Anne Ciara atau Anci, harus merelakan semua kebahagiaannya karena harus bertunangan dengan cowok yang menjadi sumber luka dalam hidupnya. Tak ada pilihan selain menerima.
Namun suatu hari, seseorang mengulurkan tangannya untuk membantu Anci lepas dari Jerrel Sentosa, tunangannya.
Apakah Anci akan menyambut uluran tangan itu, atau Anci memilih tetep bersama tunangannya?
" Jadi cewek gue.. Lo bakalan terbebas dari Jerrel. " Sankara Pradipta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSFA 18
Liburan yang tidak menyenangkan seperti dulu saat papanya tersandung kasus, kembali terulang. Rasanya sepi, tidak tenang dan malas. Anci kembali merasakan semua ini karena hilangnya San secara tiba-tiba.
Aneh memang. Kenal juga baru saja, tapi San sudah berhasil menjadi seseorang yang sangat spesial untuk Anci. Belum lagi hubungan mereka sudah sedekat itu. Anci merasa nano-nano sekarang.
Golek-golek di depan televisi di ruang tengah, kegiatan Anci yang seperti kucing kekenyangan itu menjadi perhatian Jana, mama Anci yang sedari tadi memperhatikan putrinya yang terlihat tidak bersemangat.
" Libur, ci? " tanya Jana dari arah meja makan. Dia menemani Terry sarapan.
" Nggak ada kelas, ma. " jawab Anci. tapi tubuhnya tetap berbaring di sofa besar.
" Mama lihat kok Jerrel nggak ada main atau jemput kamu beberapa hari ini. Kalian nggak marahan kan? " Anci memutar bola matanya tanpa sepengetahuan mamanya.
Bukannya bagus itu cowok nggak nongol beberapa hari ini. Dunia Anci jadi lebih damai. Hanya saja keberadaan San yang tidak tahu kemana, merusak kedamaian Anci.
HAH...
Anci menghela nafas, " Kak Jerrel lagi sibuk ngurus sesuatu, ma. Anci kirim pesan tiap hari kok sama kak Jerrel. " Anci jujur.
Cowok menyebalkan itu memang mengirim pesan ke Anci kalau dia akan sangat sibuk akhir-akhir ini. Anci tanggapi saja pesan itu padahal nyatanya anci juga tidak peduli. Malah bagus itu cowok sibuk, Anci kan jadi bebas.
" Ya udah.. Jangan marah-marahan, ya. Mama nggak mau nanti mood Jerrel mempengaruhi... "
" Ma.. " Anci bangun dari golek-goleknya.
Ucapan mamanya barusan sudah menjurus ke arah sesuatu yang tidak boleh mereka bahas kalau ada di depan Terry. Anci harus ingatkan mamanya yang kemungkinan keceplosan karena takut akan terjadi hal tidak baik.
" Oh maaf.. Terry ayo berangkat, sayang. Udah jam tujuh kurang tuh. " bergegas Jana siapkan semua keperluan Terry.
" Iya ma.. " Terry pun meninggalkan meja makan, menghampiri kakaknya.
" Mbak.. Kan nanti aku ada jadwal ketemu dokter, mbak anterin ya. " pinta Terry.
" Pasti dong. Mbak nanti jemput Terry ke sekolah, jam 2 kan? Trus kita langsung lanjut ke rumah sakit. " Terry mengangguk senang.
" Nanti mama nyusul ya, berangkatnya sama mbak dulu siang nanti. " Jana mengusap kepala Terry sayang.
Satu-satunya hal yang Jana syukuri meski hidupnya kacau beberapa tahun ini adalah pengobatan Terry yang berjalan lancar. Putra bungsunya ini juga semangat ingin sembuh. Meski donor jantung belum mereka dapatkan, Terry setidaknya tidak patah semangat menjalani pengobatan.
Tak ingin pagi harinya diawali dengan kesedihan, Jana langsung saja ajak Terry berangkat sekolah. Hidup mereka sudah menderita selama ini, jadi jangan ditambahi drama yang hanya menguras tenaga mereka.
Lebih baik tenaga itu mereka gunakan untuk melanjutkan hidup. Rejeki tidak datang dengan sendirinya. Harus ada perjuangan dan doa yang menyertainya. Jana mencoba berjuang untuk kedua anaknya, memerankan peran sebagai ibu sekaligus ayah.
*****
" Mbak Anci nggak main? Mumpung libur. " tanya bi Sri.
" Males, bi.. Mau kemana juga. " jawab Anci malas.
Bibi Sri pun meninggalkan Anci yang masih bermalas-malasan dan melanjutkan pekerjaannya membersihkan rumah.
Anci sendiri cuma scroll status-status WA teman-temannya saking dia merasa sudah sangat bosan. Saat itu matanya tanpa sengaja melihat status salah satu teman SMA nya yang memperlihatkan background sebuah apartemen mewah di kota ini.
" Bukannya ini apartemen kak San ya? " Anci ingat, taman di depan apartemen di status temannya mirip dengan yang ada di depan apartemen San. sedetik kemudian...
' Kita semua nggak tahu abang kemana. Semua akses abang tutup gegara berantem sama papi. Di apartemen abang yang papa mama kasih aja nggak ada.. Entah kemana abang. '
' Di daerah AB kan? ' tanya Anci saat dia berbincang dengan Gia kemarin.
' Kok AB sih? Apartemen abang kan ada di deket sini, Ci.. Belum pernah diajak ke sana ya? Minta ajakin ke sana gih. ' sempat-sempatnya Gia menggodanya saat itu.
Kembali ke masa sekarang..
" Duh bodo banget gue.. Kenapa nggak kepikiran dari kemarin? Pasti nih.. pasti dia di sana.. Bodo.. bodo.. bodo.. " Anci melangkah memasuki kamarnya sambil meracau merutuki kebodohannya.
Beberapa menit kemudian dia keluar sudah mandi dan rapi sekali. Bibi Sri dibuat heran anak majikannya ini. Baru ditinggal sepuluh menit bebersih dapur, ini yang tadi cosplay ulat bulu udah jadi kupu-kupu aja.
" Eh mbak.. Mau kemana? " tanya bi Sri kepo.
" Ke tempat temen bi. " jawab Anci sekenanya, dia buru-buru.
" Nanti jangan lupa jemput adek lo, mbak. " Anci tepuk dahinya. lemot bener otaknya sekarang.
" Iya bi.. Anci nggak akan lupa. " Anci pamit dan langsung berlari keluar. Kebetulan ojol yang dia pesan sudah menunggu.
******
Di mansion milik Gemma dan Ethena, suasananya begitu mencekam sejak tuan muda mereka pergi dari mansion dan tidak ada kabar selama beberapa hari ini. Gemma dan Ethena terlihat selalu tegang setiap hari, tapi juga terlihat sedih di saat bersamaan.
Kepergian San, bagai sebuah tamparan untuk Gemma dan Ethena. Apalagi semua curahan hati San sebelum putra kesayangan mereka itu pergi. Keduanya merasa sangat kecewa, ego mereka ternyata melukai San selama bertahun-tahun ini. Sungguh ironis, mereka tidak pernah tahu tentang ini.
" Udah coba telepon daddy belum, Na? San nggak ke sana kan? " tanya Gemma entah sudah ke berapa kali selama beberapa hari terakhir.
" Kalau takut San balik ke tempat daddy, mestinya papi nggak usah sok-sokan jodoh-jodohin putra sendiri sama sundel bolong begitu. " Ethena tatap tajam suaminya saking kesalnya.
" Mau gimana lagi, aku bingung sayang. Ayah mintanya begitu, aku kan... "
" Bisa nolak.. Ini masa depan putra kamu, rela kamu putra kamu hidup menderita seumur hidupnya karena salah nikah? "
" Bener kata San.. Papi sejak deket sama keluarga papi jadi makin bodoh itu bener. Kemana insting papi yang daddy didik dari dulu? Ilang? Ketutup sama kebodohan papi? Iya? " sentak Ethena kesal.
Merayu San untuk mau tinggal di negara ini bersama mereka Ethena lakukan dengan susah payah. Bayangkan saja, sejak San berumur belasan tahun sampai akhirnya San memilih kuliah disini karena Ethena mengancam akan berhenti berobat.
Tapi dengan seenak jidatnya sendiri, suaminya ini justru merusak semua dengan mengganggu kedamaian putranya. Padahal, akhir-akhir ini Ethena perhatikan San terlihat berbeda dari biasanya. Terlihat lebih hidup dan lebih sering tersenyum. Tapi semua itu sirna karena kebodohan suaminya.
" Emang yang paling bener papi pergi sana ikut keluarga papi!! Aku sama anak-anak balik aja ke London. " sengak Ethena.
" Ya jangan dong, mi.. Tega kamu ninggalin aku disini sendiri. " Gemma memelas.
" Tegalah.. ngapain nggak tega!! " Ethena tinggalkan Gemma sendirian meratapi tangisnya.
" Ya Tuhan.. Anak sama emaknya kok sama ya, aku kan khilaf... "
Gemma pun berbaring di sofa, memeluk bantal sofa sembari cosplay orang paling tersakiti di dunia ini.
" Papi obatnya abis ya??? "
HUAAAA...