Aurel Apriliani seorang adalah seorang guru olahraga yang disegani, karena ia tegas dan baik hati ia sudah banyak mengikuti lomba olahraga seperti taekwondo dan karate.
Tetapi ia malah meninggal hanya terpeleset karena meninjak kulit pisang dan kepalanya terbentur di beton.
Bukannya ke surga atau ke neraka setelah meninggal tapi malah masuk kedalam tubuh gadis lemah yang di tindas oleh keluarganya sendiri. Tahun 90an yang kekurangan makanan dan didesa terpencil pula
Gadis itu akan di nikahkan dengan anak kepala desa yang cacat, untuk menggantikan sepupunya karena tidak mau menikah dengan pria cacat tersebut.
Tanpa sengaja Aurel mendapatkan keberuntungan yaitu ruang angkasa dari gelang yang di pakai gadis itu juga gelangnya yang ada di dunianya dulu.
Bagaimana aurel menghadapi kehidupan nya ditahun 90an yang kurang makanan dan hidup didesa terpencil
***
Kisah ini hanya fiktif belaka, tidak sesuai dengan sejarah, kehidupan dalam cerita ini hanya berlatar belakang didalam didesa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jasmine Oke, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. William berharap sembuh
"Tapi kamu jangan terlalu jauh masuk kedalam dan bawa ibu bersamamu supaya kamu tidak sendirian pergi" kata william masih khawatir dengan istrinya ke gunung sendirian.
"Bang percaya pada ku, tidak usah merepotkan ibu aku sendiri saja pergi tidak apa"ucap Aurel sambil menggenggam tangan William.
"Baiklah kamu harus hati-hati" ucap william sambil tersenyum lalu ia memanggil Aurel lagi.
"Aurel, terimakasih telah mau menikah denganku yang tidak sempurna ini, aku yang cacat ini" ucap william dengan sungguh-sungguh sambil menatap Aurel dengan kasih sayang.
"Siapa bilang kamu tidak sempurna, bagiku kamu sangat sempurna, dan kamu pasti bisa sembuh" kata Aurel juga sungguh-sungguh dan penuh kepercayaan.
Deg jantung william berdetak hanya Aurel yang berbicara seperti itu kepadanya dengan kepercayaan diri, dia tahu ini hanya kata-kata penghiburan dari Aurel untuk dirinya, bahwa dokter sudah mengatakan dia tidak bisa berjalan lagi.
"Aurel tapi kata dokter aku tidak bisa berdiri lagi, jadi kamu jangan terlalu berharap" kata William dia tidak sedih tapi ia hanya takut Aurel akan kecewa.
"Bang dengarkan aku, Saat aku ke kota aku bertemu dengan seorang dokter Cina Tiongkok katanya dia sudah lama buka praktek di indonesia yang berada di kota besar.
Dia datang ke kota kita untuk mencari tanaman obat, tetapi dia kehilangan semua uangnya karena uangnya di curi oleh pencopet saat itu aku menolongnya, sebagai imbalannya dia memberikan aku obat ampuh, katanya obat itu bisa menyembuhkan segala macam penyakit, termasuk dengan kakimu" kata aurel mengarang cerita dengan lancar jadi tidak ketahuan bahwa dia berbohong.
"Apa dia benar-benar dokter cina jangan-jangan dia adalah penipu, kamu tidak apa-apa kan saat bertemu dengannya" ucap william cemas sambil meriksa keadaan Aurel.
"Aku tidak apa-apa dia tidak menipu aku sudah mencoba obatnya, semua penyakit lamaku sembuh, aku juga sudah memberikan kepada Bram secara diam-diam juga tidak apa-apa dan Bram tambah sehat sampai Sekarang" ucap Aurel sambil menjelaskannya kepada William supaya dia percaya dengan ucapannya
"Jadi kamu tidak percaya padaku, wajar kok kamu tidak percaya, kamu pasti mengira aku asal bicara" ucap Aurel sambil menundukkan kepalanya.
"Aku percaya padamu jangan sedih, baiklah aku akan mencoba pengobatan darimu" ucap william lagi, setelah minum obat itu apapun yang terjadi pada dirinya dia akan tanggung sendiri, dia tidak mau mengecewakan istrinya yang sedang bersemangat untuk mengobati dirinya.
"Beneran bang kamu setuju aku janji dalam tiga bulan kedepan kakimu pasti punya rasa lagi bisa berdiri pakai kruk, dan mulai sekarang aku juga memijat kakimu setiap malam, selain minum obat kakimu juga harus di pijat setiap saat untuk melancarkan aliran darah ke kaki mu, karena kakimu sudah lama seperti ini jadi sedikit lama waktu untuk kesembuhannya, saat kamu jatuh di obati pasti hanya sebulan kamu bisa sembuh" ucap Aurel lagi dengan sungguh-sungguh dia senang akhir William mau di obati.
Mendengar ucapannya Aurel jantung William berdebar-debar harap-harap cemas, ia berharap bahwa dia bisa sembuh, dan ia cemas obat itu tidak bisa disembuhkan karena sudah cacat permanen.
"Baiklah aku percaya padamu, mulai sekarang diriku aku serahkan padamu" kata William sambil tersenyum.
"Terimakasih sudah percaya padaku" ucap aurel senang secara refleks ia memeluk William, tentu William tegang sementara juga terkejut karena Aurel sendiri berinisiatif memeluknya, setelah itu ia membalas pelukannya Aurel dengan erat.
Aurel merasakan seorang memeluknya baru ia tersadar bahwa ia memeluk william, pipinya merona jika di lepaskan juga terasa canggung jadi dia hanya membenamkan wajah didada william.
Tentu William senang dengan itu jadi ia memeluk Aurel semakin erat lagi sambil mengecup kepala Aurel. Jantung Aurel kembali berdetak saat William mengecup kepalanya.
" Aku yakin aku sudah jatuh cinta padanya, dengan kelembutan nya hati ku luluh secepat ini, tapi aku belum bisa mengatakannya aku harus melihat keadaan kedepannya terlebih dahulu, saat ia sembuh jika ingin bercerai aku tidak terlalu kecewa, jika sifatnya masih seperti ini masih lembut padaku aku akan bertahan, yah aku harus mengunggu selama tiga bulan ini" gumam Aurel dalam hati dia memeluk dengan erat.
Sehingga mereka berpelukan cukup lama, Aurel merasa gerah, lalu ia menggerakkan badannya.
"Bang aku ingin melihat bram soalnya bajunya sudah aku bawa sekalian, aku harus memberikan kepada nya" ucap Aurel sambil melepaskan pelukannya lalu berlari keluar sambil membawa pakaian Bram.
William hanya tersenyum bahagia melihat istrinya salah tingkah, ia senang melihat Aurel menerimanya lalu ia kembali ke kursi roda dengan lengan bertumpu pada kursi lalu ia mengangkat badannya mengarahkan ke tempat duduk kursi roda.
Ia sudah terbiasa melakukan ini selama dua tahun ini, dia tidak mau di bantu oleh orang lain, pak didi membantu hanya keperluan besar saja seperti mengambilkan air untuk ia mandi.
Lalu ia keluar menemui ibunya juga ayahnya ia menceritakan apa yang ia berbicara dengan Aurel tentang penyembuhan kakinya.
"Apa yang kamu bicarakan william, apakah itu kebenarannya, jika itu benar maka Aurel adalah dewi keberuntungan keluarga kita" ucap Lia juga bahagia saat mendengar ucapan william karena dia pernah mendengar dokter di kota besar di sebut dengan tabib, pengobatan disana sangat mahal karena mencari bahan obatnya sangat sulit harus masuk gunung paling dalam lebih dulu, jadi ia percaya dengan perkataannya Aurel.
Begitu pula dengan Benjamin ia juga berharap william sembuh, dan bisa berjalan lagi.
"Kita tunggu saja, waktu tiga bulan itu hanya singkat tidak terlalu lama, jika tidak ada perubahan kita hentikan pengobatannya" ucap Benjamin, sebenarnya ia juga harap-harap cemas.
"Baiklah ayah, jika tidak terjadi perubahan pada kakiku selama tiga bulan itu, jangan salahkan Aurel dia tidak salah dia hanya mencoba yang terbaik untukku," kata William lagi kepada kedua orang tuanya dengan memandangnya seperti memohon
"Iya, kamu jangan khawatir kami mana berani menyalahkan istrimu, jangan memandang kami seperti itu, kami juga tahu bahwa kakimu itu sulit disembuhkan, jadi mana mungkin kami menyalahkannya" ucap Benjamin kepada putranya itu.
"Terimakasih ayah" ucap william dengan senyuman di bibirnya.
"Untuk apa berterimakasih kita keluarga, kalau gitu aku bersama ibumu ke ladang kamu jaga istrimu dirumah" ucap ben lalu ia pergi bersama istrinya untuk berkerja.
Sedangkan Aurel di kamar Bram sambil menyusun baju Bram kedalam lemari, ia menyebarluaskan kekuatan mentalnya keseluruhan Ruang di rumah itu, jadi dia mengetahui apa yang dikatakan william, hatinya menghangat ia tersenyum indah.