lalu ia membantu Jenna untuk meminum jus tersebut.

“Kenapa rasanya tidak manis?” Kernyit wanita itu.

“Ambilkan yang baru!” Titahnya dengan sengaja.

Namun Elios tetap mengambilkannya, bahkan pria itu sampai bolak-balik sebanyak lima kali dan pada akhirnya Elios mencoba meminum jus yang kata Jenna masih belum manis.

“Dia ingin mengerjaiku?” Gumam Elios yang merasa kalau jusnya sudah manis.

Elios kembali ke ruang tengah dengan membawakan jus yang baru diminumnya untuk memastikan kalau rasanya tidak asam, dan jawaban Jenna…

“Masih kurang manis, apa kau tidak bisa memberiku jus yang benar?” Tanya Jenna dengan ekspresi kesalnya.

“Jusnya manis, saya sudah merasakannya,” kata Elios sebelum meneguk jus jeruk tersebut sampai tersisa setengah.

Pria itu menahan rahang Jenna, membuat wanita itu membeku saat bibir mereka kembali bertemu dan Elios menyalurkan jus yang tadi diteguknya lewat ciuman.

“Bagaimana rasanya? Apakah sudah manis?” Tanya pria itu dengan suara seraknya.

Bersambung.