Miskin , dihina wajar. Diam di bully, biasa. Yang luar biasa adalah, Aqmal seorang remaja miskin yatim piatu, menolak menyerah pada nasib malang, penderitaan, hinaan dan perundungan, justru membuat nya tumbuh menjadi semakin tegar dan kuat.
Hingga alam berpihak kepada nya, memberikan sebutir gundu ajaib kepada nya.
setelah mendapatkan gundu ajaib itu, perlahan hidup nya mulai berubah, setapak demi setapak, dia mulai meniti takdir nya menjadi seorang kultivator utama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teka Teki
Aqmal masih memperhatikan pria paro baya tadi secara diam diam, rupanya pria itu pun masih saja memperhatikan diri nya.
Namun tiba tiba persepsi jiwa nya tidak lagi bisa menangkap sesuatu apapun juga, mendadak kesadaran jiwa nya seperti kehilangan tangkapan nya.
Pria itu kini terlihat hanya seperti manusia biasa saja yang tidak punya kelebihan apa apa.
Aqmal menatap kearah pria paro baya itu, dan kebetulan pria itu juga sedang menatap kearah nya.
Pria itu tersenyum lembut, menganggukkan kepala nya pada Aqmal.
"Duk!" ....
Jantung Aqmal berdetak kencang, "siapa pria paro baya itu, tadi aku jelas jelas menangkap tingkat kultivasi nya diranah Knight gate (gerbang Ksatria) tingkat menengah, namun kini lenyap begitu saja?, apa aku yang salah?" pikir Aqmal.
Rasa penasaran membuat Aqmal ingin berkenalan dengan pria paro baya itu.
"Sebentar ya Lis, aku seperti mengenal pria itu, aku mau menyapa nya sebentar!" bisik Aqmal di telinga Lisa.
Gadis itu menatap kearah Aqmal beberapa saat, "pergilah!, jangan lama lama" bisik Lisa di telinga Aqmal.
Aqmal menganggukkan kepala nya, lalu berjalan kearah pria paro baya tadi yang duduk sendirian di sudut ruangan.
"Selamat siang pak, bolehkah kita berbincang bincang sebentar?" tanya Aqmal.
Sebelum menjawab, Pria paro baya itu tersenyum terlebih dahulu, "duduklah nak, tidak usah panggil tuan, panggil paman saja!" sahut pria paro baya itu ramah.
Aqmal baru menyadari jika orang orang seperti sengaja menghindar dari duduk berdekatan dengan pria paro baya itu, entah apa sebab nya.
"Kenalkan, nama saya Aqmal paman!" ucap Aqmal mengulurkan tangan nya pada orang tua itu.
"Panggil saja paman Arun, duduk lah anak muda hebat!" Pria paro baya itu mempersilahkan Aqmal duduk.
Pria itu ingin memesankan makanan untuk Aqmal, namun Aqmal menolak nya, karena Lisa sudah memesankan untuk nya.
"Kau dari Klan mana anak muda?" tanya paman Arun menatap ke wajah Aqmal.
"Maksud paman?" ....
"Nak Aqmal berasal dari Klan mana?" ulang paman Arun.
"Saya tidak punya keluarga paman, ayah saya tukang cari kayu bakar yang sudah tua, sedangkan ibu saya tukang pijat, kedua dua nya sudah meninggal tiga tahun yang lalu" ucap Aqmal.
Mata pria itu terbelalak mendengar cerita dari Aqmal itu, "aku tidak tahu dari mana kau mendapatkan pengetahuan kultivasi mu, tetapi dengan ke adaan mu sekarang ini, kau dalam masalah bahaya yang besar anak muda, datanglah ke tempat ku, kita bicara lebih banyak!" ujar pria paro baya itu menyerahkan sebuah kartu nama kepada Aqmal.
"Bahaya apa paman?" tanya Aqmal merasa heran.
"Aku tidak bisa bicara banyak ditempat ini, datang saja ke alamat itu, akan ku jelaskan semua nya!" ujar pria paro baya itu.
Aqmal menyimpan kartu nama pria paro baya itu ke saku celana nya, lalu mohon diri menemui teman teman nya lagi.
Lisa diam, sedikit membelakangi Aqmal yang duduk di tempat duduk nya tadi.
"Sudah makan Lis?" tanya Aqmal pada Lisa, melihat makanan nya tidak disentuh oleh gadis itu. Tetapi gadis bunga kecantikan sekolah itu hanya diam, tanpa menjawab.
"Marah?" tanya Aqmal.
Lisa masih diam membisu, tanpa reaksi apa apa.
Tiba-tiba entah keberanian yang datang dari mana, Aqmal merangkul perut Lisa dari belakang.
Semua teman teman nya tersentak kaget melihat sikap berani Aqmal, mereka mengira pemuda itu paling tidak akan menerima caci maki dari Lisa, kalau tidak bogem mentah nya yang melayang.
Namun kejutan belum berakhir, gadis itu malah menyandarkan tubuh nya pada Aqmal.
"Marah?" ulang Aqmal bertanya.
Lisa tidak menjawab, hanya menggelengkan kepala nya saja, "tidak!, apa Lisa bisa marah sama Aqmal?, Lisa hanya tidak suka cara Aqmal, janji nya sebentar, tau nya lama" omel dara itu manyun.
Aqmal meletakan dagu nya di pundak Lisa yang sedang menyandarkan tubuh nya di dada Aqmal, hingga pipi kedua nya bersentuhan. Kedua tangan Lisa justru memeluk kedua tangan Aqmal yang sedang memeluk perut nya.
"Kok tidak makan?" tanya Aqmal.
"Nungguin Aqmal makan!" jawab gadis itu manja. Hilang sifat dingin yang biasa mendominasi.
"Makan lah!" kata Aqmal.
"Lisa pesan untuk kita, kalau Aqmal tidak makan, untuk apa juga Lisa makan!" jawab gadis itu lagi.
"Ayolah makan!" ajak Aqmal.
Sepasang remaja itupun makan, menyusul teman teman mereka yang sudah terlebih dahulu makan.
"Mal!, coba 'aaaaa!" Lisa menjulurkan sendok nya ke arah mulut Aqmal, yang terpaksa membuka mulut nya karena takut gadis itu tersinggung, lalu marah marah kembali.
"Aduuuuh sweet nya, jadi meleleh deh diri ku!" ucap Yurike.
"Heh Man, suapin juga tuh Yury, dia kepengen juga!" kata Lisa tertawa geli.
"Ist!, enggak ah, mau sama Aqmal aja!" goda Yurike.
Mata Lisa melotot, menatap kearah Yurike, "mau ku gorok beneran leher mu ya?" ....
"Ist!, si non, sadis banget!"ujar Yurike bergidik.
"Lha iya lah, berani menyentuh milik ku, berarti berani mati, aku jarang menginginkan kan sesuatu, tetapi sekali aku menginginkan nya, sampai mati akan ku kejar, aku tidak perduli siapapun, aku harus memiliki nya!" ucap Lisa.
"Mau ku suapin?" tanya Eman pada Yurike.
"Kau harus bisa meyakinkan aku, jika kau itu serius, baru boleh suap suapan kaya mereka berdua!" kata Yurike.
"Kalau begitu aku saja deh yang disuapin sama si Sam!" kata Joice sengaja berlagak centil menatap wajah Samsul sambil mengedip ngedip kan mata nya.
Namun di tanggapi oleh Samsul dengan menyuapi Gadis cantik berkulit putih dengan rambut cepak itu.
Aqmal tersadar, menatap kearah pria paro baya tadi, namun pria itu sudah tidak terlihat lagi.
Setelah selesai makan, Lisa membayar semua nya, mereka segera berlalu kembali kesekolah.
Disekolah, karena masih belum aktif belajar, murid murid acara bebas asal tidak keluar dari lingkungan sekolah.
Seperti biasa nya Aqmal dan Eman duduk di belakang sekolah, dibawah pohon Trembesi tua yang tumbuh rindang di tepi kolam.
Namun kali ini ada Samsul, Lisa, Yurike, dan Joice yang menemani mereka, namun berpasang pasangan.
Seorang dara cantik menatap kearah mereka dengan mata berkilat penuh kebencian.
"Huh!, play boy cap Terasi!, aku muak melihat tingkah kalian!" ucap gadis itu mengomel sendirian.
"Sudahlah Cia!, ikhlas kan saja, sudah jadi milik nya bunga kecantikan sekolah, lagi pula siapa yang mampu menolak pesona sang bunga kecantikan sekolah itu, jangankan yang waras, orang gila saja bisa mabok kepayang karena kecantikan nya" kata Norelia menghibur sahabat nya itu.
"Lagi pula, bukankah dulu kau menolak nya dan menghina diri nya?, ya sekarang di sambar sama bunga kecantikan sekolah, sudah nasip nama nya!" ujar Hilunita menyalahkan Gracia.
"Aduuuuh Nita, gimana ya?, mana semakin hari, pangeran kutub Selatan itu kok semakin tampan saja, aku saja yang awal nya tidak merasa apa apa, kok sekarang jadi kepikiran dia terus!" tambah Norelia sengaja menghasut perasaan sahabat mereka itu.
Di tempat nya, Aqmal masih memikirkan Pria paro baya yang dia temui di restoran tadi, siapa kira kira pria itu, lalu kenapa semula dia sangat jelas merasakan kalau pria itu seorang kultivator ranah Knight gate (gerbang ksatria) tingkat menengah, Klan?, lalu tiba tiba lenyap begitu saja, lalu Klan, klan apa yang beliau maksud kan?, apa ada kultivator lain selain diri nya di Bumi ini?.
Lalu, bahaya?, bahaya apa yang dimaksudkan oleh paman tidi?, apakah kultivator di Bumi ini juga saling membunuh seperti cerita cerita novel online itu?.
Aqmal menggelengkan kepala nya yang terasa berdenyut, terlalu banyak pertanyaan yang tidak punya jawaban.
Lisa yang melihat perubahan sikap Aqmal yang memijat kepala nya, segera meraih kepala pemuda itu, menyandarkan wajah Aqmal di dada nya, lalu memijat kepala pemuda itu dengan kedua tangan nya.
"Waaaoooo mujur banget nasib si Aqmal, menang dua kali tuh anak, sudah dipijitin, dapat bantal empuk sebesar itu!" gumam Samsul, namun terlalu nyaring, membuat yang lain nya mendengarkan.
"Sam!, sini ta pijatin kaya Aqmal, punya ku tidak kalah besar sama punya Lisa kok!" celetuk Joice meraih kepala Samsul merapatkan kedada nya Sabil dipijit pijit juga.
Eman dan Yurike yang melihat ulah dua pasang anak muda itu hanya saling pandang saja, lalu mengalihkan tatapan mata mereka kearah lain dengan wajah memerah.
"Gak papa Yuri, toh nanti Eman juga yang akan memakan nya" kata Joice tertawa terbahak bahak melihat tingkah Yurike dan Eman.
"Enggak, takut aku, nanti di sedot sama si Eman beneran, bisa bisa dower punya ku!" tolak Yurike dengan muka memerah.
"Oh!, emang aku sedoyan itu?" bantah Eman.
Hanya Aqmal yang masih terdiam, memikirkan apa yang dikatakan oleh paman Arun tadi.
...****************...