Ganjaran Bagi Suami Dan Keluarga Pengkhianat

   "Brughhh." Dua buah koper berukuran sedang dibuang oleh Zeline langsung di depan Delon dan Berti. Dua orang tersebut terkejut hingga terlonjak dari tempat duduk.

   "Sayang, apa-apaan sih ? kamu kok marah sampai pakai ngusir segala ?" Delon yang sebenarnya panik berusaha untuk tetap terlihat tenang serta berbicara lembut.

   "Mas! Berhenti untuk berpura-pura bodoh. Aku sudah tahu semuanya. Bahkan bukti pernikahan mu sudah aku kantongi."

   "Degh!" Delon benar-benar mati kutu dan tak bisa mengelak lagi. Pada akhirnya yang bisa dilakukannya adalah mengakuinya.

   "Kita bisa bicarakan semuanya ini baik-baik sayang. Jangan buru-buru mengambil keputusan seperti ini. jangan sampai menyesal di kemudian hari. Bercerai itu bukan sebuah keputusan yang mudah sayang." Bujuk Delon masih berusaha bertahan dan tak ingin pergi dari rumah.

   "Memang bercerai bukanlah keputusan yang mudah. Tapi sudah aku pikirkan matang-matang dan tak akan pernah ada penyesalan!" Tegas Zeline tanpa keraguan.

   "Halah! Sok tegas. Palingan bentar juga ngemis-ngemis minta balikan sama anak ku. Udah mandul sombong lagi. Pria manapun akan memilih untuk selingkuh." Ejek Berti yang kala itu merasa kesal atas pengusiran yang dilakukan Zeline.

   "Itu sih anak ibu. Aku rasa pria lain akan melakukan hal terhormat jika istrinya tak kunjung hamil. Tidak seperti anak ibu yang rela melakukan hal rendah hingga menghamili wanita lain sebelum menikah. Lagipula...ibu yakin aku yang mandul ? Jangan sampai perkataan itu kembali pada keluarga sendiri." Balas Zeline dengan sengit. Ia sudah tak mau berkata-kata dengan lembut lagi saat berhadapan dengan ibu mertuanya yang selama ini selalu membentak dan berkata kasar padanya. Hanya lembut ketika menginginkan uang.

   "Aku sangat yakin kamu mandul. Sudah berapa tahun menikah sama anak ku tapi kamu tak kunjung hamil. Bukankah itu artinya kamu mandul ?" Ucap Berti tak mau kalah.

   "Ya terserah ibu lah mau berkata apa. Pokonya aku mau sekarang,tolong ibu dan Mas Delon pergi dari rumah ku. Aku nggak Sudi kalian masih di sini. Jika kalian tak kunjung pergi,aku akan melaporkan polisi dengan berbagai macam alasan yang bisa membuat kalian di tahan." Ancam Zeline dan berlalu pergi.

   "Dasar sombong. Lihat saja nanti hidup bakalan nggak bahagia." Ujar Berti penuh sumpah serapah. Dirinya sangat tak terima diperlakukan seperti itu oleh sang menantu.

   "Sudah Bu,ayok kita pergi. Nanti kita bujuk lagi zslinenya setelah emosinya mereda." Ajak Delon sambil menarik kedua koper berisi barang-barang miliknya yang dibuang oleh Zeline.

   "Huh!" Berti menghentak kan kakinya kesal dan mengikuti langkah putranya menuju pintu keluar. Keduanya pada akhirnya pulang tanpa membawa sepeserpun uang.

   Bi Yati merasa prihatin saat melihat majikannya diperlakukan tak baik oleh mertua dan suaminya. Seketika dirinya teringat kembali akan masa lalu yang telah disimpannya rapat-rapat. Diselingkuhi oleh suaminya hingga sekarang ia berakhir sendiri dan tak ingin lagi menikah. Ada rasa peduli dalam dirinya yang tiba-tiba muncul untuk melindungi sang majikan. Ia tak ingin ada orang lain yang menyakiti wanita baik itu sama seperti dirinya.

   "Del,kamu tidak boleh bercerai jika tidak mendapatkan sebagian harta Zeline. Karena kami punya hak sebagai suami. Semuanya itu adalah harta bersama. Jadi wanita itu tidak bisa mengklaim semuanya sendiri." Ujar Berti ketika perjalanan pulang menuju rumah.

   "Iya Bu,makanya ibu jangan memancing emosi Zeline biar aku bisa deketin lagi orangnya. Kalau dikasari agak sulit untuk mendapatkan itu semua. Sertifikat tanah,rumah dan usahanya kan hanya dia yang tahu." Ungkap Delon memberikan pengertian pada ibunya agar tak lagi marah-marah.

   "Astaga....kamu itu bodoh banget. Sekian lama menikah sama wanita itu tak ada sedikitpun yang kamu ketahui."

Delon tak lagi berbicara untuk menanggapi perkataan ibunya. Dirinya sibuk memikirkan cara bagaimana bisa kembali pulang ke rumah Zeline. Sambil menyetir,otaknya terus bekerja untuk menemukan ide. Hingga dirinya dikagetkan oleh suara sang ibu.

"Mobil siapa itu Del ? Kok ibu baru lihat ?"Tanya Berti penasaran saat baru tiba di rumah nya. Wanita itu langsung turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah begitu melihat ada mobil baru yang tak pernah ia lihat terparkir di halaman rumahnya. Tak dihiraukannya lagi putranya yang juga terlihat kebingungan.

"Ah ini ibu Mas." Suara Ranti langsung menyambut kedatangan Berti yang baru saja tiba di ruang tamu. Di sana ada seorang pria yang jika ditaksir umurnya sedikit lebih tua dari Delon. Dan memiliki wajah yang biasa saja.

Berti mengerutkan keningnya saat melihat ada orang baru di rumahnya. Dirinya sama sekali tak mengenal pria itu.

"Bu,perkenalkan ini Mas Janu yang aku ceritakan pada ibu selama ini." Ucap Ranti memperkenalkan pria tersebut.

"Oh ini ya yang bernama Janu ? Aduh,maaf ya ibu baru saja sampai. Udah minum ?" Sikap Berti langsung berubah menjadi ramah. Dari cerita sang putri ia tahu bahwa Janu adalah pacarnya yang selama ini sudah menjalin hubungan cinta selama lima bulan.

Bukan tanpa alasan Berti langsung menyambut ramah kehadiran Janu. Melihat mobil yang terparkir di halaman rumahnya,Berti yakin bahwa pria itu adalah orang kaya. Dengan begitu,jika Ranti menikah dengan Janu maka hidupnya akan semakin enak.

"Sudah Bu,terima kasih." Jawab Janu dengan sopan sambil menyalami calon ibu mertuanya itu.

"Mas,perkenalkan ini Mas Janu." Ranti yang melihat Delon datang langsung memperkenalkan kekasihnya itu. Delon hanya menyambut uluran tangan pria bernama Janu dengan biasa. Ia saat ini sedang tak ingin bicara dengan siapapun. Sambil menarik kedua koper berisi bajunya ia pun pamit masuk ke dalam kamar tamu. Ranti yang melihat hal itu sedikit kebingungan namun urung bertanya karena masih ada Janu.

"Janu kerja di mana sekarang ?" Tanya Berti mulai membuka percakapan. Ia benar-benar ingin tahu tentang pekerjaan calon menantunya itu.

" Saya hanyalah seorang direktur di salah satu perusahaan di kota sebelah Bu." Jawab Janu terdengar merendah.

"Wow,kamu keren sekali. Ternyata seorang direktur toh." Puji Berti dengan wajah berbinar.

"Iya Bu."

"Ah,maaf sebelumnya Bu,sepertinya saya harus pamit pulang karena ada urusan mendadak." Ucap Dania sambil melihat jam di handphonenya.

"Oh,silahkan Nak. Kapan-kapan ke sini lagi ya ? Pintu rumah kami selalu terbuka untuk kamu." jawab Berti dengan ramah.

"Terima kasih Bu, Ran,aku pamit pulang dulu ya ? Nanti aku telpon." Pamit Janu dan di jawab dengan anggukan kepala oleh Ranti.

"kamu pinter juga cari pasangan. Orang kaya ternyata." Puji Berti pada sang putri ketika Janu sudah meninggalkan rumah mereka.

"Iya dong Bu. Cantik gini masa dapat yang miskin." Balas Ranti dengan bangga.

"Awas saja kalau pelit kayak Zeline. ibu nggak bakalan setuju."

"Nggak lah Bu. Liat ini buah tangan yang di bawa Janu." Ranti menunjukkan beberapa bungkusan makanan yang berada di atas meja makan.

"Wow...banyak banget."Ucap Berti penuh kegembiraan dan mulai sibuk membuka satu persatu bungkusan tersebut.