NovelToon NovelToon
AKU ISTRIMU BUKAN MUSUHMU

AKU ISTRIMU BUKAN MUSUHMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: SAFIRANH

Luna harus memilih antara karir atau kehidupan rumah tangganya. Pencapaiannya sebagai seorang koki profesional harus dipertaruhkan karena keegoisan sang suami, bernama David. Pria yang sudah 10 tahun menjadi suaminya itu merasa tertekan dan tidak bisa menerima kesuksesan istrinya sendiri. Pernikahan yang telah dikaruniai oleh 2 orang putri cantik itu tidak menjamin kebahagiaan keduanya. Luna berpikir jika semua masalah bisa terselesaikan jika keluarganya tercukupi dalam hal materi, sedangkan David lebih mengutamakan waktu dan kasih sayang bagi keluarga.
Hingga sebuah keputusan yang berakhir dengan kesalahan cukup fatal, mengubah jalan hidup keduanya di kemudian hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SAFIRANH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Hari telah berubah menjadi gelap saat seluruh anggota keluarga Pak Helmi dan Bu Galuh kembali memasuki rumah. Derit pintu kayu terdengar saat dibuka oleh Doni yang berjalan lebih dulu dari keluarga lainnya.

Luna tampak menggendong Siena, sedangkan David bertugas menggendong Sarah. Dua bocah perempuan itu tertidur karena kelelahan. 

“Maaf, semuanya. Tapi, kami harus mengantar anak-anak ke kamar lebih dulu,” pamit David pada keluarganya. Ia pun melangkah beriringan dengan Luna, menuju ke lantai atas.

“Hari yang melelahkan,” Bu Galuh mendengus pelan. Wanita paruh baya itu tampak langsung melangkah menuju ke arah dapur, seperti tidak memiliki rasa lelah sama sekali. “Meski hari sangat sibuk, tapi dapur harus tetap dalam keadaan bersih,” ungkapnya dengan ketus.

Ucapan pedas itu tentu saja tak bisa diabaikan begitu saja oleh Maria selaku menantu di rumah ini. Tapi kali ini, rasa lelah pada tubuhnya benar-benar merasuk sampai ke dalam tulang. 

Maria menoleh ke arah Doni yang berdiri di sampingnya, menatap suaminya itu dengan penuh harapan. “Mas…” ucapnya singkat. Berharap jika Doni akan langsung mengerti dengan kode yang ia berikan.

Doni justru mengangguk pelan, lalu berucap. “Kamu boleh membantu Ibu, aku akan ke kamar terlebih dulu,” ucapnya singkat diiringi dengan senyuman yang entah mengapa malam ini terlihat menyebalkan bagi Maria.

“Mas…kamu gimana sih?” panggil Maria tanpa suara. Namun Doni tidak mendengar semua itu, dan tetap berlalu pergi menuju ke arah kamarnya.

“Hah, sial sekali aku.” Maria memejamkan mata sejenak, mengambil nafas lalu mulai memasang senyum ramahnya. 

Dengan sangat terpaksa, Maria harus membantu Ibu mertuanya untuk membersihkan dapur. Padahal hari sudah larut malam, harapan Maria sebenarnya adalah bisa langsung mandi dan dilanjutkan beristirahat di atas ranjangnya yang nyaman.

“Maria, gosok panci ini sampai bersih. Ibu mau menata bahan makanan di dalam kulkas,” perintah Bu Galuh.

“Baik, Bu,” jawab Maria sangat ramah. Sayangnya ekspresi itu langsung berubah saat Bu Galuh berbalik dari hadapan Maria. Ia menatap sangat tidak suka ke arah Ibu mertuanya, yang sering bertindak semena-mena.

“Nanti jika Luna sudah turun, maka pekerjaan ini akan ku alihkan semua padanya. Dan aku akan bebas.”

Maria mengusap piring kotor di tempat cucian dengan cepat. Berharap jika sebentar lagi bala bantuan agar segera datang menggantikan tugasnya.

***

Sementara itu di kamar atas, Luna dan David baru saja mengantarkan anak-anak ke kamar mereka. Luna tengah menyelimuti Siena, lalu memberikan kecupan sayang pada kedua putrinya itu secara bergantian.

Melihat malaikat kecilnya tertidur pulas, membuat hati Luna terasa menghangat. Tanpa terasa, ia mengulas senyum saat menatap ke arah mereka berdua. Sebuah senyuman yang sangat jarang terlihat dalam jangka waktu yang cukup lama.

“Bisa kita keluar sebentar, aku ingin bicara denganmu,” ucap David tiba-tiba.

“Tentang masalah apa?” tanya Luna singkat.

“Ikut saja, nanti kamu juga tahu,” David melangkah keluar terlebih dulu, tanpa menjawab pertanyaan dari Luna.

Meski merasa lelah dengan drama rumah tangganya, namun Luna tetap berusaha bertahan, meski ia tidak tahu sampai kapan dirinya mampu menahan situasi seperti ini.

Dengan langkah berat, Luna mengikuti David dari arah belakang, menuruni tangga, hingga sampai di halaman depan rumah mereka. 

David menghentikan langkah, lalu berbalik, menatap ke arah Luna. “Kenapa kamu bersikap dingin seperti itu di hadapan banyak orang?” 

Luna mengerutkan dahinya, “Dingin? Apa maksudmu?” 

“Jangan pura-pura tidak tahu. Atau kamu memang sengaja ingin memperlihatkan hubungan kita yang memang sengaja kamu buat menjadi buruk?” 

“Hah?” Luna merasa heran. Ia bahkan sampai tak percaya jika David bisa mengatakan fitnah sekejam itu. “Apakah kamu sadar saat mengatakannya?” Luna berbalik bertanya pada David.

“Memangnya apa yang salah? Kamu bahkan tidak pernah melihat tumbuh kembang Sarah dan Siena secara maksimal. Apakah itu yang disebut seorang Ibu yang baik?”

“Aku mencari uang untuk mereka, untuk masa depan mereka,” Luna maju satu langkah, matanya menatap lurus ke arah David. Terlihat betapa kecewa dan hancurnya seorang wanita saat dirinya di cap sebagai seorang Ibu yang gagal.

“Tapi uang tidak bisa memberikan cinta dan kasih sayang pada mereka,” jawab David tak mau kalah. “Kamu terlalu sibuk, Luna! Semua tindakanmu tanpa sadar telah menyakiti keluargamu sendiri. Sama seperti tadi, kamu begitu asyik mengobrol dengan orang lain tanpa memikirkan ku.”

Saat kembali menyaring ucapan David, Luna baru sadar jika pria ini kembali marah karena kurang mendapatkan perhatian darinya. 

“Itu acara kita, wajar jika aku menemui para tamu satu persatu demi menghormati kedatangan mereka.” Luna memberikan alasan yang masuk akal. David bahkan tampak diam tak mampu lagi untuk menjawab semuanya.

Saat mulut David hendak terbuka untuk berucap, Luna langsung mengambil langkah seribu untuk menghindar. Meski seperti yang dikatakan oleh David jika hubungan mereka memang sedang tidak baik, tapi sebisa mungkin Luna tidak memiliki niat untuk semakin memperburuk semuanya.

Hanya demi dua nama, yaitu anak-anaknya.

“Luna..! Luna berhenti, kita belum selesai bicara,” David mengejar Luna sampai ke arah dalam.

Bukannya berhenti, Luna justru mempercepat langkahnya. Ia bahkan melewati ruang tamu yang terlihat sangat jelas dari area dapur dengan santai, seperti tidak terjadi apapun. Padahal di dapur, Ibu mertua dan kakak iparnya tengah bersih-bersih.

Bu Galuh yang melihatnya sampai ternganga tak percaya, saat Luna hanya lewat begitu saja tanpa berniat untuk membantu mereka.

Tak berapa lama kemudian, Bu Galuh melihat putranya yaitu David, setengah berlari saat hendak menyusul Luna.

“David,” panggilnya pada sang putra. Bu Galuh yang masih membawa serbet di tangan kanannya itu, melangkah menghampiri. “Ada apa dengan istrimu itu?” 

“Tidak apa-apa, Bu. Luna hanya marah karena aku menghabiskan tabunganku untuk membangun bisnis warung makan itu,” David mengarang cerita dengan sangat lihai agar istrinya tampak sangat buruk dimata orang tuanya.

“Dia marah? Atas hak apa dia marah. Uang itu adalah milikmu, jadi terserah mau kamu apakan uangnya,” ujar Bu Galuh dengan nada emosi.

“Sudah biarkan saja, Bu. Lagipula aku memang sudah memakai uang itu. Dia tidak akan bisa bertindak macam-macam.”

“Kamu selalu saja membela Luna, itulah kenapa istrimu itu jadi sangat manja, David. Dia bahkan tidak mau membantu bersih-bersih.” Bu Galuh, merasakan amarah yang meluap dalam dirinya. Nafasnya naik turun, dengan bukaan mata yang melebar.

David mendekat, dengan gerakan yang sangat halus, ia menunduk mencoba mensejajarkan dirinya dengan tinggi Ibunya. Mengajak wanita yang telah melahirkannya itu kembali ke dapur. 

“Jangan khawatir, aku yang akan membantu Ibu di dapur, bagaimana?” tawar David.

Bu Galuh menoleh. Meski tidak bisa menekan putranya sendiri seperti yang selalu ia lakukan pada Luna, tapi boleh lah. Sedikit bantuan yang ditawarkan oleh David, setidaknya bisa meringankan tugas bersih-bersih di dapur.

Saat baru saja masuk, Maria langsung menoleh, berharap jika yang datang adalah Luna. Tapi sayang…karena itu tidak sesuai dengan harapannya.

“Lho, Bu. Dimana Luna?” tanya Maria langsung pada Bu Galuh.

“Jangan membicarakannya. Sudah, lekas selesaikan pekerjaan ini agar kita bisa istirahat,” Bu Galuh justru mengambil duduk di salah satu kursi menghadap meja makan. Berniat untuk bersantai dan menikmati teh hangatnya.

Sedangkan Maria yang diam seperti patung, membayangkan jika pekerjaan sebanyak ini akan dikerjakannya sendiri. Ya meskipun ada David, tapi tidak mungkin Maria akan menyuruh adik iparnya itu mengerjakan semuanya.

Maria memejamkan matanya penuh frustasi. Bagaimana bisa dirinya yang harus menjadi korban di sini.

“Ah, sialan! Ini semua gara-gara Luna.” Maria meremas spon cuci piring di tangannya.

BERSAMBUNG 

1
Becce Ana'na Puank
ok
SAFIRANH: Terima kasih ❤️
total 1 replies
HappyKilling
Bikin terhanyut. 🌟
SAFIRANH: Terima kasih 😘
total 1 replies
Helen
Kece abis!
SAFIRANH: Terima kasih,🥰❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!