Winda Hapsari, seorang wanita cantik dan sukses, menjalin hubungan kasih dengan Johan Aditama selama dua tahun.
Sore itu, niatnya untuk memberikan kejutan pada Johan berubah menjadi hancur lebur saat ia memergoki Johan dan Revi berselingkuh di rumah kontrakan teman Johan.
Kejadian tersebut membuka mata Winda akan kepalsuan hubungannya dengan Johan dan Revi yang ternyata selama ini memanfaatkan kebaikannya.
Hancur dan patah hati, Winda bersumpah untuk bangkit dan tidak akan membiarkan pengkhianatan itu menghancurkannya.
Ternyata, takdir berpihak padanya. Ia bertemu dengan seorang laki-laki yang menawarkan pernikahan. Seorang pria yang selama ini tak pernah ia kenal, yang ternyata adalah kakak tiri Johan menawarkan bantuan untuknya membalas dendam.
Pernikahan ini bukan hanya membawa cinta dan kebahagiaan baru dalam hidupnya, tetapi juga menjadi medan pertarungan Winda.
Mampukah Winda meninggalkan luka masa lalunya dan menemukan cinta sejati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
02. Pria asing
“Apa kau sudah puas menangis?”
Suara itu membuat Winda tersentak. Ia menoleh, mendapati seorang pria dengan kaos putih polos, celana jeans biru yang pas di tubuhnya, dan sepatu kets putih bersih duduk dengan wajah angkuh di bangku tak jauh darinya. Rambutnya sedikit berantakan, menambah kesan santai namun tetap terlihat rapi. Wajahnya tampan meskipun datar tanpa ekspresi yang mampu membuat jantung Winda berdebar. Ia terlihat sempurna, bahkan dengan penampilan kasualnya.
“Sejak kapan ada orang di dekatku, kenapa aku tak menyadarinya?” Winda bertanya dalam hati. Sejenak matanya sebagai wanita normal terpesona. Yang ada di hadapannya sungguh makhluk Tuhan yang sempurna. Kelihatan sangat berkelas. Mahal.
“Apa kau tidak tahu? Suara tawamu seperti kuntilanak kesiangan!”
“Kau…!” Ucapan Winda tertahan. Tangannya terkepal geram. Menatap pria yang berbicara tanpa menoleh sedikitpun. Bersedekap. Wajahnya datar tanpa ekspresi, tatapan matanya jauh ke depan.
“Tertawa lalu menangis, lalu tertawa lagi. Kau mirip orang gila!” Lagi-lagi pria itu bicara tanpa menoleh.
Winda benar-benar kesal. Rasanya seperti ingin makan orang. Sudahlah dia sedang kecewa dengan pengkhianatan kekasih bersama sahabatnya, tiba-tiba pria itu muncul dengan suara yang tak enak. Apa tidak ada perumpamaan yang lebih buruk lagi.
Pria itu bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan ke tempat Winda, duduk di bangku sebelah gadis itu tanpa basa-basi. Kembali menyilangkan tangan di dada, dan menatap jauh ke depan.
"Apa kau sedang patah hati? Kekasihmu selingkuh, ya?" Bertanya dengan nada penuh ejekan, suaranya rendah dan tajam, seperti pisau yang membelah keheningan.
Winda mendengus kesal. Ketajaman suara pria itu menusuk telinganya, setajam rasa sakit yang masih bercokol di hatinya. Apalagi tebakan pria itu benar-benar tepat.
Winda menghempaskan punggungnya pada sandaran bangku. Melipat tangan seperti yang dilakukan pria itu. "Itu urusan saya," jawab Winda ketus, berusaha menyembunyikan air mata yang masih membasahi pipinya.
Pria itu mengangkat sebelah alis. "Dan aku juga tidak peduli. Tapi, suara tangismu terdengar seperti simfoni yang menyedihkan. Kau mengganggu ketenanganku.”
Winda mengerutkan dahi. "Lalu, apa urusanmu?"
Pria itu tersenyum tipis, sebuah senyum yang tidak sampai ke matanya, membuat Winda semakin merinding. "Aku bisa membantumu."
Winda mengerutkan dahi. "Membantuku?”
Pria itu menoleh menatap lekat wajah Winda. . "Menikahlah denganku! Dan aku punya cara untuk membuat Johan dan Revi menderita.”
Winda tersentak. "Kau... kau mengenal Johan dan Revi?"
Pria itu tertawa mengejek, suaranya masih tajam, penuh cemooh. “Malang sekali nasibmu. Menghabiskan dua tahun sia-sia untuk orang-orang yang tidak pantas.”
Winda menelisik pria di hadapannya. Siapa sebenarnya pria ini? Kenapa sepertinya pria ini mengetahui hubungan antara dia dan Johan?
“Siapa Kamu sebenarnya?” Winda berusaha menulikan telinganya dari suara sinis pria di hadapannya.
Pria itu menarik napas dalam-dalam, menoleh, menatap lekat ke arah Winda lalu berkata, "Namaku Ardan. Dan ya, aku adalah kakak tiri Johan.
Winda terbelalak. Ia tak pernah mendengar jika Johan memiliki seorang kakak tiri.
“Menikahlah denganku. Aku akan membantumu membalas dendam pada Johan dan Revi. Aku punya cara untuk membuat mereka menderita."
Winda terdiam. Tawaran Ardan sangat mengejutkan. Menikah memang pernah menjadi rencana hidupnya. Tapi bukan dengan orang yang baru dikenal.
“Dengan menikah denganku, kau bisa membuat Johan marah. Atau mungkin cemburu. Apa yang lebih menyakitkan dari melihat orang yang pernah menjadi miliknya menjadi milik musuhnya.”
Winda membenarkan ucapan Ardan. Namun, ia masih ragu. Sepertinya status Ardan tak sesederhana itu. Baginya Ardan adalah sosok misterius. Penampilannya yang kasual mungkin terlihat biasa, tapi tidak di mata Winda. Apakah ini jebakan? Apakah Ardan memiliki motif tersembunyi?
“Selain itu, aku bisa memenuhi semua kebutuhanmu. Walaupun ini hanya sebatas kesepakatan, Aku akan tetap bertanggung jawab atas hidupmu.” Ardan melanjutkan tawarannya.
"Aku… aku perlu waktu untuk berpikir," jawab Winda akhirnya, ia masih belum bisa memutuskan. Mana mungkin ia tiba-tiba menikah dengan orang yang baru saja berjumpa.
Ardan mengangguk. Wajahnya tetap datar. "Aku mengerti. Ambil waktu yang kau butuhkan. Tapi ingat, kesempatan ini mungkin tidak akan datang lagi."
“Aku akan pikirkan.”
“Berikan ponselmu!” Ardan menengadahkan tangan tanpa menoleh. Ia tidak meminta. Itu lebih mirip dengan perintah.
Ardan mengotak-atik ponsel Winda yang kini telah berpindah ke tangannya. Hanya sepersekian detik lalu mengembalikan tanpa menoleh.
"Aku sudah menyimpan kontak ku . Hubungi aku jika kau sudah memutuskan." Ia berdiri, meninggalkan Winda sendirian di bangku taman.
Pikiran Winda campur aduk. Ditatapnya nama kontak yang baru tersimpan di ponselnya, Ardan Bagaskara. Nama yang cukup familiar, tapi dia lupa dimana pernah mendengar nama itu.
Tapi itu tidak penting. Yang ia pikirkan adalah tawaran pria itu. Di satu sisi, ia ingin membalas pengkhianatan Johan. Namun, di sisi lain ia ragu sekaligus takut. Ia bahkan tidak mengenal siapa dan bagaimana Ardan sebelumnya.
***
Kembali ke kontrakan teman Johan.
“Aaarrrghhhh…!” Johan menggeram marah. Pria itu bahkan melempar semua barang yang ada di hadapannya, membuat Revi merasa takut. Ia tak pernah melihat Johan yang seperti itu.
“Sayang, kenapa? Ada apa? Bukankah tidak masalah, jika Winda tahu hubungan kita?” Revi merasa aneh. Bukankah sebelumnya Johan mengatakan kalau sebenarnya ia tidak mencintai Winda?
“ Hraaa…!” Johan berteriak seperti orang kalap. “Tahu apa kau? Kau tidak tahu apapun. Winda sudah tahu semuanya. Sekarang tak ada lagi sumber keuanganku.”
“Dan kamu! Memangnya apa yang bisa kau berikan selain aksi di atas ranjang?” Johan berteriak tepat di depan wajah Revi. Ia marah dan kecewa.
“Kamu? Apa maksudmu, Jo? Jadi selama ini hubungan Kita?” Revi menutup mulutnya dengan telapak tangan. Tak percaya dengan apa yang keluar dari mulut Johan. Wanita itu benar-benar terpukul. Tak menyangka, selama ini kehadirannya di samping Johan tak memiliki arti apapun.
“Sekarang pasti akan sulit membuat Winda percaya lagi padaku. Semua ini gara-gara Kamu!” Johan mencengkeram dagu wanita itu. Wanita itu meringis menahan sakit. Matanya berkaca-kaca.
“Kalau Kamu tidak terus menerus merayuku, aku tak mungkin mengkhianati Winda!” Johan menghempaskan wajah Revi hingga tertoleh ke samping.
“Katakan itu tidak benar, Jo!” Revi menatap mengharap. “Bukankah selama ini kau juga mencintaiku. Kau selalu bilang aku lebih baik dari Winda.” Revi meraih dan menggenggam tangan Johan. Berharap apa yang dia dengar tadi tidaklah benar.
Johan menghempaskan tangan Revi. Berkacak pinggang dan berdecak sinis. “Dasar bodoh!” Johan menoyor kening Revi dengan ujung jari telunjuk. “Apa kau tidak bisa melihat dirimu sendiri? Kau pikir Kau bisa dibandingkan dengan Winda?” Johan tertawa mengejek.
Johan maju membuat Revi memundurkan wajah. “Dengar ya cewek bodoh. Sebrengsek apapun seorang pria, untuk menikah dia akan tetap memilih wanita baik-baik. Bukan piala bergilir sepertimu.”
Revi menggelengkan kepalanya. Kata-kata Johan sungguh melukai hatinya. Tapi... Tidak. Johan tak boleh bersikap seperti itu padanya. Kalau tidak, Winda pasti akan merasa menang.
duh.. kan jadi gatel jariku/CoolGuy/
Ardan yang nyidam
Winda yang mengalami morning sick
lucu banget.....
lanjut ka....