NovelToon NovelToon
Di Jual Untuk Sang CEO

Di Jual Untuk Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: RaHida

Aliza terpaksa harus menikah dengan seorang Tuan Muda yang terkenal kejam dan dingin demi melunasi hutang-hutang ibunya. Dapatkah Aliza bertahan dan merebut hati Tuan Muda, atau sebaliknya Aliza akan hidup menderita di bawah kurungan Tuan Muda belum lagi dengan ibu mertua dan ipar yang toxic. Saksikan ceritanya hanya di Novelton

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RaHida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 # Demam

Langkah cepat terdengar dari arah tangga. Bu Nur datang tergesa-gesa bersama dua pelayan lain, wajahnya tampak cemas.

“Nona Aliza! Ada apa?!” serunya begitu memasuki kamar.

Aliza yang masih berlutut di sisi tempat tidur menoleh, wajahnya pucat. “Bu Nur… Tuan Muda pingsan. Saya menemukannya di dalam kamar mandi—badannya panas sekali.”

Bu Nur segera mendekat, menempelkan punggung tangannya ke dahi Nadeo. “Astaga… demam tinggi!” katanya dengan nada panik.

“Cepat ambilkan kain basah dan air dingin!” perintahnya pada salah satu pelayan.

Pelayan itu berlari keluar, sementara Bu Nur dan Aliza bergantian mengelap wajah serta leher Tuan Muda Nadeo dengan handuk lembap.

“Seharusnya ia tidak berendam terlalu lama,” gumam Bu Nur cemas. “Tubuhnya kelelahan.”

Aliza menatap wajah pucat Tuan Muda yang terbaring tak sadarkan diri. Hatinya berdebar campur aduk antara khawatir dan takut.

Beberapa menit kemudian, suara mobil berhenti di halaman depan. Tak lama, langkah tergesa terdengar dari koridor. Seorang pria paruh baya dengan tas hitam di tangan masuk bersama Bu Nur — dialah Dokter Raymond, dokter pribadi keluarga Buenavista.

“Di mana tuan muda?” tanyanya cepat.

“Di kamar, Dok,” jawab Bu Nur sambil menuntun dokter menuju kamar tuan muda.

Dokter Raymond segera memeriksa denyut nadi Nadeo, menempelkan punggung tangannya ke dahi, lalu membuka alat pemeriksa dari tasnya. Aliza berdiri di sisi ranjang, menatap penuh cemas sambil menggenggam ujung selimut.

“Panasnya cukup tinggi… sekitar 39 derajat,” gumam dokter pelan. Ia mengambil suntikan dan sebotol cairan dari tasnya. “Kemungkinan besar kelelahan berat dan kurang istirahat. Apakah akhir-akhir ini Tuan Muda bekerja tanpa tidur yang cukup?”

Aliza yang sejak tadi berdiri di sisi ranjang segera menjawab pelan, “Tidak pernah, Dok. Tuan Muda selalu tidur tepat waktu dan makan teratur. Beliau sangat disiplin.”

Dokter mengangguk pelan, alisnya berkerut. “Kalau begitu, bisa jadi penyebabnya kelelahan mental atau tekanan pikiran. Mungkin ada hal yang terlalu membebani pikirannya belakangan ini.”

Ia menyiapkan suntikan, lalu menatap Aliza. “Tolong bantu pegang tangannya sebentar.”

Aliza menunduk patuh, menggenggam tangan Tuan Muda dengan hati-hati sementara dokter memberikan suntikan di lengan atasnya.

“Setelah ini, biarkan ia beristirahat. Jika panasnya tidak turun dalam dua jam, kompres kembali dengan air hangat. Saya akan titipkan obat penurun panas dan suplemen,” kata Dokter Raymond setelah selesai.

“Baik, Dok. Terima kasih,” ucap Bu Nur dengan napas lega.

Dokter menatap Aliza sekilas sebelum beranjak pergi. “Jaga dia baik-baik malam ini. Ia butuh ketenangan.”

Begitu dokter meninggalkan kamar, Aliza duduk kembali di tepi ranjang. Tangannya masih menggenggam tangan Tuan Muda yang hangat karena demam.

“Cepatlah sembuh, Tuan Muda…” bisiknya lirih.

Malam telah larut. Lampu kamar hanya menyala redup, meninggalkan cahaya hangat yang menenangkan. Aliza masih duduk di tepi ranjang, setia mengompres kening Tuan Muda yang kini mulai tampak lebih tenang. Matanya mulai berat, namun ia menolak untuk tertidur.

Tiba-tiba, jemari yang tadi terkulai di atas selimut bergerak pelan. Aliza sontak tersentak, pandangannya langsung tertuju pada wajah Tuan Muda.

“Tuan Muda…?” panggilnya pelan.

Nadeo mengerjap perlahan. Pandangannya sempat buram sebelum akhirnya fokus pada sosok Aliza yang menatapnya cemas.

“Aliza…?” suaranya serak, nyaris hanya berupa bisikan. “Aku… di mana?”

“Di kamar, Tuan. Anda pingsan di kamar mandi. Dokter sudah datang dan memberi suntikan. Sekarang suhu tubuh Anda sudah mulai turun,” jelas Aliza lembut.

Nadeo mencoba bangkit, tapi Aliza segera menahan bahunya dengan hati-hati.

“Jangan dulu, Tuan. Tubuh Anda masih lemah.”

Pria itu menatapnya beberapa detik, lalu menghela napas pelan. “Kau yang merawatku?”

Aliza menunduk, sedikit gugup. “Iya, Tuan. Saya… khawatir.”

Untuk sesaat, mata Nadeo melembut. Tatapannya tidak lagi dingin seperti biasanya. “Terima kasih, Aliza.”

Aliza hanya diam, menunduk semakin dalam. Dalam hatinya, ada sesuatu yang hangat namun sulit ia jelaskan.

Perut Tuan Muda Nadeo tiba-tiba berbunyi pelan, membuat suasana kamar yang hening seketika berubah canggung.

Aliza menatapnya, sedikit terkejut lalu tersenyum tipis. “Sepertinya Anda lapar, Tuan. Biar saya ambilkan sop iga sapi yang tadi Bu Nur masak.”

Namun Nadeo menggeleng perlahan, suaranya masih serak. “Tidak perlu. Telpon saja Bu Nur, suruh dia mengantarkannya ke kamar.”

“Baik, Tuan,” jawab Aliza lembut. Ia segera berdiri, mengambil ponsel di meja dan menelpon Bu Nur untuk menyampaikan permintaan itu.

Beberapa menit kemudian, aroma sop iga hangat memenuhi ruangan. Bu Nur datang membawa nampan berisi mangkuk sop, sepiring nasi, dan segelas air putih.

Setelah menaruhnya di meja kecil dekat tempat tidur, Bu Nur menatap Nadeo dengan wajah lega. “Syukurlah Tuan Muda sudah sadar. Silakan makan, Tuan. Ini masih hangat.”

“Terima kasih, Bu Nur,” ucap Nadeo singkat.

Bu Nur menatap Aliza sejenak, lalu beranjak keluar, meninggalkan mereka berdua di kamar yang kini terasa lebih tenang.

Aliza memindahkan mangkuk sop ke nampan kecil dan meletakkannya di depan Tuan Muda. “Silakan dimakan, Tuan. Saya bantu kalau perlu.”

Aliza duduk di tepi ranjang, perlahan meniup sendok berisi sop iga sebelum menyuapkannya ke mulut Tuan Muda Nadeo.

“Pelan-pelan saja, Tuan… masih panas,” ucapnya lembut.

Nadeo menelan perlahan. Hanya beberapa suap, lalu ia menggeleng lemah.

“Cukup, Aliza… rasanya pahit,” gumamnya pelan sambil menutup mata sesaat. “Tenggorokanku juga… susah untuk menelan.”

Aliza menatapnya penuh cemas. “Tuan harus makan sedikit lagi agar obatnya bisa diminum,” ujarnya pelan, suaranya nyaris bergetar.

Namun Nadeo hanya menggeleng lagi, napasnya terdengar berat. “Nanti saja… aku ingin berbaring dulu.”

Aliza tak memaksa. Ia meletakkan sendok di mangkuk, lalu mengambil tisu untuk membersihkan bibir Tuan Muda dengan hati-hati.

“Baik, Tuan. Istirahatlah dulu. Kalau nanti sudah agak enak, saya panaskan lagi sopnya.”

Nadeo hanya mengangguk pelan, matanya perlahan terpejam.

Aliza duduk di kursi di samping ranjang. Lampu kamar hanya menyala redup, menimbulkan bayangan lembut di wajah pucat Tuan Muda Nadeo. Ia masih gelisah dalam tidurnya, sesekali mengerang kecil, keringat dingin membasahi pelipisnya.

Dengan lembut, Aliza mengganti kain kompres di dahi Tuan Muda. Tangannya bergerak hati-hati, seolah takut menyakiti. Saat jari-jarinya tak sengaja menyentuh kulit hangat itu, ia bisa merasakan betapa tinggi suhu tubuhnya.

“Semoga Tuan cepat sembuh…” bisiknya pelan.

Tanpa sadar, Aliza menggenggam tangan Nadeo — tangan yang terasa panas dan berat di telapaknya. Suhu badan tuan muda naik lagi. Ia duduk lebih dekat, memandangi wajah lelaki itu. Biasanya tegas dan dingin, tapi malam ini tampak begitu rapuh.

Detik berganti menit, Aliza tetap di sana. Matanya mulai terasa berat, tapi ia enggan melepaskan genggaman itu. Ia takut Tuan Muda kembali demam jika ditinggal.

Akhirnya, kepala Aliza perlahan bersandar di tepi ranjang, masih menggenggam tangan Tuan Muda erat.

Dalam keheningan malam, hanya terdengar napas pelan keduanya yang mulai teratur — dan untuk pertama kalinya, kedamaian kecil mengisi kamar itu.

1
partini
asisten stres atau gimana ini,tidak menyukai tapi bos mu kan suami istri malah dukung Clara dan ga mau terlibat aneh banget ga masuk otak
partini
good 👍👍👍
partini
dihhhh asisten somplak
partini
hemmmm kamu aja yg sedikit bego ngapain di pikirin Mulu
hati dah mulai suka ma istri tapi munafikun kamu ,tunggu aja nanti jg nongol lagi bikin huru hara
partini
👍👍👍👍❤️
Mericy Setyaningrum
Halloween Kak aku mampir
Raa
menarik
partini
baca jadi ingat novel tahun 2019 daniah sama tuan saga ,, good story Thor 👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!