Karena kejadian di malam itu, Malika Zahra terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak dicintainya.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan bocah bau kencur!" gerutu seorang pria.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan pak tua!" Lika membalas gerutuan pria itu. "Sudah tua, duda, bau tanah, hidup lagi!"
"Malik! mulutmu itu!"
"Namaku Lika, bukan Malik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylop, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Membencimu
"Bagaimana?" tanya Evan seraya menaikkan alisnya. Ia sudah memberikan penawaran yang menggiurkan.
"Tidak!" tolak Lika. "Aku tidak mau bersamamu. Aku tidak membutuhkan semua itu. Aku mencintai Boni!" jelas Lika dengan detil. Bahwa materi tidak bisa menggoyahkan perasaan cinta. Cintanya begitu tulus, tidak memandang apapun.
Evan tidak habis pikir Lika menolak tawarannya dan malah membahas-bahas cinta.
"Memang kamu mau makan cinta?" tanya Evan sambil menggelengkan kepala. Biasanya wanita itu realistis, tapi si Malik ini luar biasa.
"Itu bukan urusan om Evan!" sinis Lika. Mau makan cinta atau apapun, ia dan Boni yang akan menjalaninya.
Lagi, lagi dan lagi pria tampan itu ditolak. Evan pun membenarkan posisi duduknya dan memasang sabuk pengaman. Perlahan ia mulai melajukan mobilnya.
Melajukan mobil menuju rumah dan bukan apartemen. Di sana ada David dan Evan tidak mau Lika bertemu dengannya. Bisa-bisa istrinya dibawa kabur pria lantai 35 itu.
Mobil berhenti di teras rumah, ia melihat Lika yang masih melihatnya dengan wajah kesal.
"Aku akan tinggal di rumah ini sampai resepsi tiba dan om jangan tinggal di sini. Aku tidak mau melihatmu!" tegas Lika. Ia masih marah pada Evan dan tidak mau bertemu lagi.
Jika ia pulang ke rumah orang tuanya, pasti orang tuanya akan bertanya. Jadi mending tetap di rumah ini saja.
"Ta-tapi-"
"Aku membencimu, om. Sampai kapanpun aku membencimu! Aku tidak akan mau bersamamu, meski di dunia ini hanya tinggal kita berdua. Aku akan memilih mati saja!" Lika mempertegas ucapannya. Agar pria tua itu marah dan menceraikannya. Dan juga menjelaskan apapun kejadian, ia tidak akan mau bersama Evan.
"Kamu!" Ubun-ubun Evan terasa panas mendengarnya. Lika begitu kejam menolaknya.
"Aku terpaksa menikah denganmu, om. Jadi setelah resepsi pernikahan, tolong ceraikan aku!" Lika melihat mata yang menatapnya tajam.
Lika pun turun dari mobil dan masuk ke rumah. Ia tinggalkan Evan sendiri dalam mobil, tidak peduli dengan ekpresi pak tua itu.
Evan tergugu di dalam mobil. Jujur, ia marah dan kesal dengan Lika yang selalu menolaknya.
Padahal niat Evan ingin bersama dan mempertahankan pernikahan ini. Meskipun Lika masih labil dan belum dewasa, ia berusaha menerima. Berharap seiring berjalannya waktu, bocah labil itu akan berubah.
Tapi sepertinya sudah tidak ada harapan lagi. Lika menolaknya mentah-mentah. Evan terus mengalah bahkan seperti memohon dan berharap Lika mempertimbangkan semua, tapi semua tidak bisa dipaksakan.
Mobil pun mulai melaju pergi. Evan meninggalkan rumah itu, ia akan kembali apartemennya saja.
Terserah apa yang mau dilakukan Lika.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Lika menghapus air mata. Ia sedih karena Boni tidak menjawab panggilan ataupun pesannya.
Kekasih tercintanya begitu marah dan kecewa pastinya.
Lika hanya menatap layar ponsel dengan rasa bersalah yang luar biasa.
Pagi menjelang, Lika bangun tidur dan menuju dapur. Perutnya minta diisi.
Saat menuju dapur ia melirik kamar sebelah. Berjalan dan membuka kamar tersebut.
Kosong. Kamar Evan kosong.
Lika tersenyum tipis. Sepertinya Evan menuruti keinginannya atau mungkin pak tua itu marah dengan perkataannya. Tapi tidak peduli lah, ia memang sangat membenci Evan dan tidak mau melihatnya.
Kembali berjalan ke dapur dan Lika terdiam melihat apa yang ada di atas meja makan.
Tersaji teh hangat dan sekotak nasi goreng.
Tehnya masih hangat, sepertinya baru dibuat.
Lika tahu pasti Evan yang melakukannya. Setelah membuatkan ini dan langsung pergi.
Tak mau memikirkan pak tua itu, Lika melahap sarapannya. Ia sangat lapar sekali.
Sementara di pinggir jalan mobil berhenti. Evan melihat ponselnya, ia sedang memantau Lika. Di dapur itu ada cctv yang langsung tersambung ke ponsel.
Tadi pagi-pagi Evan datang ke rumah itu dan membawakan sarapan. Sekalian juga membuatkan teh hangat.
Evan tersenyum tipis, Lika begitu makan dengan lahap sekali. Makanan pemberiannya dihabiskan.
Setelah cukup memantau, Evan menelepon seseorang.
"Cari informasi untukku!" pinta Evan setelah ponsel terhubung.
Ya, Evan akan mencari tahu tentang Boni. Yakin sekali Boni itu penipu yang memanfaatkan si Malik.
Tak lama Evan pun mengakhiri panggilan. Ia akan buktikan pada si Malik, jika si jelek itu pria tidak baik dan seharusnya bersyukur putus hubungan. Biar mata Lika terbuka dan melihat kenyataan.
Jika terus memikirkan si jelek itu, bagaimana pun Evan berusaha mendekati dan memperbaiki hubungan akan percuma saja.
Di pikiran Lika hanya ada Boni, Boni, Boni saja.
.
.
.
koq aki gemes banget ya 🤣🤣🤣🫣
semangat Om Evan membuat Lika cinta sama kamu 😁
bohong pasti akan km tutup kebohongan yg lain akan sikap Malik g akan dewasa" malik.
Bukan hanya satu dua wanita yg ditipu Boni, tapi banyak termasuk Malika