NovelToon NovelToon
SAAT AKU SUDAH DIAM

SAAT AKU SUDAH DIAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:18.2k
Nilai: 5
Nama Author: iraurah

Tamparan, pukulan, serta hinaan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Anita, namun tak sedikitpun ia mengeluh atas perlakuan sang suami.

Dituduh menggugurkan anak sendiri, membuat Arsenio gelap mata terhadap istrinya. Perlahan dia berubah sikap, siksaan demi siksaan Arsen lakukan demi membalas rasa sakit di hatinya.

Anita menerima dengan lapang dada, menganggap penyiksaan itu adalah sebuah bentuk cinta sang suami kepadanya.

Hingga akhirnya Anita mengetahui pengkhianatan Arsenio yang membuatnya memilih diam dan tak lagi mempedulikan sang suami.

Follow Instragramm : @iraurah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alasan Sakit Sebenarnya

Anita tengah sibuk memeriksa laporan keuangan bulanan yang baru saja dikirimkan oleh staf bagian administrasi. Ia duduk tegak di balik meja kayu jati miliknya, jari-jari lentiknya sesekali menyentuh touchpad laptop sembari membaca angka-angka yang tertera di layar.

Ponselnya yang tergeletak di sisi kanan laptop tiba-tiba bergetar pelan, menampilkan notifikasi pesan masuk. Mata Anita melirik layar, dan tanpa sadar seulas senyum tipis terbit di wajahnya ketika melihat nama pengirimnya.

“Hai, Nit. Kau kerja hari ini?”

Anita segera mengetikkan balasan tanpa berpikir lama.

“Iya, aku di ruko dari pagi. Ada banyak laporan yang harus diselesaikan.”

Hanya dalam hitungan detik, balasan dari Baim masuk kembali.

“Aku sedang di cafe kemarin, kalau kau sudah selesai ayo kita bertemu”

Anita membaca pesan itu dengan sedikit ragu. Ia melirik sejenak ke arah tumpukan berkas di atas mejanya, lalu memikirkan jadwal yang masih cukup padat hingga menjelang sore. Namun ia juga menyadari, pertemuan dengan Baim tak harus dilakukan di luar. Ia lalu menulis balasan dengan nada ramah.

“Maaf, Baim. Sepertinya hari ini aku tidak bisa keluar dari ruko. Tapi kalau kau tidak keberatan, datang saja ke tempatku. Letaknya tidak jauh dari kafe yang pernah kita kunjungi waktu itu.”

Tak lama, balasan datang dengan cepat, seolah Baim sudah menanti tawaran itu.

“Serius? Tentu aku ingin sekali. Kirim alamatnya ya. Aku ke sana sekarang.”

Anita pun mengirimkan alamat lengkap rukonya beserta arahan singkat. Setelah itu, ia meletakkan kembali ponselnya, lalu menyelesaikan beberapa instruksi untuk staf agar tidak terganggu ketika tamunya datang nanti.

Sekitar tiga puluh menit berlalu sejak percakapan itu. Di luar, sebuah mobil berwarna abu-abu metalik berhenti di depan ruko milik Anita. Seorang pria dengan kemeja biru muda dan celana panjang berwarna gelap turun dari kendaraan dengan wajah yang menampakkan rasa penasaran bercampur kagum. Ia berdiri sejenak di depan bangunan berlantai dua itu, matanya menyusuri tampilan depan ruko yang tampak modern dan bersih.

Papan nama bertuliskan ANIVE SKINCARE terlihat elegan, dengan huruf timbul berwarna keemasan yang terpancang kokoh di atas pintu kaca. Pot-pot tanaman hijau kecil menghiasi bagian depan ruko, memberikan nuansa alami yang sejuk. Baim tersenyum kecil, tak menyangka sahabat lamanya telah berhasil membangun usaha dengan tampilan yang begitu profesional.

Ia pun mendorong pintu kaca itu perlahan, disambut oleh suara lembut bel otomatis. Di dalam, suasana terasa tenang namun hidup. Beberapa staf perempuan terlihat sedang berbincang santai dengan pelanggan, sementara sebagian lainnya sibuk mengatur stok produk di rak-rak pajangan yang tertata rapi.

Salah seorang staf wanita yang berdiri di dekat meja kasir segera menyambut kedatangan Baim dengan ramah.

“Selamat siang, Kak. Ada yang bisa kami bantu?”

Baim mengangguk sopan. “Siang. Saya ingin bertemu Anita. Saya sudah janji dengan beliau sebelumnya. Katakan saja ada Baim”

Staf itu mengangguk mengerti, lalu segera menghubungi bagian atas melalui interkom. “Permisi, Bu Anita, ada tamu atas nama Baim yang ingin bertemu. Sudah ada janji katanya.”

Beberapa detik kemudian, suara dari atas menjawab, “Ya, silakan antar ke atas.”

Staf tersebut tersenyum sopan dan mempersilakan Baim mengikutinya. Mereka melewati tangga kecil menuju lantai dua, dan sesampainya di depan pintu bertuliskan nama Anita sendiri.

“Silakan masuk,” suara Anita terdengar dari dalam.

Pintu dibuka, dan Baim pun masuk. Anita tersenyum menyambut kedatangannya. Ia bangkit dari kursinya dan menghampiri sahabat lamanya itu.

“Hai, Baim. Terima kasih sudah datang.”

“Hai, Nit.” Baim membalas senyumnya dengan antusias. “Wah, ini ruko kamu? Luar biasa, ya. Aku benar-benar kagum.”

Anita tertawa kecil, menepuk pelan lengannya. “Ah, biasa saja, Baim. Masih merintis, belum sebesar usaha orang lain.”

“Jangan merendah,” ucap Baim sambil menoleh ke sekeliling. “Ini lebih dari sekadar rintisan. Kau sudah punya brand sendiri, tampilan profesional, staf yang ramah. Ini bukan hal kecil, Nit.”

Anita tersipu, lalu mengajak Baim duduk di sofa kecil.

“Bagaimana kabarmu?” tanyanya, menyodorkan segelas air mineral.

“Baik. Seperti yang kau lihat, hanya butuh udara segar setelah banyak mencium bau kimia di rumah sakit” jawab Baim sambil menerima gelas itu.

Anita mengangguk, memandang sahabatnya dengan perhatian. “Kadang kita memang butuh jeda sejenak dari rutinitas. Tapi aku senang kau datang. Kemarin kau juga sempat ingin kesini, kan?”

“Betul,” sahut Baim. “Dan sekarang aku jadi bisa lihat langsung hasil kerja kerasmu. Jujur saja, Nit, dulu aku kira kau hanya iseng ketika bilang ingin membuat usaha . Tapi sekarang, aku melihat kenyataan yang berbeda.”

Anita tersenyum, namun dalam hatinya ia mengakui bahwa ucapan Baim cukup menggambarkan reaksi banyak orang saat awal ia merintis bisnis. Termasuk suaminya sendiri.

“Memang tidak mudah, Baim. Awalnya aku banyak belajar sendiri, ikut pelatihan, seminar, bahkan sempat gagal beberapa kali. Tapi aku bersyukur sekarang sudah mulai terlihat hasilnya.”

Baim menatap Anita dengan bangga. “Kau benar-benar hebat, Nit. Kalau boleh tahu, semua formulasi produknya kau buat sendiri?”

“Sebagian besar, iya. Tapi aku juga bekerja sama dengan tim R&D dan beberapa ahli farmasi. Semua bahan kami usahakan alami dan aman”

Baim mengangguk-angguk. “Aku yakin, ini akan terus berkembang.”

Mereka pun mengobrol lebih lama, membahas berbagai hal—dari perkembangan bisnis hingga ide iklan untuk bisnis skincare Anita dengan menggunakan Baim sebagai model produknya, sebab pria itu merupakan seorang dokter yang bisa memberikan kepercayaan kepada konsumen Anita. Tetapi Baim merasa ragu dan dia menyarankan Anita untuk memakai jasa dokter kecantikan saja. Anita pun membenarkan dan dia akan membahas lagi hal tersebut dengan bagian marketing.

“Jadi... kemarin kau tidak masuk karena sedang sakit?” tanyanya penasaran.

Anita menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil. “Sebenarnya, bukan sakit biasa…”

“Hah? Jadi maksudmu kau sakit parah??” Timpal Baim terkejut.

“Bukan”

Anita tertawa lucu, lalu membuka laci meja kerjanya. Dari sana, ia mengeluarkan sebuah benda kecil berwarna putih—test pack dengan garis dua yang sudah agak pudar warnanya, namun masih cukup jelas untuk dipahami.

Baim, yang sudah puluhan kali melihat benda serupa dalam dunia medis, langsung tahu apa yang sedang diperlihatkan kepadanya. Ia menatap test pack itu dengan pandangan kosong selama beberapa detik, seolah otaknya mencoba memproses informasi yang baru saja ia terima.

“Aku hamil,” kata Anita pelan. “Kemarin aku tidak masuk karena merasa sangat mual. Suamiku menyarankan agar aku beristirahat total dulu, minimal satu hari.”

Baim masih terdiam. Matanya tidak bergerak dari test pack itu. Ada sesuatu yang tiba-tiba berat mengendap di dadanya. Ia tidak tahu mengapa perasaannya campur aduk. Sebagian dari dirinya merasa bahagia untuk sahabatnya, namun ada bagian kecil—yang selama ini ia simpan rapat—terasa tertekan dan hampa.

Namun sebagai seorang profesional, dan sebagai sahabat, ia tidak boleh menunjukkan perasaan itu. Dengan cepat, ia memaksa senyum mengembang di wajahnya.

“Selamat ya, Nit,” ucapnya, suaranya berusaha tetap terdengar tulus. “Itu kabar yang luar biasa. Aku ikut berbahagia untuk kau dan suamimu.”

Anita tersenyum lembut. “Terima kasih, Baim.”

“Kalau kamu butuh rekomendasi dokter kandungan, bilang saja padaku,” lanjut Baim. “Aku kenal beberapa yang sangat kompeten dan juga ramah. Apalagi dengan kondisi kau sekarang, lebih bagus ditangani oleh yang terbaik.”

Namun Anita tampak sedikit ragu. Ia menundukkan pandangannya dan menggenggam tangannya sendiri dengan erat.

“Aku... sebenarnya belum siap untuk ke dokter kandungan,” ucapnya pelan. “Sejak kejadian dulu... rasanya setiap kali masuk ruang pemeriksaan, aku seperti diserbu kembali oleh rasa takut itu.”

Baim mengerti maksudnya. Ia ingat cerita keguguran yang pernah dialami Anita beberapa satu tahun silam. Peristiwa itu bukan hanya menghancurkan fisik, tapi juga meninggalkan luka batin yang belum sepenuhnya sembuh. Bagi orang lain, mungkin waktu sudah cukup untuk melupakan. Tapi bagi seorang ibu yang kehilangan, kenangan itu tetap membekas dalam.

“Aku paham,” ujar Baim lembut. “Trauma seperti itu tidak bisa dipaksa untuk hilang. Tapi kau juga harus ingat, Nit... kondisi seperti ini butuh perhatian ekstra.”

Anita mengangguk pelan. “Iya. Aku tahu. Karena itu aku berusaha lebih hati-hati sekarang. Aku tidak terlalu lama berdiri, tidak memaksakan diri saat bekerja. Suamiku juga cukup perhatian, walau dia sibuk.”

Baim menghela napas perlahan, lalu berkata dengan nada serius, “Nit, seseorang yang pernah mengalami keguguran, memiliki risiko lebih besar untuk mengalami hal serupa di kehamilan berikutnya. Aku tidak ingin menakut-nakutimu, tapi kau harus benar-benar menjaga diri. Istirahat cukup, makan dengan gizi seimbang, dan... kalau kau sudah siap, temui dokter kandungan secepatnya.”

“Terima kasih sudah mengingatkanku,” jawab Anita tulus. “Kau selalu tahu cara bicara yang tidak membuatku merasa disalahkan.”

Baim tersenyum kecil. “Aku hanya ingin kau dan bayimu sehat. Itu saja.”

Mereka terdiam sejenak. Di luar, langit tampak mulai berubah cerah. Sinar matahari menembus jendela kecil, mengenai wajah Anita yang kini terlihat lebih tenang. Namun suasana itu tidak berlangsung lama.

Ponsel Baim yang ia letakkan di meja bergetar keras, memunculkan suara notifikasi panggilan masuk. Ia melihat layar sejenak, lalu wajahnya langsung berubah serius.

“Maaf, Nit,” katanya segera berdiri. “Aku harus pergi sekarang. Ini panggilan mendadak dari rumah sakit. Operasi darurat, aku tidak bisa menunda.”

Anita langsung berdiri dan mengangguk mengerti. “Tidak apa-apa. Semoga operasinya lancar, Baim.”

Ia mengiringi Baim sampai ke pintu. Sebelum keluar, Baim menoleh sekali lagi.

“Jaga dirimu baik-baik, ya. Kalau ada apa-apa, jangan ragu hubungi aku.”

“Tentu, Baim. Hati-hati di jalan.”

Baim melangkah turun dengan cepat, dan beberapa menit kemudian, suara mobilnya terdengar menjauh dari halaman ruko.

Anita kembali duduk di kursinya, matanya menatap test pack yang tadi ia letakkan di atas meja. Ada rasa hangat yang menyelusup ke hatinya karena kabar kehamilan yang akhirnya ia bagikan.

1
Uba Muhammad Al-varo
Baim jangan sampai kau meninggalkan sahabat mu Anita karena Anita seorang diri, suami nya Arsen kejam takut nya kedepannya Arsen kekejaman nya timbul kembali sampai membuat Anita lebih menderita
Uthie
Jika cinta yg suci dan tulus, selalu menemukan jalan untuk bersama...

tinggal Takdir yg menentukan..
dan bagaimana respon dr yg menjalani setiap takdir nya tsb 👍
Ana_Mar
sabar ya Baim... dengan melihat orang yg kamu cintai bahagia itulah arti cinta sebenarnya tanpa harus memaksa untuk memiliki.
Yuliana Purnomo
sebaiknya kamu percaya dokter kandungan yg direkomendasikan Baim,, Anita
Yuliana Purnomo
adeeem kan kalau kalian akur gitu
Uthie
semangat.. lanjuttt 💪🤗
Siti Zaid
Lanjut lagi ya author...semangat💪💪💪💪
Uba Muhammad Al-varo
awas aja Arsen kalau kamu berubah ke awal yaitu kejam ke Anita
Ana_Mar
mudahan masalahnya ga terlalu berat ya kk othor...kasian anitanya/Grimace/
Uthie
Nexxxttt 💞
Yuliana Purnomo
moga aja sikap Arsen GK berubah lagi ke setelan awal,,yg kejam
Arin
Jangan sampai kehamilan kali ini, Anita keguguran lagi......
keke global
udh ga kuat bayangin insiden ap yg bakal trjadi nnti
Fitri Yani: sama kak, aku juga rasanya deg-degan ky gak tenang gtu 😁
total 1 replies
Uba Muhammad Al-varo
Baim walaupun Anita lagi bahagia karena perhatian dari Arsen tapi Baim jangan pernah kau menjauh dari Anita karena Anita akan mengalami lagi penderitaan yang lebih besar lagi dari yang sebelumnya karena penghianatan Arsen.
Siti Zaid
Moga kebahagian terus utk Anita sampai melahirkan....
Ana_Mar
Baim...hmm...tenangkan hatimu bila tahu kalo Anita hamil lagi ya...
jagain dari jauh, doain yang terbaik buat Anita...
🦁R14n@
Koq mengetik padahal kan ditelp arsen istrinya 🤭🫢
Vita
saat aku sudah diam
maaf y thor gak salah judul y
🤭
Vita: ok ok
sabar menanti kediaman anita 👍
istri klo dah diem ngeri2 sedep dah 😂
Vita: ooohhh gt
mgkn q krg paham
pikir q krn anita gak hamil2 trus arsen kasar
anita diem d apain ja 😂😂
ok ok mksh
total 6 replies
keke global
jgn2 wktu itu ulah ananda
Ana_Mar
apa keguguran Nita ada hubungannya dengan ananda bersekongkol dengan dokter?
Audrey Chanel: iya kok kynya anita hamil dia tdk suka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!