Wang Cheng, raja mafia dunia bawah, mati dikhianati rekannya sendiri. Namun jiwanya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang tuan muda brengsek yang dibenci semua orang.
Tapi di balik reputasi buruk itu, Wang Cheng menemukan kenyataan mengejutkan—pemilik tubuh sebelumnya sebenarnya adalah pria baik hati yang dipaksa menjadi kejam oleh Sistem Dewa Jahat, sebuah sistem misterius yang hanya berkembang lewat kebencian.
Kini, Wang Cheng mengambil alih sistem itu bukan dengan belas kasihan, tapi dengan pengalaman, strategi, dan kekejaman seorang raja mafia. Jika dunia membencinya, maka dia akan menjadi dewa yang layak untuk dibenci.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18 Perburuan Pertama
Perasaan Shuezan bergemuruh dalam dadanya.
Tubuhnya masih terasa hangat oleh efek ikatan jiwa yang baru saja dilakukan Wang Cheng, tapi pikirannya melayang ke berbagai arah—campur aduk antara rasa takut, penasaran, kekaguman… dan sesuatu yang lain.
Sebuah ketertarikan pada kekuatan. Pada kemungkinan.
Dulu, ia adalah budak tanpa kuasa, hidup dalam bayang-bayang kematian dan hinaan. Tapi sekarang… ia bisa melihat kekuatannya sendiri, bahkan menyentuh sedikit bagian dari rahasia dunia yang selama ini tersembunyi.
Namun yang paling menghantam hatinya adalah satu kenangan.
“Jika kau bisa bertahan, jika kau bisa mengendalikan kebencianmu—maka suatu hari nanti, aku akan melepaskan rantaimu. Dan saat itu tiba… kau bisa membunuh siapa pun yang kau mau. Bahkan, aku akan membantumu.”
Ucapan itu, yang keluar dari mulut Wang Cheng saat pertama kali mereka bertemu, kembali terngiang seperti bisikan arwah yang tak mau diam.
Dendam. Itu alasan ia masih bertahan. Itu alasan ia belum mati dalam siksaan selama bertahun-tahun.
Jika kini pria aneh di hadapannya adalah jalan menuju pembalasan itu—maka ia akan menjalaninya, apapun harganya.
Shuezan menatap Wang Cheng, kali ini tidak dengan curiga atau takut. Tapi dengan mata yang penuh tekad dan ketajaman dingin.
“Apa yang harus kulakukan selanjutnya?” tanyanya, suaranya tenang namun mengandung bara yang dalam.
Wang Cheng menyunggingkan senyum tajam. “Kita akan memburu beast. Sebanyak mungkin.”
....
Hutan Rengsa Hitam, dua jam kemudian.
Langit tertutup mendung pekat. Aroma darah dan tanah basah memenuhi udara, diselingi raungan binatang buas yang menggema dari balik pepohonan.
Di tengah padang hutan yang gersang, sosok mungil Shuezan berdiri tegak, tubuhnya penuh noda darah. Di hadapannya, tiga ekor beast beruang lapis baja—makhluk seukuran kuda dengan cakar sebesar pedang besar—menerjang bersamaan, menggetarkan tanah tempat mereka berpijak.
Namun, Shuezan tidak gentar. Bahkan, bibirnya membentuk senyum kecil yang mengerikan.
Dengan satu lompatan cepat, ia menghindari serangan pertama dan membalas dengan cakaran mematikan ke arah leher sang beast. Cakar tajamnya menembus kulit baja alami sang monster dan menyemburkan darah segar ke udara.
Shuezan tertawa lirih. “Ayo… lebih banyak darah…”
Ia mengangkat tangannya tinggi, dan darah dari beast yang terluka itu langsung melayang naik, berputar dan memadat dalam bentuk bilah-bilah tajam layaknya belati merah.
SWOOSH!
Dalam satu gerakan mengayun, belasan bilah darah melesat dan menghujani dua beast lainnya. Raungan mereka teredam oleh semburan darah yang membanjiri semak belukar.
Shuezan melompat ke tengah-tengah pertempuran dengan lincah, mencakar, menendang, mengayunkan bilah darah yang berubah bentuk jadi cambuk dan tombak. Tubuhnya bergerak seperti tarian brutal yang indah—cepat, kuat, tak berperasaan.
Ia tertawa kecil lagi saat mencabik dada salah satu beast dari dalam, mencabut jantungnya dan menghancurkannya dengan tangan kosong.
Darah membasahi wajah dan rambutnya, namun tidak ada rasa jijik—hanya ketenangan, dan sedikit kenikmatan yang aneh.
Dari atas cabang pohon besar, Wang Cheng duduk santai sambil memperhatikan.
Mata tajamnya bersinar dengan rasa puas. “Loyalitas, kekuatan, dan… kecocokan.” Ia menyeringai. “Shuezan, kau benar-benar hadiah yang tak kuduga sebelumnya.”
[Sutra Pemangsa Jiwa Aktif: Menyerap 50 Poin Jiwa dari beast yang terbunuh oleh Shuezan.]
[Sutra Pemangsa Jiwa Aktif: Menyerap 50 Poin Jiwa dari beast yang terbunuh oleh Shuezan.]
Notifikasi yang sama terus terdengar seiring Shuezan membunuh beast yang ada.
Wang Cheng membuka statusnya, tepatnya ia melihat kearah bar yang menunjukkan ranah miliknya.
Ranah: Tempering Qi tingkat 0 (900/1000)
"Umumnya, poin jiwa yang di dapat dari menyerap jiwa beast tingkat rendah adalah 100. Tapi karena yang membunuhnya adalah ikatan jiwaku, maka aku hanya dapat setengahnya," gumam Wang Cheng sambil berpikir.
Jiwa setiap individu berbeda-beda, beast ataupun kultivator yang kuat mungkin memiliki lebih dari 100 Poin Jiwa. Namun, itu belum pasti.
Wang Cheng ingin memastikan hal itu, namun satu-satunya makhluk yang paham terhadap jiwa makhluk hidup malah tidak ada di sebelahnya.
"Sialan, kemana perginya mulut lebar itu?" gumam Wang Cheng kesal, mengingat Mouth yang menghilang entah kemana sejak pagi tadi. "Kemana dia pergi?"
"Aku sudah selesai disini."
Suara Shuezan membuyarkan lamunan Wang Cheng.
Gadis itu berdiri di atas tumpukan daging dan bulu yang dulunya adalah monster-monster buas. Darah membasahi tanah di sekitarnya, menetes dari ujung jarinya yang tajam dan kuku hitam berkilat yang belum sepenuhnya kembali ke bentuk manusia.
Napasnya tenang.
Matanya dingin.
Namun dari sorot sorot itu, ada semacam kepuasan baru—bukan sekadar karena darah, tapi karena kekuatan yang kini mengalir dalam dirinya. Dengan adanya sistem mikro di dalam tubuhnya, kini Shuezan dapat mengendalikan teknik pengendalian darahnya dengan lebih mudah.
Tap… tap…
Suara langkah ringan terdengar dari atas, dan Wang Cheng turun dari dahan pohon besar. Dengan santai ia melayang turun, mantelnya berkibar pelan sebelum kakinya menyentuh tanah yang becek.
"Sudah cukup untuk hari ini." Wang Cheng berkata, matanya menyapu tumpukan beast mati dengan senyum samar. “Kau melakukan lebih baik dari yang kuperkirakan. Efisien, brutal, dan tidak boros energi.”
Shuezan mengusap wajahnya yang berlumur darah dengan lengan, lalu menoleh pelan. “Kau memuji seperti penjual daging memuji pisau barunya.”
Wang Cheng tertawa kecil. “Pisau yang tajam dan setia adalah harta, kau tahu?”
Shuezan menyipitkan mata, lalu bertanya, “Tapi kenapa kau hanya menonton dari atas? Kau bahkan tidak bergerak sedikit pun saat beast menyerangku dari segala arah.”
Wang Cheng tidak langsung menjawab. Ia melirik ke arah langit sore yang mulai memerah, lalu berkata dengan santai. "Menurutmu kenapa?"
Shuezan terdiam sejenak, lalu menjawab. "Awalnya aku mengira kau hanya mengujiku, tapi sepertinya tidak. Kau terlihat seperti orang yang tidak berdaya dan bisa mati kapanpun."
Tatapan Shuezan semakin tajam. "Selama di kediaman Wang, aku dengar banyak rumor soalmu. Katanya, Tuan Muda Kelima bisa mengalahkan Tuan Muda Kedua dengan mudah. Seorang jenius bertingkat langit. Tapi kenapa sekarang... kau malah takut bertarung?”
Wang Cheng menoleh padanya. Sorot matanya tidak berubah—malas, namun tak bisa disembunyikan kecerdasannya.
“Aku kehilangan semua kekuatanku,” ujarnya singkat.
Shuezan terdiam. Lalu mengangguk pelan, seperti menyimpan informasi itu dalam benaknya.
Ia menatap Wang Cheng lama, lalu bertanya dengan nada datar, “Kalau begitu… kalau aku membunuhmu sekarang, mungkinkah kau akan mati?”
Nada suaranya ringan, seolah bertanya apakah Wang Cheng suka makanan pedas atau tidak. Tapi mata mereka saling mengunci—dan Wang Cheng tahu, Shuezan tidak sedang bercanda.
Ia mengangkat alis, lalu tersenyum santai. “Mungkin. Tapi tidak ada hadiah untukmu kalau aku mati.”
Shuezan mengangkat bahu tipisnya. “Sayang sekali.” Ia lalu memutar tubuhnya. “Kalau begitu… ayo kembali.”
Wang Cheng tertawa kecil dan mengikuti di belakangnya, kedua tangan dimasukkan ke saku jubah.
“Semakin hari kau semakin menarik, Shuezan,” gumamnya. “Dan semakin berbahaya.”
Wang Cheng sadar jika dia belum dapat menjinakkan Shuezan sepenuhnya. Gadis itu, lebih mirip seperti serigala penyendiri yang buas dan akan mencabik siapapun yang mengganggunya.
Untuk itu, Wang Cheng harus memastikan jika perut si serigala buas itu selalu terisi agar tidak berbalik memangsa dirinya...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
>Tingkatan Beast dibagi menjadi 5:
Beast Tingkat Rendah
Beast Tingkat Menengah
Beast Tingkat Tinggi
Beast Tingkat Bencana
Beast Tingkat Neraka
sering sering update Thor