Ini kelanjutan cerita Mia dan Rafa di novel author Dibalik Cadar Istriku.
Saat mengikuti acara amal kampus ternyata Mia di jebak oleh seorang pria dengan memberinya obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Nahasnya Rafa juga tanpa sengaja meminum minuman yang dicampur obat perangsang itu.
Rafa yang menyadari ada yang tidak beres dengan minuman yang diminumnya seketika mengkhawatirkan keadaan Mia.
Dan benar saja, saat dirinya mencari keberadaan Mia, wanita itu hampir saja dilecehkan seseorang.
Namun, setelah Rafa berhasil menyelamatkan Mia, sesuatu yang tak terduga terjadi diantara mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Setelah kepergian Rina dan Joane, Gilang merenung sendirian memikirkan putrinya, berdiri di balkon lantai dua dengan pandangan tertuju pada lampu-lampu taman.
Perhatiannya baru teralihkan saat Airin datang dan mengusap bahunya. Ia menatap wanita itu.
"Bagaimana Mia?" tanyanya.
"Sedikit lebih tenang. Rina berhasil membujuknya."
"Alhamdulillah."
Airin menatap suaminya. Bertanya-tanya dalam hati karena Gilang tidak memperkarakan perbuatan Leon.
Ia takut jika suaminya menyimpan dendam dan akan meledak suatu hari nanti.
"Mas, apa kamu benar-benar sudah mengampuni perbuatan Leon? Atau, kamu melakukannya untuk Rafa?"
Mendengar pertanyaan itu Gilang terdiam sejenak.
"Ayah mana yang tidak akan marah? Aku sangat marah. Tapi, kalau aku menyeret Leon, sama saja memperburuk keadaan. Akan lebih banyak korban lagi. Rafa ... Mia, mereka berdua korban dalam kejadian ini. Aku bisa saja menyeret Leon dan memenjarakannya. Tapi, aib putriku yang kututupi dari semua orang akan terbuka. Mia akan lebih malu lagi. Biarlah masalah ini kita selesaikan secara kekeluargaan tanpa tersentuh hukum."
Walaupun rasanya ia sangat ingin menghukum orang yang sudah menjebak putrinya.
"Bagaimana dengan Rafa?"
"Rafa tidak akan lari. Aku yakin suatu hari nanti dia akan kembali lagi meminta Mia dari kita. Mereka berdua hanya butuh waktu untuk mengerti keadaan."
**
**
Malam sudah larut saat Airin memasuki kamar putrinya. Sebelum tidur, ia ingin memastikan keadaan Mia.
Ketika membuka pintu ia mendapati Mia sedang shalat. Sehingga memilih menunggu beberapa menit.
"Sudah merasa lebih baik, Nak?" tanya Airin, duduk di sisi putrinya.
Mia mengangguk. Matanya tampak sembab. Airin mengusap puncak kepala yang terbalut hijab.
"Boleh bunda tanya sesuatu?"
"Soal apa, Bunda?"
Airin menari napas dalam-dalam. Selama ini ia tahu perasaan Mia yang tersimpan untuk Raka. Ia tahu semua terasa berat bagi Mia.
"Bagaimana perasaan kamu terhadap Rafa?"
"Aku bingung, Bu. Selama ini aku menganggap Kak Rafa seperti Kakak. Aku sayang dia sama seperti aku sayang Kak Brayn. Tapi, kenapa melihat dia dekat dengan perempuan yang lain rasanya sakit?"
Airin mengulas senyum. Paham arah pembicaraan putrinya.
"Hari ini Rafa sudah mengembalikan kamu pada kami dan Ayahmu sudah membebaskannya. Kamu tahu apa artinya?"
Mata Mia kembali mengembun. "Aku yang salah, Bunda. Aku terlalu menyakitinya. Dia selalu menunjukkan perhatiannya padaku, menghadapi sikapku dengan sabar. Tapi semua kubalas dengan kemarahan sampai membuatnya menyerah."
"Sekarang pernikahan kalian ada di tangan kamu. Mau diakhiri atau dipertahankan. Ingat Nak, laki-laki itu sulit jatuh cinta, ketika mencintai mereka akan benar-benar tulus. Tapi mereka juga mudah berpaling jika cintanya tidak dirawat."
Mia termenung.
"Apa Kak Rafa mencintai aku, Bunda? Atau dia menikahi aku hanya untuk bertanggung jawab?"
"Mia, laki-laki mana yang menjaga seseorang yang tidak punya hubungan darah dengannya? Rafa menjaga Ibunya karena Ibunya adalah wanita yang melahirkannya. Dia menjaga kedua adik perempuannya karena mereka adiknya. Tapi kamu? Ada alasan apa sampai Rafa selalu menjaga kamu? Bahkan dia rela terluka hanya untuk melindungi kamu. Apa dia pernah menunjukkan perhatian yang sama pada gadis lain?"
"Tidak, Bunda."
"Lalu, menurut kamu, apa alasannya sampai dia bisa melakukan semua itu untuk kamu? Apa hanya karena kamu teman sejak kecilnya? Alina juga temannya sejak kecil. Tapi, apa dia memperhatikan Alina sama seperti kamu?"
Penjelasan panjang Airin itu berhasil meluluhlantakkan hati Mia. Meluruhkan air mata. Ribuan jarum terasa menusuk ke hati.
Semua perlindungan, perhatian dan pengorbanan Rafa selama ini, sayangnya telat ia pahami sebagai bentuk cinta.
Lalu, adakah kesempatan baginya untuk menyatukan kembali hati yang telah ia hancurkan?
"Terkadang, kita baru menyadari seberapa berharganya seseorang kalau sudah kehilangan. Jangan sampai kamu mengalami itu."
"Apa Kak Rafa marah sama aku, Bunda?"
"Rafa mana bisa marah sama kamu?" Airin mengulas senyum.
"Dia pergi karena kecewa. Kenapa sakit sekali rasanya mendengar ucapannya?"
"Nak, tidak salah kalau kamu merasa bahwa kamu adalah korban. Tapi, apa pernah kamu melihat semuanya dari sudut pandang Rafa? Dia menanggung semuanya sendirian. Kejujuran, tanggung jawab, kebaikan yang dia bangun untuk bisa lepas dari bayangan Ayah kandungnya hancur dalam semalam hanya karena kesalahan yang dia pun tidak sengaja."
"Apa pernah kamu memikirkan apa yang dirasakan Rafa setelah malam itu? Apa menurut kamu dia senang? Tidak! Justru dia yang paling hancur. Dia mau menjadikan kamu wanita halalnya secara baik, dengan jalur halal. Tapi, malah seperti ini jadinya. Apa pernah kamu memikirkan sebesar apa rasa bersalahnya? Beban apa yang dia tanggung sendirian?"
Sesak menyusup ke hati membayangkan betapa egois dirinya selama ini. Memikirkan lukanya sendiri tanpa memikirkan yang lain.
"Andai kamu bisa merasakan sedikit saja luka hatinya Rafa, kamu tidak akan punya sedikit pun rasa benci terhadapnya."
Airin mengecup kening putrinya, lalu beranjak meninggalkan kamar.
Di tengah kegelapan Mia menangis seorang diri. Membuka ponsel dan mencari nomor suaminya.
Sayangnya, ponsel Rafa dalam keadaan tidak aktif. Membuatnya benar-benar terkekang rindu.
"Kak Rafa ...." Ia terisak memeluk sweater milik suaminya.
*************
*************
Dina sangat terkejut mia berkata istrinya dan mengandung anaknya, dina patah hati....
waktu interaksi dgn leon.