Merebut Cintamu

Dengan marah Trisia keluar meninggalkan ruangan Armando. Melani terkejut melihat Trisia yang pergi begitu saja. Armando sudah terbiasa dengan sikap merajuk Trisia tidak ambil perduli dan melanjutkan pekerjaannya. Trisia menangis di mobilnya. Dia tidak pernah melihat Armando dekat dengan wanita manapun. Hanya dia seorang yang dekat dengan Armando. Trisia bertekad untuk mencari tau sejauh apa hubungan Armando dan Melani. Hatinya tidak rela bila harus melepas Armando. Walau pria itu selalu biasa saja padanya, tapi Trisia tetap berharap suatu saat Armando akan membalas cintanya. Pelan-pelan Trisia mengendarai mobilnya. Lordy yang terus mengintai merasa bosan dan heran. Mengapa Melani tidak juga keluar. Dia mulai kesal karena usahanya yang sepertinya akan berhasil ternyata tidak. Dia tidak tau jika Melani menggunakan mobil lain meninggalkan kantor itu. Armando membawa Melani untuk makan bersamanya lalu melewati sisa hari berdua.

Arleta bersama Sofi pergi untuk mengelas baju yang akan Sofi kenakan pada pernikahan Arleta. Untuk gaun untuk para orang tua sudah beres semua. Sepulang mengantar Sofi Arleta memutuskan untuk tetap di rumah Restandi. Dia membawa beberapa barangnya untuk di letakan di kamar Restandi karena nanti kamar itu akan di gunakan mereka berdua. Setelah hari pernikahan nanti Arleta tidak perlu repot memindahkan barangnya ke rumah Restandi, karena dia sudah mulai melakukannya. Arleta menatap ruang kamar yang luas itu dengan puas. Tidak banyak yang ingin di rubahnya dari kamar itu, walau Restandi tidak keberatan. Arleta pun keluar, namun dia tertegun pada sosok pria yang berdiri di depan pintu kamar Restandi. Sosok pria tampan berkulit putih yang sepertinya tidak asing itu menatapnya lekat tampak sedang menilai dirinya.

"Jadi kamu yang ada di kamar". kata pria itu ramah dengan senyum yang jelas-jelas di gunakan untuk memikat wanita.

"Kamu siapa?". tanya Arleta heran dan sedikit tidak suka. Menurut perasaannya pria seperti ini hanya akan mempermainkan wanita.

"Tebak aku siapa?". tanya pria itu sambil memainkan senyumnya. Untung saja Arleta bukan wanita yang mudah jatuh cinta. Dia pasti akan tergoda dengan ulah pria ini. Sepertinya pria ini sudah ahli melakukan hal itu.

"Kamu satpam baru di rumah ini ya?". tanya Arleta dengan sengaja tidak perduli bila pria itu marah. Siapa suruh tebar pesona. Pria itu tertegun dengan tebakan Arleta. Harga dirinya seperti mau jatuh karena tebakan Arleta.

"Kenalkan, namaku Marionata Gutama". Akhirnya pria itu menyerah dan memperkenalkan dirinya.

"Gutama?". tanya Arleta terkejut.

"Kamu sepupu Restandi?". Arleta mencoba mengingat-ingat sanak saudara Restandi.

"Bukan nona Arleta Kamajaya. Aku adik dari Restandi Gutama". pria itu tegas menyatakan dirinya. Giliran Arleta yang bingung. Setau dia Restandi putra tunggal. Tapi pria itu berkata tegas.

"Panggil aku Rion". kata pria itu lagi yang paham Arleta merasa bingung.

"Kamu tau namaku?". tanya Arleta berusaha untuk tenang.

"Tentu saja aku tau. Walau tidak kelihatan tapi aku tetap ada. Aku tetap anggota keluarga ini. Kau dan kakakku di jodohkan bukan? tapi sepertinya kau baik-baik saja menerima kakakku. Ah tapi wanita tidak akan menolaknya. Dia tampan, kaya dan berkharisma. Pewaris utama pula. Tapi sepertinya kau juga bukan wanita biasa". kata Rion menatap Arleta terang-terangan menilai gadis itu.

"Maksud kamu aku titisan Dewi gitu?". tanya Arleta menantang. Rion tertawa.

"Betul kan kamu bukan wanita biasa. Aku banyak mengenal wanita tapi yang seperti kamu baru kali ini aku ketemu". Rion setengah merayu.

"Jadi selama ini kamu di mana?". Arleta penasaran. Kalau Rion memang adik Restandi mengapa Arleta tidak pernah bertemu.

"Wah kau tertarik padaku ya? Jangan deh, pacarku banyak ". Rion tersenyum nakal. Dia cuma alasan saja. Mana berani dia mengambil tunangan kakaknya. Bisa-bisa dia di tendang dari keluarga ini. Arleta yang sebal luar biasa dengan kesimpulan Rion. Dia menahan diri agar tidak marah. Rion melihat wajah Arleta yang sebal tertawa keras tanpa berusaha menahannya.

"Aku ga ganggu kamu lagi deh". kata Rion sambil melangkah pergi dan melambaikan tangannya. Arleta menatap kepergian Rion dengan bingung. Sebenarnya banyak yang dia ingin tanyakan karena ingin tau. Tapi sikap tengil pria itu membuat malas memanggil kembali. Karena shock Arleta pun batal keluar kamar Restandi. Di carinya info tentang keluarga Gutama. Tapi hasilnya tetap sama. Restandi putra tunggal keluarga Gutama. Arleta harus bertanya langsung pada Restandi. Tapi itu nanti harus menunggunya kembali dari rumah sakit. Arleta teringat pada sosok Rion tadi, sepertinya wajahnya tidak asing. Tapi dia pernah lihat di mana?.Arleta penasaran dia pun membuka laptop Restandi. Dicarinya nama Marionata Gutama. Ada tapi tidak sama dengan Rion. Arleta mencoba hanya dengan Marionata, barulah Arleta melihat sosok yang sama. Ternyata dia tidak menggunakan nama Gutama. Lalu benarkah dia adik Restandi? Rion ternyata seorang aktor berbakat. Banyak film dan iklan yang di bintanginya. Astaga, aku kemana saja pikir Arleta. Mungkin karena dia bukan penggemar film jadi kurang mengenal sosok Rion. Arleta membaca biodata Rion, hanya ada nama ibunya saja dan bukan Sofi. Di katakan ibunya sudah meninggal karena kecelakaan mobil. Ayahnya tidak pernah di sebutkan. Ah Arleta jadi semakin bingung. Di tutupnya laptop Restandi. Arleta bangkit lalu merebahkan diri di tempat tidur. Rada lelah membuatnya terlelap. Arleta terbangun ketika merasa ada yang menatapnya lekat. Tampak Restandi berbaring di sebelahnya dengan posisi menyamping tengah menatapnya.

"Suami pulang istrinya asik tidur". kata Restandi menggoda Arleta. Yang di goda tersenyum malu.

"Maaf deh, tadi niatnya cuma tidur sebentar". tangan Arleta mengusap pipi Restandi. Arleta pun segera duduk khawatir Restandi menggodanya lebih jauh. Restandi bangkit sambil tertawa. Dia tau Arleta takut di ganggu olehnya. Restandi menyodorkan air putih pada Arleta yang langsung di sambut.

"Mau makan malam, kamu mau mandi dulu?". tanya Restandi sambil mengambil gelas dari tangan Arleta. Gadis itu mengangguk. Untung banyak barang-barangnya yang sudah dia pindahkan. Arleta pun masuk ke kamar mandi. Sambil menunggu Arleta Restandi duduk di belakang meja kerjanya. Melakukan pekerjaan yang bisa di lakukannya. Tidak lama kemudian Arleta keluar dengan wajah yang segar dan sudah mengganti gaunnya.

"Rest, kamu sudah mandi?". tanya Arleta pada Restandi yang segera menghampirinya.

"Sudah dong. Kalau kamu ga percaya boleh ko cium aku". Restandi membuka kedua tangannya, berharap Arleta memeluknya. Cih, pikir Arleta arahnya Ki ke sana sih. Arleta tidak menanggapi Restandi. Namun Restandi tidak suka di acuhkan maka dia pun memeluk Arleta.

"Apa kamu benar sudah mandi?".