Pulau Janda Terbuang

Salma berjalan pulang dengan gontai. Ia lemah sekali rasanya. Baru terasa, jika kaki dan tangan nya ternyata terluka oleh ranting dan duri.

Ia pun berjalan tertatih sambil sesekali meringis. Tenaga nya pun, mulai terkuras karena tadi membantu suaminya.

Whuek....

Whuek...

Akhirnya ia muntah juga setelah menahan nya dari tadi. Bagaimana ia tidak muntah, jika saat memberi makan dan minum Trol, sesekali makanan itu tersembur ke wajah nya.

Bau jigong Trol, bercampur dengan aroma daging dan darah. Sungguh membuat Salma harus menahan nafas nya sebaik mungkin.

Untung saja ia sudah berlatih menahan nafas nya selama ini. Jadi, ia sangat bisa untuk menahan nya saat bersama Trol suami nya.

Salma tiba di desa dalam keadaan tidak baik-baik saja. Para Janda yang melihat keadaan Salma, langsung mendekat dan memapah nya.

Wajah Salma sangat pucat. Namun, ada satu hal yang membuat para Janda merasa heran. Beberapa helai rambut Salma ada yang sudah memutih.

Mereka sangat heran karena, mengapa begitu tiba-tiba. Sedangkan saat Salma pergi, rambut itu masih lah hitam legam dan bercahaya.

"Apa yang terjadi, Wak Salma?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya kurang beristirahat."

Setelah membawa Salma masuk ke gubuk milik nya, mereka pun pamit undur diri. Sekarang, mereka sedang merasa takut.

Para remaja dan satu orang Janda telah pergi entah kemana. Mereka tidak berani jujur pada Salma tentang hal itu. Apalagi saat ini, kondisi Salma sedang tidak baik-baik saja.

Setelah tiba di salam gubuk milik nya. Salma langsung membuka pakaian nya. Di dalam gubuk milik nya, terdapat gentong air yang tidak seorang pun tahu apa isi nya.

Salma pun masuk ke dalam gentong itu dan berendam beberapa saat. Ia menahan nafas nya untuk beberapa saat.

Setelah di rasa cukup, ia pun bangun dan mengistirahatkan tubuh nya. Untuk saat ini, ia ingin istirahat terlebih dahulu.

*****

Di laut lepas, Pangeran Alfa sedang menjelajah pulau sekitar untuk menemukan keluarga nya. Ia tidak yakin jika keluarga nya sudah tiada.

Ia pun kembali ke pulau itu setelah sekian lama.

Perahu kecil itu sudah merapat. Ia pun menarik dan mengikat nya di pohon agar tidak hanyut. Pulau itu sangat lah sepi. Tidak seperti dulu. Ramai akan rakyat yang datang ke pantai sambil bermain dan berkejaran.

Biasa nya di sekitar pantai, pasti akan ada pondok-pondok kecil, yang menjadi tempat persinggahan para pelaut. Tapi sekarang, pondok pondok itu hanya tinggal kerangka nya saja.

Pangeran Alfa pun melangkah semakin jauh ke dalam hutan. Tujuan nya adalah kerajaan milik orang tua nya.

Jalan menuju kerajaan itu sudah di tumbuh oleh semak belukar. Pangeran Alfa heran, kemanakah semua rakyat nya. Jika memang mereka berubah menjadi binatang, mengapa tidak satu pun yang terlihat hingga saat ini.

Kerajaan yang kokoh telah berdiri di hadapan nya. Tumbuhan merambat sudah memenuhi halaman dan gazebo di sekitar nya. Kerajaan itu, seperti kastil yang sudah di tinggalkan oleh pemilik nya. Sunyi dan sepi.

Krak,,,

Terdengar suara aneh di belakang nya. Namun, saat ia melihat. Tidak ada apapun di sana.

Ia pun masuk ke dalam kamar milik orang tua nya dulu. Di sana sungguh sepi. Pakaian mewah bahkan masih tergantung.

Rencana mereka, setelah pesta pernikahan di Kerajaan Montela terlaksana, maka Putri Selia dan Pangeran Alfa akan ke sana untuk prosesi selanjut nya.

Maka dari itu, orang tua Pangeran Alfa tidak mengakhiri pesta pernikahan anak nya. Karena menang sudah seperti itu ketentuan nya.

Krak,

Suara itu terdengar kembali. Akan tetapi, Pangeran Alfa benar-benar tidak melihat apapun..

"Hey, siapa di sana! Cepat katakan."

Tidak ada suara apapun. Lalu tiba-tiba, Pangeran Alfa melihat sebuah kertas yang bertuliskan sesuatu di atas nya.

"Apa kau Pangeran Alfa?"

Pangeran Alfa begitu terkejut saat melihat tulisan itu. Mengapa ia tidak bisa melihat siapa yang menulis nya.

"Iya. Benar. Aku adalah Pangeran Alfa. Kau siapa? Mengapa aku tidak bisa melihat mu? Dan kemana yang lain nya?"

"Nanti Pangeran akan tahu. Tinggal lah di sini hingga malam hari, jika Pangeran penasaran. Aku pergi dulu. Matahari membuat ku lemah."

Setelah membaca tulisan itu, Pangeran Alfa pun semakin penasaran dengan apa yang terjadi di Kerajaan milik nya saat ini.

Ia menunggu hingga malam hari. Agar bisa tahu tentang semua nya. Pangeran pun berkeliling-keliling di taman yang ada di sana.

Dulu, bunga-bunga Mawar dari segala jenis dan warna akan ada di sana. Ibu nya sangat menyukai bunga mawar.

Tapi sekarang, kebun bunga itu sudah gersang. Hanya tersisa beberapa batang Mawar yang sudah kering.

"Ayahanda, Ibunda, dimana kalian sekarang."

Pangeran Alfa tertidur di bawah pohon yang rindang. Angin sepoi-sepoi membuat nya lupa dimana diri nya.

Ia bahkan tertidur hingga malam hari. Tanpa menyadari jika hari sudah gelap.

Mata nya yang sedang nyaman tiba-tiba terganggu dengan banyak nya penerangan. Pangeran Alfa pun membuka mata nya.

Kelap kerlip cahaya beterbangan dimana-mana. Kerajaan yang gelap jadi terang benderang.

Binatang-binatang ini sangat bercahaya. Ada yang besar, kecil juga yang memiliki sayap.

"Pangeran, anda sudah bangun?"

Pangeran Alfa begitu terkejut saat melihat apa yang ada di hadapan nya saat ini. Seekor burung pelatuk sedang berbicara.

"Siapa kau?"

"Aku penasehat kalian."

"Apa yang terjadi pada kalian semua? Dan, mengapa kau bisa mengenali ku?"

"Pasukan Trol kerdil membuat kami seperti ini. Kami masih mengenali masing-masing dari kami. Akan tetapi, kami tidak bisa keluar di siang hari. Tubuh kami akan lemah. Dan juga, kami tidak terlihat, karena tubuh kami yang terlalu bercahaya."

"Sungguh hal yang membuat ku bingung."

"Dan anda, mengapa anda baru datang sekarang?"

"Kerajaan Montela juga di serang. Dan, di mana orang tua ku?"

"Raja dan Ratu telah di ubah menjadi duyung dan di buang ke laut. Kami sudah lelah mencari mereka, tapi tidak tahu ada di mana."

"Benarkah? Mengapa orang tua ku berbeda dengan kalian semua."

"Mereka sama seperti kami. Mereka akan bercahaya ketika malam hari."

"Kalau begitu, pasti akan mudah mencari mereka."

"Benar pangeran. Akan tetapi, kami tidak bisa masuk ke dalam laut. Sayap kami akan lemah."

"Tenang saja. Biar aku yang mencari mereka. Bukan lah itu menjadi tugas ku sebagai anak?"

"Hmm,, jadi, anda tidak ingin bermalam di sini terlebih dahulu?"

"Aku harus cepat menemukan mereka. Aku takut kerajaan lain menemukan mereka. Daging duyung sangat di incar. Apalagi mereka terlihat sangat mencolok."

"Kalau begitu, bawa batu ini. Batu ini akan bercahaya ketika berada di bawah laut."

"Terima kasih. Aku pergi dulu."