Entah ini mimpi atau nyata, namun Jenny benar-benar merasakannya. Ketika dia baru saja masuk ke dalam rumah suaminya setelah dia menikah beberapa jam lalu. Jenny harus dihadapkan dengan sikap asli suaminya yang ternyata tidak benar-benar menerima dia dalam perjodohan ini.
"Aku menikahimu hanya karena aku membutuhkan sosok Ibu pengganti untuk anakku. Jadi, jangan harap aku melakukan lebih dari itu. Kau hanya seorang pengasuh yang berkedok sebagai istriku"
Kalimat yang begitu mengejutkan keluar dari pria yang baru Jenny nikahi. Entah bagaimana hidup dia kedepannya setelah ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampir Bertemu
Tubuh Erina mematung melihat itu, dia menoleh ke arah kamar Hildan. Dia ingin berlari dari dalam rumah ini saat dia sadar jika Hildan tidak mungkin membiarkan dirinya bebas begitu saja disaat dia sudah menemukan bukti yang kuat.
Namun ketika Erina keluar dari rumah Hildan, mobil polisi datang dan dia benar-benar tidak bisa menghindar lagi.
Hildan membuka tirai jendela kamarnya dan melihat bagaimana Erina yang mencoba berontak ketika polisi membawanya ke dalam mobil mereka. Bahkan Hildan masih memegang ponselnya setelah dia menghubungi polisi dan mengatakan jika Erina berada disini.
Zaina aku sudah memberikan keadilan atas kepergianmu yang ternyata memang ulah dari Kakak yang kamu sayangi selama ini. Tenang dan bahagialah disana, biarkan aku yang menjaga anak kita disini. Do'akan aku bisa mendapatkan kembali Jenny.
Hanya itu harapan Hildan saat ini, dia hanya ingin bisa mendapatkan kembali Jenny. Meski dia tahu jika hal itu tidak akan mudah dia lakukan. Namun Hildan akan tetap berusaha untuk bisa mendapatkan kembali Jenny.
Hildan berjalan ke arah tempat tidur, dia mengambil sebuah foto di atas nakas dan melihat foto Jenny yang tersenyum begitu cerah ketika hari pernikahan mereka. Namun sayang, karena di foto itu Hildan terlihat tidak bahagia. DIa menampilkan wajah datar dan dinginnya itu.
"Aku tahu kamu marah dan sedang menghukum aku saat ini. Tapi biarkan aku yang berjuang dan berusaha untuk menemukan kamu dan membawa kamu kembali padaku"
Jari Hildan mengelus bagian foto Jenny, matanya berkaca-kaca saat dia ingat jika senyuman ceria itu lenyap seketika saat Jenny sudah bersamanya. Yang ada hanya tatapan penuh ketakutan yang Hildan lihat.
Maafkan aku, Jenny.
Tatapan penuh ketakutan itu kembali terlintas dalam ingatan Hildan. Bagaimana dia dengan tega menyiksa Jenny hingga gadis itu selalu ketakutan setiap bertatap dengannya.
"Aku berjanji akan membuat kamu bahagia jika nanti kamu kembali padaku Jenny. Aku minta maaf atas semua kesalahan yang aku perbuat padamu"
Sebuah penyesalan memang terjadi di akhir cerita. Namun kenapa Hildan merasa sangat tersiksa dengan penyesalan yang ada. Bagaimana Hildan yang semakin hari semakin tersiksa karena penyesalan yang ada. Ketika semua bayangan tentang Jenny semakin membuatnya tersiksa.
Hildan kembali ke rumah orang tuanya untuk melihat keadaan anaknya.Namun ketika dia sampai di rumah dia melihat ada beberapa orang disana. Ketika Hildan masuk ke dalam rumah. dia melihat kedua orang tua Erina ada disini. Hildan tetap bersikap sopan dan menyalami mantan mertuanya itu.
"Hildan, kedua orang tua Zaina datang kesini karena mereka ingin mempertanyakan kenapa kamu sampai memasukan Erina ke penjara? Memangnya ada masalah apa ini, Hildan?" tanya Papa dengan bingung
"Erina yang menyebabkan Zaina meninggal dan dia mencoba menipuku dengan memberikan surat palsu yang dia katakan itu adalah surat terakhir dari Zaina. Dia menginginkan aku untuk menikahinya, padahal jelas aku tidak pernah mencintainya"
"Tidak mungkin! Erina sangat menyayangi adiknya, tidak mungkin jika dia melakukan hal sekeji itu"
Hildan tahu bagaimana perasaan kedua orang tua Erina saat ini. Namun dia tetap harus memberi tahu bagaimana sifat anaknya yang asli. Hildan membuka ponselnya dan menunjukan rekaman cctv itu, dimana kejahatan Erina tertangkap kamera cctv.
Tentu kedua orang tua Erina terkejut melihat itu. Selama 6 tahun lamanya, mereka baru mengetahui jika anak sulungnya yang menyebabkan putri kedua mereka tidak bisa bertahan dan akhirnya meninggal dunia. Mungkin jika saat itu Erina tidak melepaskan selang oksigen Zaina, bisa saja Zaina akan bertahan sampai saat ini. Tapi memang Erina yang menginginkan adiknya meninggal hanya karena dia yang menyukai Hildan dan ingin menikah dengan Hildan. Obsesinya telah membuat Erina melakukan segala macam cara.
######
Setelah satu bulan berlalu, tiba-tiba Ibu melihat perubahan dalam diri anaknya. Insting seorang Ibu yang seolah tidak pernah salah. Apalagi ketika pagi ini denga tiba-tiba Jenny muntah-muntah dan wajahnya yang terlihat sangat pucat.
"Jenny, apa kamu telat datang bulan?"
Pertanyaan Ibu malah membuat Jenny bingung. Dia memang telat datang bulan, tapi terkadang memang suka seperti itu ketika hormon dalam tubuhnya tidak stabil.
"Kan Jenny biasa telat datang bulan kalau sedang stres dan kacapean Bu.Jadi tidak papa"
Ibu menghela nafas pelan, dia mengelus tangan anaknya yang berada di atas meja makan. "Semoga memang hanya telat biasa ya Nak"
Jenny hanya mengangguk saja dengan meminum teh hijau hangat yang dibuatkan oleh Ibunya. "Aku akan pergi ke toko sekarang, sudah lama tidak mengecek too bunga dan sekarang kebetulan suppaiyer bunga datang hari ini untuk memberikan sample bunga baru yang dia tanam di perkebunannya"
"Yaudah, kamu hati-hati ya dan jangan kecapean"
"Iya Bu"
Jenny berangkat ke toko bunga dengan mengemudi mobilnya sendiri. Dia ingin kembali menjalani aktivitasnya, tanpa harus terus mengingat tentang Hildan. FIkiran Jenny mengira jika Hildan mungkin sudah menikah dengan Erina sesuai rencananya itu. Karena sejak hari itu dia datang ke rumah Ibu hanya untuk memohon, dan dia tidak pernah datang lagi hingga sekarang. Semua itu membuktikan jika Hildan tidak benar-benar menyesal atas apa yang dia lakukan pada JEnny.
"Mungkin aku tidak boleh untuk terus berharap lebih pada Mas Hildan. Tapi kenapa dia belum juga menggugat cerai aku?"
Jenny jadi bingung sendiri sekarang, dia tidak tahu kenapa Hildan harus menunda perceraian mereka jika dirinya memang tidak pernah mencintainya, apalagi jika dirinya yang sudah menikah dengan Erina.
Ketika Jenny hampir sampai di toko bunga, dia langsung menginjak rem mobilnya dan berhenti jauh dari toko bunga miliknya. Jelas dia melihat mobil suaminya yang terparkir disana. Jenny ingat jika Vania pernah bilang kalau Hildan adalah langganan pembeli bunga di tokonya. Hal itu membuat Jenny membenturkan keningnya ke atas kemudi. Dia mulai sadar jika datang ke toko bunga adalah besar kemungkinan untuk dia bertemu dengan Hildan. Sementara dia saja belum siap untuk bertemu kembali dengan suaminya itu.
"Sepertinya aku harus putar balik dan tidak jadi datang ke toko. Aku benar-benar belum siap untuk bertemu dnegannya"
Tangan Jenny bergetar mencengkram kemudi, jelas trauma dalam dirinya membuat dia takut hanya melihat mobil suaminya saja. Jenny langsung menundukan kepalanya ke bawah kemudi ketika dia melihat Hildan yang keluar dari dalam toko dan masuk ke dalam mobilnya.
Jenny menghela nafas lega saat mobil Hildan sudah pergi, dia tidak jadi putar balik dan kembali melajukan mobilnya ke arah toko. "Tidak mungkin dia kembali lagi ke toko ini, kan sudah membeli bunganya juga. Tapi bunga untuk siapa ya itu? Ahh.. Mungkin untuk Erina, mereka pasti sudah menikah sekarang"
"Ehh Kak datang kesini, bagaimana kabarnya Kak?"
Jenny tersenyum pada pegawainya itu. "Baik Sil, bagaimana keadaan kamu juga? Bagaimana dengan toko?"
"Baik juga Kak"
Bersambung
Kisah Vania judulnya Noda Dan Luka