NovelToon NovelToon
Istri Tak Ternilai

Istri Tak Ternilai

Status: tamat
Genre:Tamat / Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:12.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Terbangun dari koma akibat kecelakaan yang menimpanya, Lengkara dibuat terkejut dengan statusnya sebagai istri Yudha. Jangan ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja bahagia.

Namun, Lengkara merasa asing dengan suaminya yang benar-benar berbeda. Tidak ada kehangatan dalam diri pria itu, yang ada hanya sosok pria kaku yang memandangnya saja tidak selekat itu.

Susah payah dia merayu, menggoda dan mencoba mengembalikan sosok Yudha yang dia rindukan. Tanpa dia ketahui bahwa tersimpan rahasia besar di balik pernikahan mereka.

******

"Dia berubah ... amnesia atau memang tidak suka wanita?" - Lengkara Alexandria

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 09 - Mati Kutu

"Iya, ikhlas!! Aku ikhlas, Bima, bukankah selama ini kau terluka juga? Bagiku kau dan Lengkara sama-sama berharga, dahulu membahagiakan Lengkara adalah keinginanku, tapi untuk saat ini kau yang bisa. Dan dengan cara ini juga, lambat laun, percaya atau tidak percaya kau akan bahagia nanti."

Sepanjang jalan, ucapan Yudha terngiang di kepalanya. Jujur saja, di antara banyak manusia di dunia, Bima sangat mempercayainya. Namun, untuk yang kali ini entah kenapa dia merasa Yudha tengah berkhianat.

Dia memang tidak pernah merasakan cinta, tapi dia percaya sehangat apapun senyum Yudha saat ini semua tidak lebih dari sakit. Seperti kata seseorang, semakin dalam mencintainya, maka akan semakin sakit.

Hampir pukul sembilan malam, Bima baru tiba di kediaman mertuanya. Entah harus menjawab apa dia kali ini, mana mungkin menyeret nama Zean lagi. Beginikah kehidupan pernikahan? Padahal, dia hanya suami pengganti, tapi perasaan takut diamuk istri sudah melekat dalam diri Bima.

"Dia di kamar ... tadi mogok makan, coba kau bujuk siapa tahu hatinya luluh."

"Iya, Pa."

Baru saja pulang, Bima justru dihadapkan dengan permintaan semacam itu. Tidak ada penolakan, pria itu segera beranjak ke kamar Lengkara dengan langkah pelan. Sembari berpikir, jawaban apa yang nanti akan dia berikan jika Lengkara tiba-tiba bertanya padanya.

"Kara ... boleh aku masuk?"

Pertanyaan macam apa itu, Bima mengatupkan bibir kala sadar dirinya sedikit aneh. Tidak ada jawaban, pintu juga tidak segera terbuka. Hingga, Bima perlahan mendorong pintu tersebut, khawatir juga andai bantal atau benda lain tiba-tiba mendarat di kepalanya.

"Oh tidur."

Bima menghela napas lega, wanita itu tengah terlelap di sofa yang tidak seharusnya dipakai untuk tidur. Terlalu kecil hingga tidak bisa menampung seluruh tubuhnya. Perlahan Bima mendekat, penampilannya sudah berbeda dan bisa dipastikan sudah mandi.

Beberapa detik dia pandagi, secepat mungkin Bima mengalihkan pandangan. Wanita ini adalah istrinya, tapi entah kenapa hanya sekadar menatap saja Bima merasa terlalu lancang. Tatapan Bima kini tertuju pada benda pipih yang masih berada dalam genggaman Lengkara.

Nalurinya seolah berkata untuk mencaritahu apa yang terdapat di sana. Padahal, Bima bukan tipe manusia yang ingin tahu urusan orang lain, tapi kali ini dia benar-benar tertarik untuk melihat hal pribadi milik Lengkara.

"Astaga ... dia menghubungiku sebanyak ini? Ays kemana otakmu, Bima!!"

Bima mendadak pucat pasi kala memeriksa riwayat pesan dan panggilan keluar di sana. Sama sekali dia tidak berpikir akan Lengkara hubungi sebanyak itu, dan melihat kekesalan yang Lengkara luapkan padanya pria itu tertawa sumbang tanpa sengaja.

Tidak hanya pesan teks, tapi juga pesan suara yang tidak kalah menyeramkan. Bima memeriksa seakan lupa bahwa yang berada di belakangnya adalah pemilik benda itu. Lelahnya hari ini seakan hilang, padahal hanya sebatas menyaksikan hal konyol semacam itu.

"Mas Yudha kemana? Janda mana yang sudah memikat hati kamu? Aduin papa ya!!"

"Oey Yudha!! Dasar tega!! Suami durjana ... mas kenapa sebenarnya?!!"

Terpikat janda? Suami durjana? Ya Tuhan mengerikan sekali ucapannya. Jika mendengar suaranya, dapat dipastikan wanita itu mengeluarkan tenaga dalam. Tidak hanya keras, tapi di ujung-ujung kalimat bahkan terdengar serak.

Penasaran dengan yang lainnya, Bima mengambil posisi nyaman dan duduk di lantai membelakangi Lengkara. Tidak lupa pria itu bersandar di sofa demi bisa meregangkan otot-ototnya.

"Mas jempuuuuuuut!! Budek ya ... lima menit lagi mas tidak jemput aku tidak mau makan malam!!"

"Ah sudahlah!! Berarti mas mau istrinya yang cantik ini kurus kering!! Bye!!"

"Eh bentar, mau doa dulu ... ya Tuhan kalau suamiku gatel dan sengaja mengabaikan notif dari aku semoga HP-nya meledak."

Cukup banyak yang Bima dengarkan, tanpa sadar dia bahkan menggulir habis riwayat pesan Lengkara dari atas hingga bawah. Benar kata Yudha, ketika bersama Lengkara maka dipastikan telinga akan kerap sakit sebelah.

"Mas ...."

Raut wajah Bima berubah seketika, suara lembut itu berasal dari belakang. Agaknya dia terlalu berlebihan hingga membuat tidur Lengkara terganggu. Belum sempat Bima menoleh, tangan Lengkara yang tiba-tiba melingkar di dadanya membuat pria itu terpaku.

Terkejut, dia bingung harus bereaksi bagaimana dan tengah menyesali perbuatannya. Kenapa juga dia mencari tahu sejauh ini, menyebalkan sekali.

"Lengkara," panggil Bima perlahan, saat ini dia berharap wanita itu sedang mengigau. Setelah diabaikan sebanyak itu, harusnya Lengkara marah, pikir Bima.

"Mas pulangnya malem terus kenapa? Kak Zean sore tadi datang dan katanya kamu sudah pulang."

Sial, dugaan Bima salah. Wanita itu tidak marah, melainkan justru bermanja di pundaknya. Suara khas ngantuk yang terdengar lemah jelas saja membuat Bima berdesir seketika, pria itu menoleh sekilas hingga tatapan keduanya bertemu untuk beberapa lama.

"Aku ke Semarang, bukan ke kantor kak Zean."

"Semarang? Mas ngapain ke sana?" tanya Lengkara sedikit bergetar begitu mendengar nama kota yang disebutkan suaminya.

"Ketemu ibu."

"Kenapa tidak ajak aku? Aku mau ketemu ibu juga, Mas," pinta Lengkara mengerucutkan bibirnya.

"Kapan-kapan, kita kesana ya."

Hanya anggukan pelan Lengkara berikan, dia tidak sekeras tadi pagi. Mungkin karena bangun tidur dan belum makan, selain itu bisa jadi tenaganya habis karena berteriak sebanyak itu.

Cukup lama Lengkara terdiam, hingga jemari lentiknya perlahan menyusuri wajah Bima. Tatapan tak terbaca itu membuat Bima was-was, entah kenapa dia sedikit takut kali ini.

"Tahi lalat di bibirmu mana, Mas? Kok hilang?"

.

.

- To Be Continued -

1
Renesme
Bagus 👍👍👍
mitra kreasindo
aduh.. thor bikin sakit perut aja🤣🤣🤣😂
Zidny Alfia
Luar biasa
Zidny Alfia
Lumayan
Renesme
Bab ini sedih tp jg bikin ketawa 😂
Arsyad 2020
Luar biasa
Retno Isusiloningtyas
eh..ada kisah Yudha
melipir ah
Zulfa Ir
Luar Biasa, semangat terus Thor, berkarya dengan cerita menghibur & bermanfaat.
Zulfa Ir
🤣🤣🤣🤣🤣
Ina Rose
istri cantik, setia dan kaya dibilang boneka Mampang ditinggalin lg mapus km Bima.
Ida Faridah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤦🤦🤦🤦
Ida Faridah
😁😁😁😁
Ida Faridah
drama melahirkan yg membagongkan
Ida Faridah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣yg diomongin muncul
Ida Faridah
😅😅😅😅sok ngajarin orang bener eh dianya sendiri sableng
Ida Faridah
please Thor jangan buat mereka sedih lagi
Ida Faridah
😁😁😁😁😁benar2 deh kelakuan mereka
Ida Faridah
ricko gak pernah berubah 😁
Ida Faridah
padahal gak sampai kelihatan 😂😂😂
Ida Faridah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 Bima...🤦 raja sampai ketinggalan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!