Mata elang Layla mengamati pria yang akan menjadi suaminya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tindikan di telinga, tato di lengan, dan aura berbahaya yang terpancar, adalah definisi seorang badboy. Layla mendesah dalam hati. Menikahi pria ini sepertinya akan menjadi misi yang sangat sulit sepanjang karir Layla menjadi agen mata-mata.
Tapi untuk menemukan batu permata yang sangat langka dan telah lama mereka cari, Layla butuh akses untuk memasuki keluarga Bagaskara. Dan satu-satunya cara adalah melalui pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Itu masalah pribadi dalam rumah tanggaku." Layla tersentak ketika Joshua menanyakan sesuatu yang menjadi rahasia dalam rumah tangganya.
Keheningan terjadi dalam sepersekian detik. Bibir Layla terkatup rapat, mata membelalak menatap tajam mantan kekasih sekaligus kakak kelasnya semasa SMA dulu.
"Tunggu! Jangan salah paham dulu Layla!" Joshua buru-buru buka suara sebelum Layla semakin salah paham.
"Aku bukan mau menyakitimu atau menyinggungmu. Aku hanya ingin memberitahumu kalau aku baru saja menciptakan obat yang bisa membantu para istri merasa puas ketika di atas ranjang. Kamu tahu kan, banyak wanita yang mengeluh karena suaminya cuma tahan lima menit dan langsung keluar? Obat ini bisa membuat permainan suami-istri lebih tahan lama." Joshua menjelaskan.
"Dan bukan cuma itu lho. Aku juga telah menciptakan banyak obat berguna untuk umat manusia. Bahkan ada juga obat yang bisa menyembuhkan penderita AIDS. Kamu lihat sekarang Layla, aku sudah bukan cowok SMA yang bodoh dan miskin seperti dulu lagi." Mata pria tampan itu bersinar, seolah membicarakan pencapaian terbesar dalam hidupnya.
Joshua berbicara dengan bangga, berharap akan membuat Layla terpesona seperti dulu. Tapi Layla hanya terdiam, tangannya memegang gagang tas dengan erat. Setelah berpikir sejenak, wanita cantik itu menggelengkan kepalanya perlahan.
"Aku tidak membutuhkan obat-obatan itu, mas Joshua. Aku bahagia dengan kehidupanku sekarang. Adrian masih muda dan sangat gagah, jadi tidak membutuhkan obat-obatan itu." Suara Layla terdengar lembut tapi tegas.
"Ini sudah malam, aku harus pulang sekarang, suamiku pasti sudah menunggu di rumah." pamit Layla. Tanpa menunggu jawaban dari Joshua, Layla buru-buru meninggalkan pria itu sendirian. Dari sorot matanya, Layla tahu Joshua masih menyimpan perasaan terhadapnya.
"Aku akan merebutmu kembali, Layla. Tidak peduli bagaimanapun caranya." Gumam Joshua. Tatapannya nanar, seolah tidak percaya Layla tidak lagi mencintainya seperti dulu.
***
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 15 menit, akhirnya Layla tiba di kediaman keluarga Bagaskara.
"Sayang, kamu sudah pulang? Apa mau bergabung minum teh dengan kami?" kedatangan Layla ke rumah disambut dengan hangat oleh sang ibu mertua.
"Tidak untuk malam ini mom, aku sangat lelah." Layla menolak dengan halus ajakan dari mom Anzela dan dad Kenzo.
"Ok, baiklah. Selamat bersenang-senang sayang, eh maksudnya selamat beristirahat." jawab mom Anzela dengan ambigu, kemudian wanita cantik itu tertawa.
"Sayang, jangan membuat mereka malu. Seperti tidak pernah muda saja." balas dad Kenzo yang ikut tertawa pula dengan sang istri.
Layla tidak mengerti kenapa mertuanya bersikap seperti itu, namun Layla tidak akan mempedulikannya untuk kali ini. Tujuan Layla hanya satu, segera menuju kamar dan memberi perhitungan pada Adrian.
"Kenapa kamar ini gelap sekali? Apa Adrian belum pulang?" Layla dibuat terkejut dengan keadaan kamarnya yang masih dalam keadaan gelap. Layla melangkah masuk ke dalam kamar, tangannya meraba-raba mencari saklar.
Tepat saat lampu menyala, Layla kembali dibuat terkejut dengan sepasang tangan kekar yang tiba-tiba memeluk pinggangnya dari belakang.
"Adrian, lepaskan aku! Aku tidak mau disentuh oleh tangan pria yang telah menyentuh wanita lain, itu menjijikan tahu!" Layla mencoba melepaskan diri dari Adrian.
"Layla, apa yang kamu bicarakan? Aku tidak mengerti." Dahi Adrian mengkerut.
Layla membalikkan badan, matanya menyala penuh dengan amarah.
"Benarkah kau tidak mengerti? Taman kota tepat pukul 10.30 pagi." Layla memberikan clue pada Adrian.
Mendengar ucapan Layla, pikiran Adrian langsung tertuju pada satu nama. Yaitu Monica. Kemudian Adrian tertawa terbahak kala menyadari sang istri sedang cemburu.
"Kenapa kamu malah tertawa? Padahal aku sedang kesal! Apa ini lucu bagimu?!" Layla marah, wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.
Adrian segera menutup mulutnya, mencoba kembali serius sebelum kemarahan Layla semakin menjadi.
"Maaf, sayang. Aku tertawa karena senang menyadari kamu sedang cemburu, itu artinya kamu mencintaiku. Tapi tenang saja karena aku dan Monica sudah tidak punya hubungan apapun lagi kok." ucap Adrian.
"Tentu saja aku cemburu! Kamu bahkan tidak pulang kemarin malam!" jawab Layla dengan nada ketus.
"Aku sibuk mengurus kepindahan Monica ke luar negeri. Aku tidak mau dia selalu menjadi bayang-bayang di antara kita. Ketika urusan Monica selesai, malam sudah sangat larut. Aku terlalu lelah untuk pulang, jadi menginap di hotel dekat bandara." Adrian menjelaskan.
"Lalu kenapa tidak menghubungi aku? Aku khawatir setengah mati tahu!" bibir Layla mengerucut.
"Ponselku kehabisan daya, sayang. Aku sungguh menyesal. Maafkan aku, ya? Aku hanya mau hubungan kita jadi tenang dan bahagia tanpa kehadiran Monica." Tanpa ragu, Adrian berlutut di depan Layla, tangannya memegang erat tangan halus sang istri.
Wajah Layla masih memerah, tapi rasa marahnya mulai larut.
"Baiklah, untuk kali ini akan aku maafkanmu. Tapi tidak untuk lain kali." Layla menatap ke dalam mata Adrian yang tulus, lalu mengangguk perlahan.
"Terima kasih sayang." Adrian bangkit dari berlututnya kemudian memeluk sang istri erat, berbagi kehangatan dan saling mencumbu mesra.
Adrian merebahkan tubuh sang istri secara perlahan di atas ranjang, menghimpit tubuh indah itu tanpa melepaskan pagutan mereka.
Suara desahan Layla mulai terdengar kala Adrian mengangkat rok pasangan halalnya ke atas, lalu menarik kain segitiga yang menjadi penghalang di antara mereka.
Tanpa menunggu aba-aba lagi, Adrian segera memasukan miliknya ke dalam lembah surga dunia milik sang istri. Tak ada perlawanan dari Layla, sentuhan Adrian terlalu nikmat untuk dilewatkan.
Bersambung...