Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.
Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Ingin Di Kasihani
Kurang dari lima menit lagi bel berbunyi akhirnya Naima sampai juga di sekolah nya.setengah berlari Naima memasuki kelas nya dan di sambut tatapan penuh tanya dari para sahabat.
" Ada apa Nai? Kenapa Kamu ngos-ngosan begitu?" tanya Lara teman sebangku nya.
Di kursi paling belakang, sepasang mata menatap lekat Naima.dia adalah sosok ketua kelas sekaligus menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah ini.sudah lama dia memendam perasaan kepada Naima namun tidak berani mengutarakan nya.bukan tanpa alasan dia menyembunyikan perasaannya.semua karena ketidaksengajaan nya mendengar ungkapan Naima yang tidak ingin pacaran sebelum menjadi orang sukses.selama ini dia sudah berusaha mendekatkan diri kepada Naima namun ya seperti itu Naima nya acuh seakan-akan keberadaan nya hanya di anggap teman seperti yang lain nya.
" Huft....Huft...Huft.."Naima menghela nafas dengan rakus sambil menyeka keringat yang membasahi wajah natural nya.
" Ini minum dulu." Lara sangat perhatian kepada Naima .meskipun Naima berasal dari keluarga kurang mampu tetapi Lara begitu tulus menjadi kan Naima sahabat nya.
Setiap kali ada tugas sekolah yang susah dan tidak di mengerti nya,Naima lah yang menjadi penolong nya.semua cerita tentang Keluarga Naima sudah sampai ke telinga Lara.dia sangat kasihan kepada sahabat nya ini.tidak jarang Lara sering mentraktir Naima di kantin dengan berbagai alasan agar Naima mau menerima traktiran nya.
" Sekarang ceritakan kenapa Kamu sampai seperti ini? Apa Bapak mu bikin masalah lagi?" tanya Lara dengan nada pelan takut kedengaran sama yang lain nya.
" Sesuai dengan tebakan mu,hampir saja Aku telat gara-gara ulah Bapak yang minta di layani bak seperti raja, padahal Aku sudah mau berangkat ke sekolah.tapi masih saja di tuntut untuk menyetrika baju dan mengelap sepatu kerja nya." ujar Naima yang sebenarnya tidak suka menceritakan kelakuan bapak nya kepada sembarangan orang namun jika di pendam sendiri dia takut tidak akan mampu menampung semua nya sendirian.
Dari pada jadi beban pikirannya lalu berakhir masuk rumah sakit jiwa lebih baik dia ceritakan saja kepada Lara yang selama ini sudah terbukti bisa menjaga rahasia besar nya dengan baik.
Mau cerita kepada ibu nya tidak mungkin pasti dia lah yang akan di marahi dan di tuntut untuk minta maaf.kodrat nya sebagai anak di tuntut untuk terus berbakti kepada orang tua.namun para orang tua lupa bahwa mereka juga perlu menjaga perasaan anak-anak mereka.
"Ibu mu masih kerja?" tanya Lara lagi karena belum ada guru yang memasuki kelas mereka.
" Masih! Mau makan apa kami kalau Ibu tidak kerja.Aku pengen bantu Ibu jualan di sekolah malah di larang.kata Ibu takut Aku nya nggak bisa fokus belajar.padahal kan nggak seperti itu karena Aku bisa mengatur waktu ku." timpal Naima sambil mengeluarkan buku dan pulpen yang di butuhkan nya.tas yang di pakai oleh Naima sudah lusuh tak seperti teman nya yang lain.maklum sama tas itu sudah di pakai selama tiga tahun.selagi masih bisa menampung buku-buku pelajaran maka akan terus Naima pakai.
Lara mengangguk tidak punya pertanyaan lain lagi, sahabat nya ini sangat tangguh sekali.Lara tidak bisa membayangkan bagaimana jika kisah pahit ini terjadi dalam keluarga mereka.mungkin sudah sejak lama Lara putus sekolah atau lebih buruk nya lagi terjerumus ke hal-hal yang negatif.
Pelajaran hari ini di ikuti Naima dengan lancar tanpa hambatan, seperti biasa Naima akan mendapatkan nilai paling tinggi di antara semua teman sekelas nya.
Bel berbunyi,Naima buru-buru keluar dari kelas dengan Lara yang berdiri di samping nya.
" Bareng sama Aku saja Nai?" ucap Lara memberi tumpangan.
" Tidak usah Ra! Aku jalan saja.dekat kok." tolak Naima tidak enak merepotkan Lara yang di jemput oleh Mama dan juga Papa nya.
Pintu mobil milik orang tua Lara terbuka lebar,dari dalam sepasang suami istri yang seumuran dengan ibu nya tampak tersenyum kepada Naima.dengan sopan Naima membalas mengangguk kan kepala nya.
Lara sudah menceritakan semua kisah Naima kepada kedua orang tua nya, mereka juga bangga dan salut kepada Naima yang bisa menjadi siswi berprestasi di tengah keluarga yang kurang harmonis.
Sejujurnya Naima merasa iri melihat Lara sering di jemput oleh orang tua nya,kapan lah dia merasakan hal manis seperti ini.boro- boro di jemput.mau mencoba duduk di atas motor saja langsung di teriakin sama bapak nya.
Mata Naima nampak berkaca - kaca , dengan cepat dia menengadahkan kepala nya ke atas agar air mata itu tak tumpah membasahi wajah yang sudah di kenal kuat di hadapan semua orang.Naima tidak mau di kasihani oleh siapa pun.
" Jangan nolak terus dong Nai! Sekali-kali mau ya Aku antar pulang.tuh Mama juga udah manggil kita." bujuk Lara , Ibu dari Lara sering bertanya kenapa tidak di ajak Naima sekalian.padahal Naima nya sendiri yang tidak mau di ajak pulang bareng.
" Nggak bisa Ra! Kamu duluan saja kasihan orang tua mu sudah menunggu terlalu lama." lagi dan lagi Naima menolak tawaran Lara karena merasa tidak pantas duduk di dalam mobil mewah milik orang tua Lara.
Naima juga tidak ingin di anggap lancang ataupun memanfaatkan kekayaan orang tua Lara demi bisa duduk manis di mobil mewah,Naima sudah terbiasa pulang sekolah dengan jalan kaki,panas terik matahari dan rintik hujan sudah menjadi makanan sehari-hari.bila baju nya bau keringat ataupun basah.begitu sampai di rumah Naima langsung mencuci nya dan di jemur dekat teras supaya cepat kering.
" Hati-hati ya Nai." Lara menghampiri kedua orang tua nya, sedang kan Naima berjalan cepat masuk ke dalam sebuah gang yang bisa mengantar kan dia lebih cepat sampai di rumah.
Orang tua Lara mengernyit heran melihat hanya Lara yang masuk ke mobil, padahal tadi jelas-jelas ada Naima berjalan di samping putri mereka.
" Naima nya mana sayang?" tanya Ibu dari Lara.
" Mau jalan kaki saja kata nya Ma! Segan sama Mama dan Papa." jawab Lara setengah kesal karena Naima susah sekali menerima bantuan dari nya.harus di bujuk dengan ekstra baru lah sahabat nya itu mau menerima bantuan nya.kadang sudah di bujuk pun tetap saja di tolak ,jika itu orang lain mungkin mereka dengan senang hati menerima tawaran Lara.
Entah terbuat dari apa perasaan sahabat nya itu.semua yang akan di lakukan nya harus melalui pertimbangan yang matang.
Bahu Ibu Lara melorot sedih, padahal beliau sangat ingin mengajak Naima bercerita untuk sekedar memeluk sahabat anak juga boleh.beliau ingin memberi kan dukungan kepada Naima sekaligus mengucapkan rasa terimakasih karena sudah mengajarkan Lara berbagai mata pelajaran di sekolah.
" Yah padahal Mama rencana nya mau mengajak kalian cari makan dulu.Naima pasti tidak pernah makan di luar." ujar Ibu Lara memasang wajah sedih nya.
" Jangan kan makan di luar, jalan-jalan lihat pemandangan sore saja tidak pernah,dari pada makan dan jajan di luar.dia lebih suka menabung uang nya untuk biaya kuliah nya nanti." balas Lara sambil merebahkan tubuh lelah di kursi bagian belakang.
" Lain kali kalau Kamu jajan di sekolah,beli kan juga untuk Naima, nanti Papa tambah uang jajan mu." sahut Ayah dari Lara menimpali.
" Iya Pa, nanti Aku akan cari cara supaya anak itu mau menerima nya.Papa sama Mama tahu sendiri kan bagaimana sikap Naima yang tidak pernah memanfaatkan Aku sama sekali." diam-diam Lara sering memasukkan selembar uang ratusan ke dalam tas Naima.
Besok pagi Naima langsung protes kepada nya karena tahu kalau pelaku nya adalah Lara,namun Lara selalu berkilah dan berkata jika itu adalah rezeki yang tuhan berikan untuk sahabat nya itu.
Di dalam gang sempit yang hanya bisa di lalui sebuah sepeda motor.Naima tengah serius menghitung langkah kaki nya tiba-tiba saja di hampiri oleh seseorang.
Tin...Tin
Naima menoleh ke belakang ingin melihat siapa yang membunyikan klakson tersebut.
Seorang pria yang memakai seragam yang sama sedang tersenyum ke arah nya.
"Mau pulang ya Nai?" tanya pria yang bernama Malik yang selama ini memendam perasaan kepada Naima.
" Iya ." jawab Naima singkat dan kembali mengayun kan kedua kaki nya melewati kerikil kecil yang sudah menjadi teman baik nya selama ini .
Di SMA Bakti Darma Malik menjadi idola para gadis,tapi tidak untuk Naima yang ingin fokus belajar demi mengejar beasiswa .
Malik terus mengikuti langkah kaki Naima dan sengaja turun dari sepeda motor nya demi bisa mengobrol dengan pujaan hati.
" Kenapa sepeda motor nya di dorong? Tidak rusak kan?" tanya Naima merasa risih di ikuti oleh Malik.
Naima tidak ingin menjadi pusat perhatian para warga, mulut emak-emak di sekitar sini tidak ada saringan nya.Naima sengaja menghentikan langkah kaki nya menunggu jawaban dari Malik yang masih diam sambil tersenyum menatap nya.
"Aku sengaja mematikan nya biar bisa jalan bareng Kamu ." jawab Malik apa ada nya.
" Jangan kayak gini Malik! Sudah Kamu pulang duluan saja Aku sudah hampir sampai di rumah ku." bohong Naima supaya Malik tidak lagi mengikuti nya
Sebagai insan yang di titip kan sebuah hati atau perasaan,tentu saja Naima sadar jika Malik menatap nya dengan cara yang berbeda.Naima paham itu namun keteguhan hati untuk tidak mengenal cinta lebih dulu terlalu tinggi membentengi dirinya.dia harus menjadi orang sukses demi ibu dan adik yang sangat di sayangi nya.
" Aku bonceng saja mau nggak?" tawar Malik yang tahu kalau Naima berbohong karena jarak rumah Naima masih sangat jauh dari permukiman ini.
Suatu hari Malik pernah diam-diam mengikuti Naima sampai ke rumah nya.semua di lakukan nya demi mengetahui di mana alamat tempat tinggal Naima yang sesungguhnya.
" Tidak usah! Aku duluan ya." pamit Naima memilih jalan lain yang lebih sempit dari yang pertama dengan tujuan untuk menghindari Malik.
" Bagaimana lagi sih cara nya biar Aku bisa dekat sama Kamu." gumam Malik dengan wajah kecewa nya.
Bersambung
jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar ya guys, bantu rate ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ dan pencet tombol like' nya.
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
lanjut dong thor
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...
sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...