pernahkah kau membayangkan terjebak dalam novel favorit, hanya untuk menyadari bahwa kau adalah tokoh antagonis yang paling tidak berguna, tetapi Thanzi bukan tipe yang pasrah pada takdir apalagi dengan takdir yang di tulis oleh manusia, takdir yang di berikan oleh tuhan saja dia tidak pasrah begitu saja. sebuah kecelakaan konyol yang membuatnya terlempar ke dunia fantasi, dan setelah di pikir-pikir, Thanz memiliki kesempatan untuk mengubah plot cerita dimana para tokoh utama yang terlalu operfower sehingga membawa bencana besar. dia akan memastikan semuanya seimbang meskipun dirinya harus jadi penggangu paling menyebalkan. bisakah satu penjahat figuran ini mengubah jalannya takdir dunia fantasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan Berkelompok
Thanzi telah berada di Kelas S Akademi Ksatria & Sihir Eldoria selama beberapa waktu. Sejak hari pertama ia masuk ke kelas yang berisi para jenius itu, ia memang sudah menjadi anomali. Banyak yang mencibir, meragukan kemampuannya, dan terus-menerus menatapnya dengan curiga. Namun, seiring berjalannya minggu dan bulan, keraguan itu perlahan bergeser menjadi campuran rasa takut dan pengakuan yang enggan. Setiap ujian praktik, setiap sesi latihan, Thanzi selalu menemukan cara untuk membuat orang terpana, atau lebih sering, membuat mereka terkejut dengan caranya yang tidak ortodoks.
Ia tidak lagi diremehkan sebagai "anak bodoh Marquess", melainkan sebagai "Thanzi yang aneh" – seorang siswa tanpa bakat sihir atau fisik yang jelas, namun mampu melakukan hal-hal tak terduga. Reputasinya sebagai dalang di balik insiden aneh di sekitar Akademi juga telah menyebar, meskipun tanpa bukti konkret.
Di balik layar, kemampuan ilusi resonansi Thanzi telah berkembang pesat. Kontrolnya kini semakin sempurna. Ia bisa membuat target merasakan mual, pusing, ketakutan yang tiba-tiba, kebingungan intens, atau bahkan sensasi dingin yang menusuk tulang. Ia juga terus melatih kemampuan bela diri dan ilmu pedangnya di malam hari. Gerakannya, yang dulu kaku dan canggung, kini jauh lebih cepat, lentur, dan efisien. Ia mungkin belum sekuat Elian atau secepat Pangeran Lyra dalam serangan langsung, tetapi setiap gerakan yang ia lakukan memiliki presisi yang menakutkan, seperti pisau yang tajam dan tak terduga. Ini semua berkat pemahamannya yang semakin dalam tentang bagaimana mengintegrasikan resonansi energi ke dalam setiap gerakannya, membuat tubuhnya terasa lebih ringan dan responsif, seolah ia bisa memprediksi gerakan lawan dan bereaksi sepersekian detik lebih cepat.
Pencarian Seruling Giok Hitam juga terus berlangsung, dibantu oleh Reo yang cerdas. Thanzi tahu, artefak itu adalah kunci untuk membuka potensi penuh bakatnya.
Ujian Pertama Tahun Ini: Formasi Tempur
Beberapa hari yang lalu, ujian besar pertama di Kelas S untuk tahun ajaran ini diumumkan: pertarungan berkelompok. Tujuannya adalah menguji koordinasi, strategi, dan kemampuan individu dalam sebuah formasi tempur di bawah tekanan. Kelompok-kelompok telah ditentukan secara acak oleh pihak Akademi, dengan pertimbangan untuk menciptakan dinamika yang menarik.
Jantung Thanzi berdesir samar saat ia melihat daftar nama-nama di kelompoknya:
Kelompok 7:
* Grace, Putri Baron Eldwood (Penyembuh): Gadis cantik berambut perak keemasan dengan mata zamrud, membawa aura kebaikan dan bakat penyembuhan murni. Dia adalah sosok malaikat di mata banyak orang.
* Thanzi, Putra Marquess Aerion (Status: Tidak Diketahui/Pengganggu): Tenang, misterius, dengan bakat ilusi resonansi yang tak terlihat dan kemampuan fisik yang baru berkembang. Dia adalah teka-teki yang berjalan.
* Lord Jasper, Putra Count (Penyihir Api): Pemuda berambut merah dengan temperamen panas, sangat percaya diri dengan sihir apinya yang kuat dan destruktif. Dia selalu menginginkan kemenangan dan pengakuan.
* Lady Seraphina, Putri Marquess (Ksatria Sihir Bumi): Gadis tinggi dengan sikap dingin dan lugas, ahli dalam sihir bumi untuk pertahanan dan tebasan pedang yang presisi. Dia mengandalkan kekuatan murni dan ketangguhan.
Grace ada di kelompokku? Ini adalah kesempatan yang sempurna untukku mengatur alur ceritanya, batin Thanzi, seringai tipis terukir di bibirnya. Dan dua orang lainnya... Jasper dan Seraphina. Mereka berbakat, tapi mungkin agak arogan dan terlalu mengandalkan kekuatan. Ini akan menarik untuk menguji batas kesabaran mereka dan menunjukkan siapa pengatur drama sesungguhnya.
Di sisi lain, Jasper dan Seraphina menatap Thanzi dengan jijik dan kebingungan yang nyata.
"Apa-apaan ini?" keluh Jasper, wajahnya memerah padam. "Kita satu kelompok dengan si Thanzi? Dia tidak punya bakat sihir atau pedang yang layak!"
Seraphina, menyilangkan tangan di dada, menghela napas berat. "Ini pasti kesalahan administratif. Bagaimana mungkin orang sepertinya bisa masuk Kelas S, apalagi satu kelompok dengan kita? Kita akan kalah karena dia."
Grace, yang berdiri di samping mereka, menatap Thanzi dengan senyum tipis yang menenangkan. "Kurasa ini akan menarik," katanya dengan tenang, suaranya lembut, mencoba meredakan ketegangan. "Thanzi memang cerdas. Kita harus mendengarkannya."
Thanzi mendekati kelompoknya, ekspresinya tenang, seolah tidak mendengar cibiran mereka. "Baiklah, mari kita bicarakan strateginya," ujarnya santai, nada suaranya mengandung otoritas yang tak terduga, seolah ia adalah pemimpin alami yang diutus takdir.
Jasper mendengus sinis. "Kau? Memberi strategi? Kau bahkan tidak bisa mengeluarkan mantra yang layak untuk mengalahkan seekor kelinci hutan!"
"Dengar, aku tahu kalian meragukanku," Thanzi memulai, nadanya datar namun ada ketegasan di dalamnya. "Tapi kita satu tim. Jika kita ingin lulus ujian ini dengan nilai terbaik, kita harus bekerja sama. Bakatku mungkin tidak seperti kalian, tapi aku bisa melihat dan melakukan hal-hal yang tidak kalian duga atau lihat." Kata-katanya, meskipun sederhana, memiliki bobot yang membuat Jasper dan Seraphina sedikit terdiam, walau masih diselimuti keraguan.
Strategi dan Detail Pertarungan: Labyrinth Resonansi Mini
Arena pertarungan berkelompok adalah sebuah simulasi hutan lebat dengan beberapa rintangan buatan, diselimuti kabut tipis dan ilusi suara yang menciptakan suasana menipu—sebuah versi mini dari Labyrinth Resonansi yang Thanzi temui sebelumnya. Lawan mereka adalah tim lain yang tidak kalah tangguh, juga terdiri dari siswa elit Kelas S.
Kelompok Lawan (Kelompok 3):
* Sir Gareth, Putra Duke (Ksatria Angin): Seorang ksatria muda bertubuh kekar dan berotot, ahli dalam pertempuran jarak dekat dengan kecepatan luar biasa yang diperkuat sihir angin. Dia adalah lawan yang cepat dan sulit dipukul, selalu mengandalkan kecepatan dan serangan cepat.
* Lady Isolde, Putri Baron (Penyihir Ilusi): Seorang penyihir cerdas dengan bakat ilusi yang kuat, mampu menciptakan bayangan dan mengganggu persepsi lawan. Dia adalah ancaman di belakang garis depan, master manipulasi visual.
* Lord Roric, Putra Count (Penyihir Petir): Penyihir agresif yang mengandalkan serangan kilat cepat dan kuat. Dia adalah ancaman serangan jarak jauh yang mematikan, dikenal karena kekuatan sihirnya yang eksplosif dan jangkauannya yang luas.
* Lady Rhea, Putri Duke (Penyembuh/Pendukung): Gadis tenang yang memiliki bakat penyembuhan dan perisai mana. Dia akan menjaga timnya tetap bertahan, memastikan tidak ada yang jatuh dengan perisai pelindungnya.
"Strateginya begini," Thanzi menjelaskan kepada kelompoknya, wajahnya serius dan tanpa cela. "Jasper, kau akan menjadi penyerang jarak jauh utama, fokus pada Roric dan Isolde. Seraphina, kau akan menjadi pelindung utama bagi Grace dan penyerang jarak dekat yang sigap terhadap Gareth. Grace, kau akan fokus pada penyembuhan dan dukungan, tetap di belakang mereka berdua. Dan aku..."
"Dan kau apa?" potong Jasper, tak sabar. "Kau akan berlari menjauh seperti tikus?"
"Aku akan menjadi pengganggu dan pengalih perhatian. Aku akan membuat mereka bingung, tidak fokus, dan menciptakan celah bagi kalian. Terutama Gareth dan Isolde. Ketika mereka tidak fokus, itulah kesempatan kalian untuk menyerang dengan mematikan," jelas Thanzi, matanya berkilat licik. "Jangan buang mana kalian untuk serangan yang tidak perlu. Hemat energi. Ikuti saja instingku dan sinyal dariku."
Jasper dan Seraphina masih tidak yakin, tapi mereka tidak punya pilihan lain. Ujian ini adalah tentang kerja sama tim, dan mereka sudah terikat pada formasi ini.
Pertarungan Dimulai.
Tim lawan segera menyerang dengan formasi agresif. Sir Gareth dengan kecepatan anginnya langsung menyergap garis depan, mencoba mengitari Seraphina dan mencapai Grace di belakang. Lord Roric melancarkan bola-bola petir yang menyambar dari jarak jauh, mengarah ke Jasper. Lady Isolde segera mulai menciptakan ilusi bayangan dan kabut tebal yang mengubah medan pandang, mencoba membingungkan Kelompok 7.
Thanzi langsung bergerak. Ia tidak menyerang secara frontal. Ia bergerak cepat, menggunakan kelincahan luar biasa yang ia latih secara diam-diam, meliuk-liuk di antara pohon dan semak-semak, menghindari serangan cepat Gareth yang melewat jarak dekatnya. Ia bersenandung pelan, melodi yang nyaris tak terdengar, mengarahkan gelombang ilusi resonansi miliknya.
Fase 1: Gangguan Awal
* Target: Sir Gareth
* Aksi Thanzi: Thanzi mengarahkan resonansinya ke Sir Gareth. Gelombang energi itu tidak melukai, tetapi menciptakan sensasi gatal yang sangat parah dan tidak tertahankan di seluruh tubuhnya, sensasi yang datang dari dalam, membuatnya mengayunkan pedang tanpa fokus, beberapa kali menggaruk-garuk tubuhnya dengan ekspresi bingung dan putus asa. Gerakannya yang cepat menjadi canggung, memperlambat serangannya.
* Reaksi Gareth: "Sial! Apa-apaan ini?! Ada serangga apa?! Aku tidak bisa fokus!" gerutu Gareth, frustrasi. Ia mencoba menebas Seraphina, namun tebasannya meleset karena sibuk menggaruk.
* Aksi Kelompok 7: Jasper memanfaatkan momen itu, melancarkan tiga bola api secara beruntun ke arah Gareth yang sibuk menggaruk-garuk, sedikit mengenai jubahnya yang mahal dan membuatnya terhuyung mundur, memberinya jeda. Seraphina menjaga posisinya, menghalau serangan yang lebih lambat dari Gareth dengan perisai sihir buminya.
* Target: Lady Isolde
* Aksi Thanzi: Setelah Gareth, Thanzi segera mengalihkan fokusnya ke Lady Isolde, yang sedang sibuk menciptakan ilusi bayangan. Ia menciptakan sensasi vertigo yang kuat pada penyihir ilusi itu, dan pada saat yang sama, mengganggu sinyal ilusi yang Isolde ciptakan, memanipulasi frekuensi energi di sekitarnya.
* Reaksi Isolde: Isolde terhuyung, pandangannya berputar, dan kepalanya terasa berdenyut-denyut parah. "Ugh! Ada apa ini?! Ilusiku... mereka kacau!" Ia salah melafalkan mantra, dan ilusi bayangannya menjadi berkedip-kedip tidak jelas atau tiba-tiba menghilang, bahkan membuat rekan satu timnya sendiri sedikit terpengaruh oleh disorientasi yang tak terduga.
* Aksi Kelompok 7: Seraphina dengan cepat maju, menciptakan dinding bumi pelindung dari petir Roric dan membalas dengan tebasan pedangnya yang kuat ke arah Isolde yang masih pusing dan belum pulih sepenuhnya, memaksa Isolde untuk mundur ke belakang.
Fase 2: Michael Merasakan Ancaman
Michael, Pangeran Lyra, dan Elian, yang sedang bertarung sengit di arena yang berbeda, sesekali melirik ke arah kelompok Thanzi. Michael melihat Thanzi bergerak dengan kelincahan yang mengejutkan, bukan kaku seperti yang ia lihat di kelas praktik. Ia juga melihat bagaimana lawan-lawan Thanzi tiba-tiba kesulitan tanpa sebab yang jelas, seperti terpeleset, atau melontarkan mantra yang meleset jauh dari targetnya.
Kakak Thanzi... dia benar-benar kuat, bahkan tanpa sihir mencolok, pikir Michael, hatinya campur aduk antara kekaguman dan ketakutan samar yang Thanzi tanamkan padanya beberapa waktu lalu. Dia melakukan sesuatu pada mereka. Sesuatu yang menyeramkan. Aku tidak tahu apa itu, tapi aku merasakan ancamannya. Dia bukan lagi Thanzi yang kukenal. Michael mulai merasakan ancaman yang nyata dari Thanzi. Ancaman yang bukan berupa sihir api atau pedang, tetapi sesuatu yang lebih dalam, lebih menakutkan, karena tidak terlihat dan tidak bisa dijelaskan.
Fase 3: Kerjasama Tim yang Terpaksa
* Thanzi: Terus bergerak cepat di antara pohon, ia menjadi bayangan yang mengganggu. Ia menggunakan ilusi resonansi untuk menciptakan suara bisikan samar yang terus-menerus memanggil namanya sendiri di telinga Lord Roric, membuatnya terus-menerus menoleh ke belakang, kehilangan fokus pada serangannya yang seharusnya. Ia juga menciptakan sensasi panas yang membakar pada Lady Rhea, membuat penyembuh itu sedikit terdistraksi saat mencoba melontarkan perisai.
* Reaksi Lawan:
* Roric: "Apa itu?! Siapa di sana?!" Ia melontarkan petir ke arah kosong, membuang energi mana-nya dengan sia-sia. "Ada yang menggangguku!"
* Rhea: "Panas sekali... aku merasa terbakar... ini aneh sekali," Ia mengibas-ngibaskan tangannya, perisai mana yang ia coba buat menjadi lebih lemah dari seharusnya, bahkan hampir pecah.
* Aksi Kelompok 7: Jasper memanfaatkan Roric yang terdistraksi dan membuang mana, melancarkan hujan api yang memaksa Roric mundur dan membakar sedikit jubahnya. Seraphina, yang dilindungi oleh Grace, maju untuk menekan Gareth yang masih belum sepenuhnya pulih dari rasa gatalnya, memaksanya lebih jauh ke belakang.
Fase 4: Peran Grace dan Kebaikan dalam Kegelapan
Di tengah pertarungan, Seraphina terkena serangan balik yang kuat dari Lord Roric yang berhasil lolos dari serangan Jasper. Ia terhuyung mundur, bahunya terluka parah oleh sengatan petir yang menyambar.
"Grace, bantu dia!" Thanzi berteriak, suaranya lantang namun tetap tenang, mengarahkannya ke Grace.
Grace segera berlari, aura cahaya hijau samar menyelimuti tangannya. Ia meletakkan tangannya di bahu Seraphina, dan luka bakar itu perlahan menutup, kulitnya kembali mulus seolah tak pernah terluka. Grace bergerak dengan anggun dan efisien, menyembuhkan tanpa ragu, menunjukkan betapa berharga bakat penyembuhannya. Ia adalah pilar kebaikan dalam kelompok itu, memastikan timnya tetap utuh dan berfungsi.
Thanzi melihat Grace beraksi, merasakan resonansi kebaikan dan penyembuhan darinya. Ia tahu Grace adalah kunci untuk mengacaukan plot romansa yang mulus di novel.
Aku tidak bisa membiarkan Michael mendapatkanmu dengan mudah, Grace. Kalian terlalu sempurna di novel. Dunia ini tidak sempurna, dan takdir juga tidak boleh terlalu sempurna.
Fase 5: Pukulan Pamungkas
Saat pertarungan mencapai puncaknya, Thanzi melihat sebuah celah yang krusial. Sir Gareth dan Lord Roric, yang sibuk menghadapi serangan bertubi-tubi dari Jasper dan Seraphina, berada dekat satu sama lain, namun tidak waspada terhadap lingkungan mereka karena gangguan yang terus-menerus. Lady Isolde, yang masih mencoba mengatasi efek resonansi Thanzi, berada di belakang mereka, belum pulih sepenuhnya. Lady Rhea juga masih berusaha mengalihkan perhatiannya dari sensasi panas yang Thanzi tanamkan, tidak bisa memberikan dukungan penuh.
Thanzi mengambil risiko. Ia mulai bersenandung dengan intens, melodi resonansi yang kuat dan memikat menyebar, mengarahkan gelombangnya ke Sir Gareth dan Lord Roric sekaligus. Ia menciptakan ilusi visual yang samar namun sangat mengganggu di antara mereka—seperti siluet bayangan bergerak cepat yang melewati pandangan tepi mereka, mirip kilasan hantu yang muncul sesaat—dan pada saat yang sama, menciptakan sensasi kecil keraguan dan ketidakpercayaan yang tiba-tiba muncul di benak mereka berdua.
* Reaksi Gareth: "Hah? Apa yang bergerak di sana? Kau melihatnya, Roric?! Ini aneh sekali!" Gareth mengayunkan pedangnya ke udara kosong karena ilusi bayangan, ekspresinya dipenuhi kebingungan.
* Reaksi Roric: "Jangan konyol, Gareth! Aku tidak melihat apa-apa! Kau menghalangi jalanku dengan gerakan bodohmu!" Roric, yang sudah kesal oleh bisikan yang terus-menerus di telinganya, kini diliputi keraguan terhadap temannya sendiri. "Apa kau sengaja melakukan ini?! Kau mengacaukan formasi!"
Dalam kebingungan singkat yang Thanzi ciptakan, Thanzi memberi isyarat dengan tatapan mata tajam ke Jasper dan Seraphina. "Sekarang!"
Jasper dan Seraphina, yang sudah siap dan melihat celah yang diciptakan Thanzi, melancarkan serangan kombinasi pamungkas mereka. Jasper menghantam dengan ledakan api yang sangat besar, menyapu area lawan dengan gelombang panas dan kobaran api yang membakar. Seraphina menusuk dengan tebasan pedang yang diperkuat sihir bumi, menimbulkan gelombang kejut yang kuat, memecah tanah di bawah kaki lawan. Kedua lawan itu, yang masih terganggu oleh ilusi dan keraguan yang Thanzi tanamkan, tidak bisa bereaksi tepat waktu atau menghindar dengan sempurna. Mereka kalah telak, terlempar keluar batas arena, nyaris tanpa perlawanan yang berarti, kebingungan masih tergambar jelas di wajah mereka.
"Pertarungan berakhir! Kelompok 7 menang!" teriak pemandu acara, suaranya dipenuhi keterkejutan dan kekaguman.
Seluruh arena terdiam sesaat, lalu desas-desus kembali terdengar, lebih kencang dari sebelumnya. Bagaimana kelompok yang memiliki Thanzi bisa menang secepat itu, melawan tim yang sangat kuat dan berbakat?
Para profesor di ruang pengawasan saling pandang dengan ekspresi campur aduk. Profesor Eldrin menghela napas panjang. "Dia benar-benar memiliki sesuatu yang istimewa. Sesuatu yang sangat sulit untuk dijelaskan atau dilawan. Ini mengubah segalanya."
Profesor Serena tersenyum puas, matanya berkilat penuh minat. "Seorang villain yang sesungguhnya. Seorang yang dapat memanipulasi tanpa terlihat, membuat lawannya mengalahkan diri sendiri. Dia akan menjadi aset yang sangat menarik bagi Akademi, atau sebuah ancaman tak terduga yang dapat merusak segalanya."
Thanzi, sementara itu, berjalan mendekati Grace. "Kau hebat, Grace," katanya, senyum tulus terukir di wajahnya—senyum yang sangat jarang ia tunjukkan pada siapa pun selain Grace. "Tanpamu, kami tidak akan menang. Penyembuhanmu sangat penting."
Grace tersenyum kembali, pipinya sedikit merona mendengar pujian Thanzi. "Kau juga hebat, Thanzi. Strategimu dan... caramu bergerak... itu luar biasa. Aku tidak menyangka kita akan menang secepat ini."
Ini adalah awal yang baik, pikir Thanzi, melihat Grace yang mempercayainya, sementara Michael di sisi lain arena menatapnya dengan campuran kekaguman dan kecemasan yang semakin besar. Michael mulai merasakan ancaman yang nyata dari Thanzi. Michael, kau akan tahu bagaimana rasanya berhadapan dengan villain sejati yang bergerak dalam bayanganmu. Dunia ini akan segera diacak-acak olehku. Thanzi telah memulai permainan besarnya. Dan kali ini, takdir Michael dan para "pahlawan" lainnya berada di tangannya.