“Lo cantik banget, sumpah,” bisiknya. “Gue gak bisa berhenti mikirin lo. Pingin banget lakuin ini sama lo. Padahal gue tahu, gue gak seharusnya kayak gini.”
Tangan gue masih main-main di perutnya yang berotot itu. “Kenapa lo merasa gak boleh lakuin itu sama gue?”
Dia kelihatan kayak lagi disiksa batin gara-gara pertanyaan itu. “Kayak yang udah gue bilang ... gue gak ngambil apa yang bukan milik gue.”
Tiba-tiba perutnya bunyi kencang di bawah tangan gue, dan kita berdua ketawa.
“Oke. Kita stop di sini dulu. Itu tadi cuma ciuman. Sekarang gue kasih makan lo, terus lo bisa kasih tahu gue alasan kenapa kita gak boleh ciuman lagi.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dinner Spoon
Gue buka pintu, sambil menatapnya.
“Makasih banget udah berkenan mampir, Lord Nauru,” kata gue sinis.
Dia ketawa, dan gue langsung balik badan naik ke atas apartemen, dia mengikuti dari belakang.
“Wow. Tempat lo keren juga,” katanya.
Gue hampir lupa kalau dia belum pernah mampir sebelumnya.
Gue masuk dapur, mulai menyendok pasta ke piring. Gak bilang apa-apa, tapi bisa merasakan dia makin dekat. Dia berdiri persis di belakang, dadanya menempel ke punggung gue. Napas hangatnya menyentuh telinga gue, bikin geli dan gemas.
Gue sendok pasta lagi ke piring.
“Lo marah ya, Beans?” bisiknya.
“Ngapain gue marah?”
“Gak tahu, tadi gue lihat lo ngintip dari jendela, dan sekarang lo kayak nyalurin emosi lo ke pasta itu.”
Gue lepas sendok dari tangan, taruh piringnya, karena jujur, napas gue mulai sesak dia berdiri sedekat itu.
Aroma tubuhnya, langsung menguasai semua indera gue. Dia itu … Nauru. Energinya itu kayak badai. Jantung gue berdetak sampai ke kuping.
“Lo tidur sama dia?” Gue tahu gue gak punya hak buat tanya, tapi gue harus tahu.
Dia ketawa pelan, terus maju, gigit lembut daun telinga gue. Dia memutar badan gue biar kita hadap-hadapan.
“Serius lo? Lo pikir gue setelah latihan seberat itu terus sempat-sempatnya nge-charging sama Qinze sebelum ke sini?”
“Mana gue tahu lo ngapain?”
“Emang penting buat lo kalau gue tidur sama dia?” tanya dia, sambil bawa lentiknya naik ke rahang gue, ibu jarinya mengelus bibir bawah gue.
Gue gak bisa berpikir jernih.
“Ya udah, bodo amat. Gue gak mau ngelanjutin makan malam ini kalau lo baru aja main sama si tukang ngebully gue pas SMA.”
“Aduh, gue suka banget kalau lo ngomong bodo amat kayak gitu,” katanya sambil senyum miring. “Dia ngapain sih ke lo?”
“Dulu dia sering ngeledek gue karena badan gue kurus banget pas SMA. Pokoknya dia sering nyari gara-gara.”
“Karena dia jelas-jelas iri. Lo cantik, dan dia nggak percaya diri. Dan buat jawab pertanyaan lo. Nggak, gue gak tidur sama dia malam ini. Gue udah gak nyentuh dia lebih dari setahun. Dulu sempat jalan bareng, tapi hubungan kita tuh berantakan banget. Dia sampai motongin ban mobil gue waktu gue mutusin dia. Makanya gue kabur dari drama itu.”
“Terus kenapa dia tadi di sana?”
“Dia datang ke rumah gue, minta gue tanda tanganin sarung tinju adik cowoknya. Dia itu dulu pernah latihan bareng gue, sekarang udah kuliah. Katanya mau kasih itu ke adeknya soalnya dia antusias banget sama pertarungan besok.”
“Oh.”
“Oh,” ulang Nauru, lidahnya main-main di bibir bawah. “Lo udah berhenti cemburu?”
“Gue nggak cemburu,” pekik gue mencoba tahan senyum.
“Iya iya, jelas banget gak,” kata dia. “Sekarang, lo mau kasih gue makan gak?”
Gue memperhatikan wajahnya. Dan baru kali ini gue sadar, dia kelihatan capek banget. Hari ini dia latihan dua kali, bukan sekali. Latihan keras pula. Cowok ini kayaknya sudah di ambang tumbang, dan gue di sini malah drama gak karuan.
Tapi dia masih berdiri dekat banget.
Gue taruh tangan di dadanya yang keras kayak batu.
“Maaf ya,” bisik gue.
“Maaf buat apa?”
“Lo maksa gue buat ngaku, ya?”
“Lo barusan naik tangga udah kayak nenek sihir yang lagi nyiksa sendok kayu. Jadi iya, gue mau lo ngaku.”
Gue tegakkan bahu, tatap matanya, “Gue cemburu. Itu yang lo mau dengar, kan?”
Senyumnya langsung mekar besar di wajah tampannya, “Banget. Itu yang gue mau.”
“Kenapa lo senang banget sih?” keluh gue.
Dia tiba-tiba tarik gue sedikit dan langsung cium gue.