Cewek imut dan manis ketika dia sedang manja, dan berubah 180 derajat menjadi dingin dan menakutkan ketika dia sedang dalam mode gila ....
Dia adalah Avril, gadis yang susah ditebak isi hatinya dan gampang berubah haluan, melakukan sesuatu seenak jidat dan suka merepotkan orang-orang disekitarnya..
Bahkan ketika sudah menikah pun d
tidak jauh beda.. Yaa dia menikah dengan laki-laki yang sederhana bernama Asep..
Ehh bukan Asep namanya..😅
Laki-laki itu bernama Keinan
Enaknya dipanggil Ken apa Kei ya??
Ken dan Avril menjalani kehidupan rumah tangga dengan banyak rintangan.. mampukah mereka melabuhkan kapalnya dengan baik sampai tujuan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qyurezz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ditolak Kei
"Pak Alex, apa sekretaris Li masih ada di sini?" Avril telah menghabiskan makanan di piringnya.
"Masih nona, ia berada diruang pribadinya"
"Tolong berikan potongan buah untuknya ya, dan tanyakan mau makan apa?"
"Baik nona" Pak Alex beranjak dari sana menuju dapur dan tidak lama kemudian membawa dalam nampan sepiring potongan buah-buahan untuk Li, lalu mengirimkannya.
Terlihat Kei juga sudah menyelesaikan makanannya. Ia memandangi hidangan yang masih utuh dan melimpah itu.
Orang kaya memang beda ya, padahal makannya cuma dua orang, tapi masakannya sebanyak ini?. Batin Kei ia menggeleng geleng kepala pelan.
"Nona, terimakasih ya atas hidangannya" ucap Kei tersenyum ramah saat ia melirik Avril. Glek. Eh kenapa dia menatapku seperti itu?.
Avril tengah memperhatikan Kei rupanya. Ya ampun kenapa dia tambah manis sekali kalau dilihat dari samping. tangannya menopang dagu memandangi Kei.
"Kau sudah kenyang Kei?" tidak menjawab ucapan Kei tadi, apa mungkin dia tiba-tiba budek? Budek karena cinta.
"I iya, sudah nona"
"Aku ke toilet dulu" Avril beranjak dari sana. "Kamu bisa tunggu di sofa" tunjuknya pada sofa di ruangan dekat tangga.
"Oke nona" tersenyum dan melambaikan tangan.
Avril meninggalkan Kei menuju ke kamarnya di lantai atas.
Tidak lama kemudian, pak Alex kembali dari ruangan Li membawa nampan yang kosong. Kei berdiri saat pak Alex menghampirinya hendak membereskan piring bekas makan Kei dan Avril.
"Pak Alex, makanan sebanyak ini siapa yang habiskan?" Kei penasaran.
Pak Alex tersenyum "Tentu saja orang-orang yang bekerja di rumah ini, kami senang memakan masakan yang ditinggalkan nona, dia sengaja menyuruh koki menyiapkan banyak masakan setiap hari ya untuk kita santap bersama juga, tapi setelah nona selesai makan ya, kita tidak berani makan duluan sebelum nona"
Jelas pak Alex sambil meletakkan piring kotor di nampannya. "Dan yang paling penting, nona bilang setelah menghidangkan makanan, kirimkan doa untuk keluarganya yang telah meninggal, itulah yang kami lakukan setiap hari"
Kei nampak merasa iba dengan nasib Avril, ia bersyukur masih ada ayah di kehidupannya. Membayangkan betapa menyedihkannya kehidupan Avril saat itu. Ia penasaran bagaimana Avril melalui ini semua.
"Kalau boleh tau, apa yang terjadi pada keluarga Avril? Bagaimana kejadiannya? Apa meninggal karena sakit?"
"Sttt.." Pak Alex menempelkan jarinya di bibir. "Jangan menyinggung soal itu"
"Maaf pak.." Kei merasa tidak enak. Bodoh sekali aku, tidak sopan. Ia mengutuki dirinya sendiri.
"Tapi nona baik sekali ya pak, murah senyum, manis dan cantik "
Pak Alex kembali tersenyum. "Anda belum tau saja tuan" Bagaimana sisi menyeramkannya Nona, anda belum tau itu. Nona kami memang cantik, tapi.. Batin pak Alex, ia mengingat sisi lain dari Avril.
"Maksudnya pak?" Kei bingung.
"Sudahlah, nanti tau sendiri" pak Alex menepuk bahu Kei pelan kemudian pergi dari sana membawa nampan berisi piring kotor, meninggalkan Kei yang berdiri mematung kebingungan.
Aaa...Aku benar-benar penasaran . Kei
Ia memutuskan menunggu Avril di sofa, karena belum menyelesaikan urusan yang tadi siang dengan Avril. Tidak lama kemudian Avril kembali, ia menuruni tangga bersamaan dengan datangnya pak Alex dari dapur membawa makanan untuk Li.
"Pak Alex, suruh Li menginap saja disini ya, aku merasa tiba-tiba gelisah" ucap Avril sambil menuruni tangga, raut wajahnya terlihat datar.
"Baik nona" Pak Alex seraya merunduk. Pak Alex juga tiba-tiba khawatir. firasatnya akan ada hal yang tidak mengenakkan, kalau nona sudah berbicara begitu.
"Pak Alex tunggu" Avril sedikit berlari menghampiri pak Alex yang mulai melanjutkan langkahnya, kemudian berhenti lagi.
"Ada apa nona?"
Avril berbisik "Jangan biarkan Kei pulang dengan tangan kosong nanti"
"Baik nona" Pak Alex tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya. Nona sepertinya sedang menunjukkan sisi baiknya.
Avril dengan perasaan yang bagus, ia menghampiri Kei dan duduk di sampingnya.
"Maaf menunggu Kei"
"Gapapa nona" ia tersenyum ,Kei mulai kembali canggung untuk memulai berbicara. "Prihal tadi siang nona" Kei ingin segera menyelesaikan masalahnya tadi.
"Aku bahkan tidak mau membahasnya Kei, tapi kamu malah membicarakannya"
Lah memang ini kan tujuan anda mengajak saya makan malam. untuk membahas tentang ganti rugi?. Batin Kei.
"Bagaimana mungkin tidak membahasnya nona, saya ingin menyelesaikannya malam ini juga"
"Begitu rupanya Kei, memangnya kamu sanggup?" Avril menopang kepalanya dengan tangan bersender di sofa, sambil memandangi Kei.
"Memangnya berapa kerugiannya nona?" Kei gugup takut-takut ia tidak sanggup.
"Aku tidak mau ganti rugi apapun darimu Kei" Avril tersenyum. "Lupakan itu"
"Benarkah?" Kei sumringah, menatap Avril menampakkan ekspresi senangnya.
Avril mengangguk, tidak berhenti tersenyum.
"Saya akan membalas kebaikan nona di masa depan, setelah saya sukses nanti" Kei merunduk hormat sambil berdiri.
"Hentikan Kei, kamu terlalu berlebihan tau gak!?" diselingi tawa.
Kei kembali duduk.
"Tapi tetap saja saya tidak enak hati nona"
"Jangan dipikirkan, aku sudah bilang kan tidak usah ganti rugi, kamu datang ke undangan makan malam ku saja aku sudah senang"
"Hehe iya nona, saya juga senang bisa kesini" saling membalas senyuman. Sejenak hati Kei terasa tenang, satu masalah terselesaikan.
Sejenak suasana hening.
Kei apa kau tidak penasaran padaku? Kenapa tidak menanyakan tentangku?, aku akan senang bercerita kepadamu Kei. Batin Avril.
"Kei kamu sudah punya pacar?" Akhirnya aku juga yang memulai bicara, kenapa si!. Aku kan mau dia yang bicara duluan. Agak kesal memang hati Avril, pasalnya dia kan sudah tau tentang Kei.
"Pacar? Saya tidak punya nona" ucap Kei malu-malu.
Aku tau Kei. "Kenapa tidak berpacaran?"
"Saya mau fokus belajar, nona"
"Oo begitu" Oke aku faham. Kamu anak yang cerdas di sekolah, idola cewek-cewek satu sekolah, dibanggakan para guru, kesayangan orang tua, pekerja keras membantu ayah ya Kei, ck aku tau itu, kau masih polos juga, dengan tidak berpacaran menambah satu poin plus dariku. Andai kau tau aku juga masih jomblo Kei. Batin Avril.
Pak Alex sudah kembali dari ruangan pribadi Li, ia langsung ke dapur melakukan sesuatu.
"Mmm.. nona, aku .." Kei ragu untuk bicara.
Apa Kei apa? Cepat tanyakan!. Batin Avril antusias.
"Kenapa Kei?"
"Tidak jadi" Kei tersenyum tak enak hati.
Cih.. nyebelin . Batin Avril.
"Kei kita berteman yuk.." akhirnya aku lagi yang mulai. Walaupun begitu, Avril tetap tersenyum dengan manis.
"Boleh nona, ayo kita berteman" Senangnya Kei.
"Yeey senangnya punya teman" ucap Avril. Mereka tertawa bareng.
Tanpa disadari pak Alex tengah berada di dekat sana memperhatikan Avril dan Kei.
"Nona boleh saya bertanya sesuatu?"
"Tanya apa Kei?" Avril kembali antusias.
Aku lancang gak ya bertanya begini?. Hmm
"Kenapa nona memanggil sekretaris Li dengan sebutan nama? Bukankah dia lebih tua darimu?".
Avril tersenyum dengan pertanyaan Kei.
sungguh kau mau tau Kei? Baiklah, kau harus membayarnya untuk jawabanku nanti. Haha.
"Mmmm.. aku mulai dari mana ya?" Avril berfikir "Li adalah sekretaris Ayah, orang yang paling dipercaya ayah, aku sering diasuhnya saat aku umur 5 tahun, dia sangat baik, lembut dan manis padaku, kami saling menyayangi, bahkan aku ingin menikah dengannya waktu kecil dulu" Avril tertawa mengingat saat itu "tapi ternyata dia sudah menikah, istrinya berada di luar negri. Saat itu usia Li 23 tahun, aku 5 tahun, aku sangat mengaguminya. Sampai aku beranjak remaja dia bersikap sangat manis padaku. Sampai kejadian ayah dan kakak laki-lakiku meninggal karena kecelakaan, senyum Li kian memudar, dia jadi banyak diam, tidak lagi memperhatikanku, ditambah lagi ibu menyusul ayah tak lama setelah ayah dan kakak Edward meninggal" Avril menarik nafas panjang. sedikit murung juga, membuat Kei tak tega melihatnya.
"Sudah nona.. jangan diteruskan.. Maaf saya sudah membuat anda sedih nona" Kei merasa tidak enak hati telah bertanya, dia pikir ceritanya tidak panjang begitu.
"Diam Kei, aku belum selesai" Avril mengubah posisi duduknya. Duduk bersandar, tangan dipaha memainkan kuku palsunya, ia merunduk. "Waktu itu aku frustasi, setelah pemakaman ibu aku memilih untuk mengakhiri hidup. Aku loncat dari jembatan yang bawahnya sungai, Tapi karena kebodohanku, mengakibatkan empat pengawalku meregang nyawa juga, mereka berusaha menyelamatkanku, tapi malah mereka yang meninggal"
Benarkah nona? Anda sampai mau mengakhiri hidup?. Kei memikirkan betapa rumitnya saat itu keadaan Avril.
Avril menghentikan ceritanya, ia melihat Kei sangat serius mendengarkan. Membuat Avril tergelak.
"Kei kamu mirip sekali kakakku.. Hahaha"
Kenapa dia malah tertawa? Padahal aku sangat serius mendengarkan. Kei ikut tertawa dengan canggung.
"Nona, saya sedang serius mendengarkan"
"Kamu ingin mendengar kelanjutannya Kei?"
Kei mengangguk dan serius.
"Tapi kisahku ini tidak gratis" ucapnya santai.
Yaaahh ..
"Apa saya harus membayarnya?"
"iya"
"Berapa?" Kei serius.
"Tidak dengan uang Kei "
"Lalu?"
"Kei kau mau bekerja denganku?"
"Bekerja?" Kei mengerutkan dahinya terkejut.
Avril mengangguk. Biar aku bisa melihatmu tiap hari Kei.
Kei nampak berfikir. Bekerja? Apa nona serius?, lalu bagaimana dengan ayah? Dia pasti kerepotan di kedai kalau tidak ada aku yang membantu melayani pembeli. Apa nona akan marah jika aku tolak?. Batin Kei
"Kei!!" Avril mengibaskan tangannya didepan mata Kei, karena Kei nampak bengong saja. "Dasar kamu" Avril mencubit pipi Kei gemas.
"Aaa..." Kei meringis spontan meraba pipinya.
"Salahmu..kenapa bengong?" Avril manyun karena merasa diabaikan tadi.
"Maaf"
Avril melihat pipi Kei merah. Ya Tuhan apa aku berlebihan?. "Apa sakit Kei?" Avril mengusap pelan pipi Kei.
Deg .. Sontak Kei berdebar kembali dibuatnya.
"Sakit Kei? Maaf ya"
"Tidak nona" Kei gelagapan, ya ampun jantungku.
"Jadi gimana? kamu mau tidak bekerja denganku?"
"Nona, terimakasih atas kebaikan anda, tapi saya tidak bisa, saya harus membantu ayah di kedai"
Cihhh... Memangnya berapa penghasilan mu Kei?, aku bisa membayarmu lima kali lipat kalau mau. Avril nampak kecewa.
"Aku tau Kei, aku faham"
Berani dia menolaku?.
"Maaf nona, saya akan membalas kebaikan anda setelah saya sukses nanti,"
Kamu pikir saya bisa menunggu Kei?.
"Jangan dipikirkan Kei" apa yang diucapkannya berlainan dari hatinya.
Kei merasa tidak enak hati karena menolak Avril. Ia berencana mendiskusikan hal ini dengan ayahnya nanti.
"Nona, ini sudah larut" Li datang menghampiri Avril dan Kei.
Kei melihat ke sumber suara, sementara Avril cuek saja, tiba-tiba suasana hatinya tidak enak.
"Benar nona, ini sudah larut, saya mau pamit pulang ya" Kei beranjak dari duduknya.
"Iya Kei " tidak melirik Kei "Pulanglah "
Kei masih tersenyum, menunggu Avril bereaksi.
"Iya, saya, pulang dulu" ia meraba tengkuknya, tidak enak hati Avril jadi diam.
Avril mengangguk, tatapannya kosong.
"Sekretaris Li, saya pamit" Kei merunduk padanya.
"Silahkan tuan" mengangguk.
"Tuan tunggu" Pak Alex menyerahkan sebuah bingkisan yang dibungkus rapih untuk Kei. "Ini dari nona, tolong terima"
"Maaf pak Alex, tidak perlu repot-repot" Kei menolak.
"Kau mau membuat nona semakin buruk suasana hatinya?" berbisik pada Kei. Menatap Kei tajam.
"Hah? Ba..baik pak, saya terima, terimakasih ya" Kei sedikit terlonjak. Akhirnya merima juga.
Pak Alex mengangguk dan tersenyum tipis. Kei ingin sekali menyapa Avril mengucap terimakasih padanya, tapi nampaknya ia tahan saja, melihat Avril yang tiba-tiba diam membuatnya menjadi canggung. Mungkin lain waktu dia bisa berbicara lagi dengan Avril.
Kei beranjak dari sana berjalan ke depan rumah meninggalkan Avril, ia menoleh ke belakang. Avril masih diam.
Ia diantar Kei menuju halaman.
Apa dia marah ya? Masa iya si?. Batin Kei.
Kei sudah menaiki motornya. Memakai helm dan menyalakan motor. Bingkisannya sudah ia gantung di leher motor. Ia melirik ke arah pintu rumah, sudah ada Avril pandangan mereka bertemu, Avril tersenyum dan melambaikan tangan. Langsung dibalas oleh Kei. Kemudian ia melajukan motornya meninggalkan kediaman Avril.
kayaknya avriel lg jatuh cinta pemuda di kedai itu sll membuat avriel semangat skl mendekatinya...