Mirna gadis miskin yang dibesarkan oleh kakeknya. Dia mempunyai seorang sahabat bernama Sarah.
Kehidupan Sarah yang berbanding terbalik dengan Mirna, kadang membuat Mirna merasa iri.
Puncaknya saat anak kepala desa hendak melamar Sarah. Rasa cemburunya tidak bisa disembunyikan lagi.
Sang kakek yang mengetahui, memberi saran untuk merebut hati anak kepala desa dengan menggunakan ilmu warisan keluarganya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya? Yuk baca kisahnya, wajib sampai end.
29/01'25
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 22
🦉🦉🦉
Bu Ayu memanggil Sarah untuk ikut makan malam. Dia tahu sejak berangkat ke rumah Mak Denok sampai malam ini dirinya dan menantunya belum makan sama sekali.
"Sarah! Ayo makan dulu, Neng!" Panggil Bu Ayu yang tengah berdiri di depan pintu kamar tamu.
Ceklek
Sarah keluar dengan mata yang sembab membuat Bu Ayu semakin merasa bersalah.
Sarah menarik lengan Bu Ayu untuk diajak masuk ke kamarnya. Ibu mertuanya pasrah mengikuti keinginan sang menantu, memang saat ini Sarah membutuhkan perhatian lebih.
Sarah membawa mertuanya duduk di pinggiran tempat tidur, dia kembali menyeka air matanya sebelum memutuskan berbicara serius.
"Bu, aku mau pulang ke rumah orang tua ku!" Ucapnya.
"Kenapa?" Tanya Ibu mertuanya.
"Terus terang saja, aku gak mau kalau kekasih kang Purnomo datang kemari. Apalagi kalau sampai berhasil nyembuhin."
"Ya tapi kenapa atuh, Neng?"
"Bagaimana kalau dia meminta sesuatu setelah menyembuhkan Kang Purnomo?"
"Ibu gak ngerti, Neng!" Terlihat Bu Ayu yang bingung dengan pertanyaan Sarah. Dia sampai mengernyitkan dahinya.
"Wanita itu pasti minta untuk bisa bersama dengan Kang Purnomo. Pastinya Ibu dan Bapak akan menyetujui permintaannya."
"Aya-aya wae, Neng. Kenapa sampai kepikiran seperti itu? Ibu dan Bapak memiliki cara sendiri untuk mendapatkan airmata kekasih Purnomo. Kamu gak usah khawatir.
"Hah? Nu leres?" Sarah tidak menyangka mertuanya memiliki pemikiran seperti itu.
"Purnomo akan sembuh, dia akan tetap menjadi milik Neng Sarah. Ibu tidak akan membiarkan Purnomo jatuh ke tangan wanita lain, selain Neng Sarah." Bu Ayu tidak akan menyia-nyiakan menantu seperti Sarah, dia merupakan pewaris tunggal dari orang terkaya di kampungnya.
Sarah segera memeluk ibu mertuanya, tak menyangka kalau dia masih dipedulikan. Awalnya dia merasa akan dipojokkan, akan disalahkan karena sikap pemaksanya. Nyatanya, dia tetap mendapat dukungan dari kedua mertuanya.
Dia masih menjadi yang paling tinggi dan berkuasa, senyumannya kembali merekah. Kini dia tidak lagi merasa ditinggalkan sendiri.
"Tadi Ibu bilang tidak usah memikirkan tentang hubungan kami dulu, jadi aku bersedih."
"Maafkan ibu! Tadi kan semuanya belum dipikirkan secara baik-baik." Ucap Bu Ayu.
Akhirnya mereka pergi makan malam bersama, di meja makan tertata beraneka ragam lauk pauk yang menggugah selera.
Mirna menatap semua hidangan, seolah ingin mencoba semuanya. apa yang dia lakukan tak luput dari pandangan orang tua Purnomo dan Sarah.
"Dasar jalang miskin, melihat makanan seperti ini saja sampai membuat matanya hampir lepas." Gumam Sarah dalam hati.
"Makan yang ingin kau makan, sayang. Jangan sungkan!" Ucap Purnomo.
Kata terakhir yang diucap Purnomo, sanggup memancing amarah Sarah. Dia menggebrak meja, membuat semua orang kaget dan spontan menoleh ke arahnya.
"Kalau mau makan, makan saja. Jangan berisik!" Kesal Sarah.
Sudut bibir Mirna tertarik. Sarah tengah cemburu padanya.
"Ini belum seberapa, Sarah!" Batin Mirna.
🦉🦉🦉
Makan malam telah selesai, kini Mirna dan Purnomo berada dalam kamar yang seharusnya menjadi kamar pengantin Sarah.
Purnomo terlihat memegang kepalanya yang terasa sakit. Mirna menghampirinya.
"Ada apa, Kang?" Mirna tahu Purnomo sedang merasakan sakit yang telah dibuatnya.
"Akhir-akhir ini kepala ku sering sakit."
Mirna menyentuh wajah Purnomo, sedangkan tangan lainnya diletakkan diatas dada bidang lelaki itu.
"Dengarkan aku, Akang! Jangan melawan rasa itu, nikmati makanan kau akan menemukan kesembuhan. Hanya ada aku dihatimu, dipikiran mu, kau hanya milikku." Ujarnya.
Purnomo mengangguk mengikuti instruksi Mirna. Yang dia dapatkan adalah keindahan, menari nari di depan mata.
"Aku ingin segera menikahi mu, agar bisa memiliki mu seutuhnya, Mirna."
"Hmm, bagaimana dengan Sarah?"
"Sarah? Dia kenapa?"
"Kau sudah menikahinya kemarin."
"Jadi benar aku menikah dengannya? Kenapa aku bisa menikahinya? Purnomo merasa bingung dengan dirinya sendiri.
Dia menjadi plin plan, atau lebih tepatnya pelupa. Dia sama sekali tak mengingat kalau baru saja menikah dengan Sarah.
🦉🦉🦉
Ditengah malam yang dingin, seorang nenek tua menapaki jalan tanpa mengenakan alas kaki. Dia membawa dupa dengan asapnya yang menyebar kemana-mana.
Malam ini giliran Parjo yang jaga malam bersama tiga orang temannya. Matanya menangkap sosok nenek tersebut, membuat bulu kuduknya merinding.
"Min, Parmin! Ari eta teh naon?" tunjuknya pada sosok yang membawa dupa berkeliling kampung.
Ini pertama kalinya dia melihat hal seperti ini, apa itu orang gila atau hantu?
Parmin dan dua teman lainnya segera menoleh.
"Aya naon?"
"itu..." tunjuk Parjo kearah nenek pembawa dupa.