Di dunia kultivasi Cangxuan, Han Wuqing bereinkarnasi dari bumi ke dunia kultivasi abadi yang penuh kekuatan dan ketidakadilan.
Setelah berkultivasi selama 10 tahun dengan susah payah, tanpa dukungan apapun. Akhirnya cheat system muncul mewajibkan dia membuat sektenya sendiri.
System aneh yang mengizinkannya memanggil kesadaran orang orang dari bumi, seolah dunia adalah game virtual reality.
Orang-orang dari bumi mengira ini hanya permainan. Mereka menyebutnya "VR immortal".
Mereka pikir Han Wuqing NPC...
Mereka pikir ini hanya ilusi...
Tapi didunia ini— Dialah pendirinya, dialah tuhan mereka. Sekteku Aturanku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwalkii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Krisis Sekte Dan NPC Baru
Lembah Seribu Gunung terdiam dalam cahaya senja keemasan. Udara terasa menggantung—seolah alam sendiri menahan napas.
Di balik semak rimbun, tiga sosok berjongkok diam-diam di lereng bukit: dua pria bertopeng dan satu wanita bermata tajam.
Dari tempat mereka mengintai, halaman Sekte Yuandao tampak seperti taman bermain. Puluhan murid muda bersorak-sorai, tertawa sambil membawa ayam hutan bergigi — hasil misi mereka hari ini.
“Orang-orang ini… benar-benar menganggap tempat ini pasar malam,” gumam salah satu pria berjubah hitam, suaranya serak seperti batu digerus baja.
“Mereka keluar-masuk hutan seharian, tapi tak satu pun sadar kalau kami ada di sini,” sahut si wanita dengan tawa kecil yang manis tapi beracun. “Kalau bocah-bocah ini penjaga sekte... kita bahkan tak perlu turun tangan sendiri.”
“Lapor saja ke atasan,” desis pria ketiga. “Sekte ini kosong. Semua murid masih Qi Refining. Tak ada aura pelindung yang berarti.”
Sekte Serigala Malam — sekte tingkat Rahasia yang dikenal sebagai momok bagi para sekte kecil dan desa-desa mortal. Dipimpin oleh seorang kultivator Nascent Soul tahap awal, dengan tiga cabang sekte yang masing-masing dikendalikan oleh Foundation Establishment puncak.
Mereka bukan pembawa ajaran. Mereka bencana. Menjarah desa, memperbudak para mortal, membakar sekte-sekte kecil yang tak mampu memberi upeti. Ketakutan adalah mata uang mereka, dan darah adalah warisan mereka.
Di aula batu yang gelap, sang ketua duduk di atas takhta dari tulang belulang. Topeng logam retak menyembunyikan wajahnya, menyisakan hanya sorot mata tajam seperti paku di kegelapan. Dua tetua berdiri di sisinya, tubuh mereka penuh bekas luka.
“Tempat itu… bukan cabang dari sekte besar mana pun,” gumam sang ketua. “Dan murid-murid mereka… hanya bocah-bocah. Mungkin satu-dua yang mencapai Foundation, tapi sisanya?”
Ia menyeringai perlahan.
“Target semanis ini… tak boleh dibiarkan tumbuh.”
Ia bangkit dari kursinya, derak tulang terdengar seperti kayu tua yang retak. Sorot matanya memantul dari cahaya obor.
“Beri perintah. Besok, kirim para budak menyerang Sekte Yuandao. Sementara itu, anggota kita menjarah desa-desa di sekitar.”
Para tetua saling bertukar pandang, lalu mengangguk bersamaan. Mata mereka bersinar merah, haus akan darah.
“Kita akan ajarkan satu hal pada mereka…” ucap sang ketua, suaranya turun menjadi bisikan.
“Bahwa di Seribu Gunung, tak ada tempat bagi sekte lemah untuk tumbuh dalam damai.”
Kabut tipis menggantung rendah di halaman sekte. Bangunan-bangunan sederhana mulai diterangi cahaya lentera qi, dan sebagian besar murid sudah kembali dari perburuan siang.
Di dalam Perpustakaan Sekte Yuandao, seorang wanita berdiri di balik meja tinggi dari kayu gelap. Raut wajahnya tenang, mata indahnya setajam bilah jarum giok. Rambut hitam panjangnya dikuncir sederhana, namun auranya memancarkan disiplin tajam yang tak bisa disembunyikan.
Yue Lian.
Mantan murid inti dari sebuah sekte kecil yang musnah dalam semalam. Tiga hari lalu, tubuhnya ditemukan tak sadarkan diri di depan gerbang sekte ini. Luka dalamnya parah, namun ia bertahan. Setelah sadar, ia menerima perjanjian hidup-mati dari sang ketua sekte sebagai ganti pengobatan: pengabdian penuh dalam ikatan kontrak qi.
Namun yang mengejutkan bukanlah isi perjanjian itu…
Melainkan dunia tempat ia kini berada.
Hari pertama, ia melihat puluhan anak muda asing berpakaian aneh muncul dari aula kebangkitan. Hari kedua, ia menyaksikan beberapa dari mereka mati dan hidup kembali — dengan kultivasi yang nyaris tak berubah. Hari ketiga… ia sudah yakin: ada sesuatu yang tidak lazim tentang “murid-murid” ini.
Yue Lian menatap Buku kitab di tangannya, lalu bergumam pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri,
“NPC… 'fitur interaktif'... Apa mereka benar-benar mengira semua orang di dunia ini hanya... bayangan tak berjiwa?”
Ia menghela napas pendek. Tangannya bergerak pelan, menyusun kembali gulungan ke rak, namun matanya tetap kosong, termenung.
Beberapa saat kemudian, langkah kaki memasuki ruangan sunyi itu.
Han Wuqing berdiri di ambang pintu, jubahnya bergoyang lembut oleh angin malam.
“Sudah kubilang... kalau mereka menyebutmu NPC, anggap saja itu gelar dari dunia asal mereka,” ujarnya tenang. “Bukan hinaan. Mereka tidak tahu.”
Yue Lian menoleh sedikit, sorot matanya tajam namun tak marah.
“Kau memintaku untuk diam jika tak tahu jawabannya,” ucapnya pelan. “Untuk bicara hanya seperlunya, dan bersikap seolah... aku hanyalah bagian dari tempat ini.”
“Karena itulah peran yang bisa membuatmu aman,” sahut Han Wuqing ringan. “Mereka belum siap tahu dunia ini nyata. Tapi kau… sudah terlalu cerdas untuk terus pura-pura tidak paham.”
Yue Lian terdiam, lalu kembali menatap rak di depannya.
“…Jadi aku hanya bayangan untuk mereka. Penjaga ruang, pemicu misi, dan—entah bagaimana—objek potensi ‘jalur asmara’.”
Han mengangkat alis. “Itu yang mereka katakan?”
“Kurang lebih,” gumam Yue Lian, lalu menambahkan lirih, “Ada yang menanyakan apakah aku bisa... ‘direkrut sebagai romansa utama’. Aku hampir meninju wajahnya.”
Han Wuqing tertawa kecil, meski cepat ditekan.
“Jangan pukul siapa pun. Itu bisa menurunkan karma mereka, dan aku butuh mereka tetap hidup.”
Yue Lian meliriknya.
“Kau menyuruhku berakting seperti boneka. Tapi kau memperlakukanku seperti manusia. Kalau itu bukan kontradiksi, aku tak tahu apa lagi.”
Han Wuqing tidak menjawab langsung. Ia menatap wajah Yue Lian yang dingin namun tak benar-benar keras.
Akhirnya ia hanya berkata pelan,
“Aku tidak butuh boneka. Tapi aku butuh orang yang bisa menjaga sekte ini… dan tidak mengajukan terlalu banyak pertanyaan.”
Yue Lian mengangguk pelan. “Sayangnya, aku punya pertanyaan. Tapi aku tahu kapan harus menahannya.”
sekteku aturanku. Jadi keinget manhua Invincible at the start/CoolGuy/ Keren, thor! SEMANGAT!