Aku seorang gelandangan dan sebatang kara, yang hidupnya terlunta-lunta di jalanan, setelah ibuku meninggal, hidup yang penuh dengan kehinaan ini aku nikmati setiap hari, terkadang aku mengkhayalkan diriku yang tiba-tiba menjadi orang kaya, namun kenyataan selalu menyadarkanku, bahwa memang aku hanya bisa bermimpi untuk hidup yang layak.
Namun di suatu siang bolong, saat aku hendak menata bantal kusam ku, untuk bermimpi indah tiba-tiba, ada segerombolan pria berpakaian rapi, mereka menyeretku paksa, tentu saja hal seperti ini sudah biasa, aku kira aku kena razia lagi.
Dan ternyata aku salah, aku dibawa ke rumah yang megah dan di dudukan di sofa mewah berlapis emas, karena terlalu fokus pada kemewahan rumah itu.
Tiba-tiba saja aku adalah anaknya, dan besok aku harus menikah dengan duda beranak satu yang tak bisa bicara, untuk menggantikan kakakku yang kabur.
Ayo baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Alfredo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Cemburu
" Kau hari ini manis sekali, apa ada yang kau mau?" tanya Vania curiga.
" Tidak Ma, Mama suka apa ya?,barang kali mama ada ingin sesuatu, bisakah katakan pada Lenard?" ujar Lenard dengan sorot mata tak tenang, karena takut tidak berhasil.
" Mama paling suka kamu!" ujar Vania sambil menoel hidung Lenard.
" Sungguh?" Lenard tampak senang dan puas dengan itu, namun dia tersadar bukan itu jawaban yang dia mau.
" Ehem, ehem maksudnya barang Lenard kan mama bukan barang ." Lenard membujuk mamanya dengan sangat keras.
" Apa ya, tapi mama ingin beli beberapa ikat rambut, atau hiasan kepala, besok deh mama mau pergi, apa kah mau Lenard ikut?" tanya Vania.
" Mau, eh tidak, ehmmm ... Lenard ada janji kalau besok maaf ya ma." Ujar Lenard.
" Janji?, dengan siapa Lenard?" tanya Vania penasaran.
" Ehm, dengan Uncle iya dengan uncle ma, aduh mah Lenard ngantuk ayo peluk Lenard." ujar Lenard mengalihkan topik.
Vania pun memeluk putra kesayangannya itu,
hari ini Lenard sangat aneh, namun Vania juga tidak begitu curiga, mungkin anaknya itu belum mau cerita, jadi Vania tidak akan memaksa anak itu untuk menceritakan apa ya ng sebeneranya dia sembunyikan.
Vania pun ikut terlelap setelah Lenard tidur nyenyak dalam pelukannya.
Keesokan paginya saat bangun Lenard sudah tidak ada di pelukannya lagi.
Vania berpikir mungkin putranya sedang bersama Charles yang katanya punya janji sama Lenard.
Vania segera mandi dan keluar sarapan.
" Pagi Bu ..." sapa Vania pada mertuanya.
" Pagi menantuku, ayo kamu cepat makan yang banyak." Mutia selalu memperlakukan menantunya dengan baik, sejak awal datang hingga sekarang Mutia tidak pernah berubah.
Vania tidak tahu sebenarnya kebaikan mertuanya itu tulus atau karena ada sesuatu yang mertuanya inginkan.
Setelah sarapan Vania berjalan-jalan di taman untuk memperlancar pencernaannya, Vania naik ke atas pohon untuk menikmati suasana pagi.
" Eh Iya, hari ini aku mau beli ikat rambut, sekalian mau cari hadiah buat Tuan Luwis saja deh." Gumam Vania.
Karena Vania sudah punya banyak uang, sepatutnya dia membalas kebaikan Luwis saat dulu dia menggelandang, jadi itu rasanya sudah lega.
Vania pun segera turun dan pergi mencari Pak Amron.
" Pak, anterin saya ke Mall pak." pinta Vania.
" Dengan senang hati nyonya." Pak Amron segera membuka pintu mobil untuk Vania.
Mereka pun segera berangkat dengan pak amron ke Mall.
Setelah sampai Vania pun segera menuju tempat assesoris lebih dahulu untuk membeli jedai, ikat rambut dan lain-lain.
" Mohon maaf tuan ada yang bisa saya bantu?"
" Sssttttt, diamlah aku sedang membuntuti istriku." Rupanya Divon dan Lenard diam - diam mengikuti Vania masuk ke mall dengan menyamar dan memakai masker.
" Oh baik saya kira anda bingung, hehehe." ujar seorang pelayan toko.
" Tunggu, tunggu mbak, tolong mbak carikan barang yang paling bagus dan mahal." Ujar Divon.
" Oh baik." Ya tentu saja pelayan toko itu rasanya seperti dapat durian runtuh, karena semua yang direkomendasikan pelayan itu langsung di suruh bungkus oleh Divon.
" Papah, mama kemana kok hilang, papa jangan fokus belanja terus." Ujar Lenard pada papahnya sambil celingukan mencari sesosok Vania.
Rupanya Vania pindah ke aksesoris kusus pria.
Vania melihat-lihat dasi, sabuk dan juga topi.
" Untuk siapa ya pah, jangan -jangan mama mau kasih papah." ujar Lenard tampak senang.
" Ya tidak buruk." ujar Divon dengan wajah bodo amat nya itu karena sangat gengsi.
Sampai selesai berbelanja pun mereka berdua terus mengamati dan membuntuti Vania.
Namun Lenard terkejut karena melihat Charles berpapasan dengan Vania.
" Mampus." Ujar Lenard terkejut.
" Nyonya ..." Sapa Charles pada Vania.
"Loh, mana Lenard?" tanya Vania.
" Le-lenard?" Charles kebingungan.
" Katanya Lenarda ada janji sama kamu, ya kalau tahu sama-sama ke mall kan tahu gitu kita pergi bersama to." Ujar Vania.
Charles masih mencoba berpikir keras sekali, namun. dia melihat ada sepasang manusia aneh yang menggunakan masker terlalu jelas dengan penyamaran mereka.
" Oh iya tadi sudah sekarang dengan ayahnya." Ujar Charles berbohong.
Sambil sedikit tertawa melihat dua orang aneh yang sangat jelas identitasnya di mata Charles
" Oh begitu ya, baiklah kalau begitu aku duluan ya Tuan." Ujar Vania segera pergi.
Dua orang aneh itu mendekati Charles.
" Sialan hampir saja ketahuan." Ujar Divon.
" Kalian kenapa harus sembunyi-sembunyi?" tanya Charles.
" Uncle kita sedang mengikuti mama, papa mau minta maaf." Jawab Lenard
" Kalau begitu aku ikut." Charles segera membeli peralatan untuk menyamar.
sepanjang perjalanan Divon bersenandung dan tampak bahagia, sampai Charles dan Lenard kebingungan dengan mood Divon detik itu juga.
" Ada apa dengan papamu?" tanya Charles.
" Mama membelikan hadiah untuk papa." ujar Lenard sangat senang.
" Eh kabar baik ini, jangan marahan lagi ya." ujar Charles.
" Eh ini bukankah jalan ke taman safari?" tanya Charles terkejut.
" Benar, ..." Divon langsung tampak kesal setengah mati.
Tiba tiba suasana tampak tertekan semua diam Divon segera turun dari mobil dan segera mengikuti langkah kaki Vania.
Rupanya benar Vania menemui Luis betapa menyebalkannya itu Vania memberikan hadiah yang dipilihnya tadi dan yang dia kira itu untuknya, rupanya untuk Luis si anak mama itu.
"Divon, ..." Charles dan Lenard sudah berada di belakangnya.
" Lihat wanita itu, katanya tidak ada hubungan tapi kenapa memberikan hadiah mahal." Divon sudah menggertakkan giginya sangat marah.
" Tenanglah, mungkin hubungan mereka tidak seperti yang kau pikirkan." Ujar Charles.
" Papah itu kah yang papah ceritakan kemarin?" tanya Lenard.
" Ya Lenard." jawab Divon dengan wajah membaranya.
" Mama ... " teriak Lenard.
Vania sangat terkejut melihat anak dan suaminya berada di hadapannya, rasanya dia seperti ketahuan selingkuh.
" Lenard ." Ujar ibunya memanggil.
" Mama jahat pada papah!" teriak Lenard segera pergi berlari berlawan arah, Charles langsung menyusul Lenard.
Sementara Divon segera menyusul Charles dan Lenard.
" Haduh, tuan maaf ya aku harus mengejar mereka ini hadiah kecil dari saya saya permisi." Vania segera mengejar mereka bertiga ke parkiran.
" Suamiku, Lenard tunggy!" teriak Vania.
Namu mereka segera masuk mobil dan gas begitu saja.
" Nyonya kenapa?" tanya Pak Amron ikut panik.
" Pak ikuti mereka." teriak Vania.
dengan sangat gercep pak Amron segera mengejar mobil itu sampailah mereka di sebuah rumah.
Vania ikut menerobos masuk ke saat saat akan ditutup.
" Suamiku, Lenard tolong aku mau bicara." Ujar Vania yang pokoknya dihatinya itu harus segera meluruskan.
"Nyonya anda tolong beri waktu Divon sebentar." ujar Charles.
Namun Vania tidak menggubris sama sekali ucapan Charles, Vania terus menerobos masuk kediaman Charles yang sangat sepi.
" Aku tidak ada hubungan apapun sungguh dengan Tuan Luis." Teriak Vania.
Divon langsung menghentikan langkahnya, namun dia seketika menaikan kedua bahunya.
dan lanjut berjalan lagi,
" Kenapa kau sangat tidak bermoral, kenapa tidak mau menoleh kebelakang, aku tahu kau membenciku, kau sedang mengumpulkan kesalahan-kesalahanku untuk membuang ku kan, makanya kau menyepelekan ku, kalau mau bercerai kita cerai sekarang!" Teriak Vania dengan lantang.
Divon menoleh ke belakang.
" Aku tidak akan pernah menceraikanmu sampai mati!" Divon langsung menutup mulutnya, karena tersadar dia kelepasan bicara.