Minamoto Haruki adalah seorang pemuda yang hancur. Kebahagiaan dan kehidupannya porak-poranda ketika kekasihnya, Yoshimoto Sakura, tewas dalam sebuah kecelakaan tragis. Diliputi penyesalan dan keputusasaan, Haruki hanya bisa berharap bisa kembali ke masa lalu dan mengubah takdir kelam itu.
Ajaibnya, harapan Haruki terkabul. Ia terbangun dan menemukan dirinya kembali ke masa lalu, tepat satu tahun sebelum tragedi terjadi. Di sinilah, di hari pertamanya di tahun ketiga SMA, ia bertemu kembali dengan Sakura yang masih hidup dan ceria, serta temannya yang protektif, Yoshida Hana.
Dengan kesempatan kedua di tangannya, Haruki bersumpah akan melindungi Sakura dan mengubah masa depan mereka. Namun, ia segera menyadari bahwa mengubah takdir tidak semudah yang ia bayangkan. Ada detail-detail kecil yang berbeda, interaksi yang tak sama, dan rahasia yang belum terungkap.
Ikuti kisahnya di "Two Promise"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulis Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.7 - Hati yang (mulai) bergerak
Perkenalkan, namaku Yoshida Hana. Aku adalah teman terdekatnya Yoshimoto Sakura.
Aku bertemu pertama kali dengannya, adalah saat tahun pertama di SMP. Saat itu, aku melihatnya sebagai seorang gadis yang baik.
Bukan tanpa alasan, dia selalu tersenyum dan baik kepada orang yang bahkan tak ia kenal.
Aku bersyukur dapat bertemu dengannya. Dia adalah orang yang aku sayangi.
[25 April — 2015]
[•] Sekolah
"Hana-chan!" Sakura memanggilku dari belakang. Dia berlari dengan tersenyum sambil melambaikan tangannya, saat memanggilku.
"Ada apa, Sakura?"
"Selamat pagi... Hana-chan," ucapnya dengan senyum seperti biasa.
"Selamat pagi, Sakura," balasku. "Bagaimana? Sudah ketemu tempat yang cocok untuk liburan nanti?"
"Belum... Hana-chan, aku masih bingung tentang lokasinya," jawabnya dengan wajah murung. "Bagaimana ini... Hana-chan, aku tidak punya ide sama sekali."
Dia malah menangis. "Sudahlah Sakura, jangan menangis... aku akan membantumu menemukan tempatnya. Bagaimana?"
"Sungguh!" sahut Sakura dengan senyum antusias di wajahnya.
"Sebelum itu, kita harus bicarakan ini dengan mereka berdua dulu, Sakura," balasku.
Aku, Sakura, dan Haruki serta Megumi, kami berempat sedang merencanakan liburan bersama pada saat libur Golden Week.
"Ayo! masuk ke dalam kelas, Sakura."
"Ayo, Hana-chan!"
...Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω...
[•] Kelas
Aku dan Sakura telah sampai di dalam kelas. Saat sampai di kelas, aku melihat Megumi dan Haruki datang lebih dulu.
"Eh, Kamihara-san, Minamoto-kun, tumben sekali kalian berdua datang lebih dulu."
"Kebetulan saja kok, Yoshida-san," balas Haruki.
"Oh ya, Minamoto... apa kau punya saran tempat untuk liburan kita?" tanya Sakura, dengan sedikit mengeraskan suaranya.
"Maaf ya Yoshimoto-san, aku masih belum punya saran untukmu," jawab Haruki, menggaruk belakang kepala. "Kalau kau... sudah menemukannya, Yoshimoto-san?"
"Belum Minamoto," jawab Sakura, tertawa kecil.
"Kalau kau, Kamihara-san?" tanyaku.
"Aku juga masih belum menemukan tempat yang cocok Yoshida-san, maaf ya..." jawabnya.
"Kalau seperti ini, kita harus mendiskusikannya lagi saat istirahat ya, semuanya..." ujarku sambil tersenyum.
Semuanya mengangguk, setuju dengan tawaranku untuk mendiskusikannya kembali.
Setelah itu, beberapa jam pun telah terlewati, waktu istirahat pun telah tiba. Kami berempat pergi ke kantin bersama untuk mendiskusikan rencana liburan bersama.
[•] Kantin
Kami berempat sedang berada di kantin.
"Minamoto-kun, bagaimana kalau ke Kyoto? di sana kan banyak tempat wisata," usul saranku.
"Kyoto ya... tempat yang bagus, yang lain bagaimana? setuju atau tidak?" ujar Haruki.
"Aku setuju, Haruki," balas Megumi.
"Aku juga Minamoto," ucap Sakura.
"Yosh, kalau begitu sudah ditentukan..." seru Haruki. "Liburan kita kali ini adalah... pergi ke Kyoto!"
Sakura menoleh sambil tersenyum ke arahku. "Apa kamu ada saran tempat yang bagus di Kyoto, Hana-chan?"
"Untuk tempatnya sih... aku belum tahu, Sakura," jawabku. "Tetapi, aku akan berusaha mencarikan tempat yang bagus."
"Terima kasih, Hana-chan," Sakura tersenyum lebih lebar dan tulus dari biasanya.
Sepertinya, aku sangat menantikan Golden Week kali ini.
...Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω...
[Beberapa jam kemudian]
[•] Perjalanan pulang
Seperti biasanya, aku dan Sakura berjalan pulang bersama ke rumah.
"Hana-chan, Hana-chan!"
"Ada apa, Sakura?"
Bahkan hingga hari ini pun, aku mulai menyadari satu hal yang telah berubah darimu, sejak saat itu...
"Bagaimana kalau besok kita ketemuan di taman, berdua. Untuk menentukan tempat liburan kita bersama," jawab Sakura.
Sakura, saat ini senyuman dirimu mulai terlihat lebih tulus dari biasanya. Semakin lama, semakin banyak kepalsuan yang hilang dalam senyumanmu itu.
"Boleh tuh, kita berdua menentukannya bersama-sama," ucapku sambil tersenyum.
"Oh ya, Sakura!"
Sakura menoleh ke arahku. "Ada apa, Hana-chan?"
"Apa benar, dia adalah Minamoto Haruki yang kau ceritakan waktu itu, Sakura? saat kau—"
Tiba-tiba Sakura menghentikan langkahnya, lalu membungkam mulutku.
"Bisakah kau berhenti bicara seperti itu, Hana-chan..." ucapnya dengan tatapan tajam seolah sedang mengintimidasiku. "Aku tak ingin ada orang lain yang mengetahuinya."
Setelah berkata seperti itu, Sakura melepaskan tangannya dari mulutku.
Sesaat, aku melihat sesuatu yang berbeda dari tatapan matanya. Sakura, ternyata kau masih belum juga...
"Baiklah Sakura, aku akan berhenti berkata seperti itu lagi."
Sakura melanjutkan langkah kakinya, wajahnya kembali tersenyum seperti biasanya.
"Hana-chan... aku yakin, kalau Minamoto Haruki adalah orang yang sama seperti saat di—" Sakura berhenti melanjutkan perkataannya. Kepalanya sedikit menunduk, wajahnya terlihat agak murung.
"Sakura... aku akan selalu mendukungmu, apa pun yang terjadi," ucapku padanya. "Aku berjanji, walaupun itu berarti aku bisa menjadi orang yang kau benci."
Setelah itu, aku dan Sakura tak lagi berbicara satu sama lain, sampai kami kembali ke rumah kami masing-masing.
Aku sangat menantikan hari esok di mana aku dapat bertemu denganmu kembali, Sakura.
[•] Kediaman keluarga Yoshida
"Aku pulang!" ucapku ketika sampai di dalam rumah.
"Selamat datang, Hana," ucap Ayahku.
"Ayah... kau pulang lebih cepat dari biasanya."
"Hari ini pekerjaan ayah selesai lebih cepat dari biasanya, jadi ayah bisa pulang lebih cepat," jawab Ayahku.
"Oh ya, Ibu di mana, Ayah?" tanyaku.
"Ibu sedang memasak di dapur..." jawab Ayahku. "Bagaimana kalau kau membantunya, Hana."
Aku pun bergegas kembali ke kamar untuk meletakkan tas yang kubawa ke sekolah.
Setelah itu, aku langsung melangkah ke dapur untuk membantu Ibuku menyiapkan makan malam.
Kemudian, aku, Ayah, dan Ibuku, kami bertiga makan malam bersama setelah beberapa hari tak makan bersama seperti saat ini.
...Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω Ω...
[Di saat yang sama]
[•] Kediaman keluarga Yoshimoto
*POV Sakura
Ketika sampai di depan pintu rumah, aku langsung menggenggam gagang pintu yang dingin itu. Berharap malam ini dapat lebih baik dari sebelumnya.
Saat kubuka pintu, tak terlihat satu pun cahaya dari dalam rumah. "Ah... sepertinya Ibu lupa menyalakan lampu saat sore hari," begitu pikirku.
Saat melangkah masuk ke dalam rumah, suasana gelap seolah sedang menantiku.
"Aku pulang..." ucapku dengan suara agak dikeraskan, saat melangkah masuk.
Aku langsung menyalakan lampu rumah, lalu lanjut melangkah menuju kamarku.
Ketika aku sedang berjalan, Akari menarik kain seragamku. "Kak, sepertinya Ibu akan pulang telat lagi."
Aku pun berbalik, melihat wajah Akari yang murung. "Nanti Kakak akan buatkan kamu makanan... tapi kamu harus bantu kakak ya, Akari."
Akari mengangguk kecil, kemudian ia melepaskan genggaman tangannya yang menarik kain seragamku.
Aku pun berjalan ke kamarku untuk berganti pakaian.
[•] Kamar
Ketika sampai di dalam kamarku, aku langsung melempar tas yang kubawa. Kemudian, aku langsung mengganti pakaianku.
"Besok..."
Besok aku akan bertemu dengan Hana di taman. Tetapi, aku tidak bisa meninggalkan Akari sendirian.
—Apa yang harus aku lakukan?
Kemudian terlintas di dalam pikiranku, wajah Minamoto Haruki.
Saat itu juga aku mengingat kembali perkataan Hana saat di perjalanan pulang.
Minamoto Haruki, dia adalah orang yang masih belum aku mengerti hingga saat ini. Namun kenapa pada saat itu—
"Minamoto... kau adalah orang yang sulit dimengerti ya..."
Namun, dia tetap tersenyum dan tidak menanyakan alasanku berbicara padanya saat hari itu.
Awalnya, aku berbicara dengannya hanya untuk menemani dirinya yang kesepian saat kelas 1 dan 2.
Tetapi saat ini, aku merasakan bahwa aku mirip dengannya. Tatapan matanya yang seolah berkata "Aku ada di sini untukmu" telah berhasil merubah hidupku, sedikit demi sedikit.
Serta, perasaanku yang awalnya merasa kasihan dengannya, kini telah berubah menjadi ingin menjadi temannya sampai kapan pun.
Bukti bahwa hatiku dapat berubah ini, adalah karena kehangatan yang kurasakan saat berada di dekatmu dan yang lainnya.
"Minamoto Haruki... terima kasih karena sudah menerimaku sebagai temanmu."
Aku berjanji, akan selalu menjadi temanmu, hingga hari itu tiba...
Bersambung....